BAB 8

1.7K 62 2
                                        

Jika hatimu kecewa, sedih, terluka, maka mendekat lah kepada Allah. Bayangkan jika di sujud mu, Allah berbisik "Aku mencintaimu, hambaku."

(Sayap Surga Nya)

*

*

Semenjak hati Syahla mencintai Arsyad, Syahla selalu belajar untuk memperdalam ilmu agamanya. Ia mulai bangun malam untuk sholat tahajud dan sering membaca Al-Qur'an walaupun sambil terkantuk-kantuk. Entah mengapa kalau baca Al-Qur'an hatinya menjadi damai dan matanya ingin merem.

Malam ini pun Syahla terbangun untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia ingin mencurahkan segala keluh kesahnya kepada Allah. Syahla melaksanakan empat rakaat sholat tahajud dan tiga rakaat sholat tarawih.

Syahla masih merasa dia di tahap belajar. Jadi, ia ingin mengerjakan sholat tahajud dengan jumlah rakaat yang tidak terlalu banyak dulu. Ia tidak ingin merasa berat hati ketika melaksanakan ibadah yang agung ini.

Usai sholat tahajud, Syahla berdzikir lalu mengangkat kedua tangannya.

"Ya Allah, berikanlah kekuatan dan kesabaran kepada hamba. Kuatkan lah hati ini ya Allah. Sakit Ya Allah, sakit sekali karena orang yang hamba cintai akan menikah dengan sahabat hamba sendiri."

Mata Syahla memanas. Di matanya ada genangan air mata yang sudah siap jatuh membasahi pipi.

"Mungkin do'a hamba selama ini belumlah cukup untuk membuat hati Arsyad mencintai hamba karena ternyata do'a sahabat hamba lebih kuat, ya Allah. Ya Allah, jika dulu hamba berdo'a agar Engkau menjaga hati ini untuk Arsyad, maka sekarang hamba meminta agar Engkau menghapuskan cinta ini ya Allah. Hamba serahkan hati ini kepada Mu, Ya Allah."

Kini air matanya sudah tidak tertahan lagi. Sambil air matanya berjatuhan, Syahla dengan kuat menggigit bibirnya agar suaranya tidak keluar.

"Aamiin..." Syahla mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

 Mendadak Syahla merasa gerah dan haus. Akhirnya ia beranjak dari duduknya untuk mengambil air minum di dapur. Ketika Syahla sedang menuruni tangga, ia berpapasan dengan kakak nya yang berstatus dokter spesialis bedah itu.

"Ehh, kok Lo pakai mukena gitu? Udah ngalim ya, Lo?"

Syahla merasa malas untuk menanggapi omongan Citra. Namun, ketika Syahla hendak melanjutkan langkahnya tiba-tiba tangannya mendapat cengkraman kuat dari Citra.

"Lo pakai apa sih, La sampai Abi sayang banget sama Lo? Sekolah di Amerika di biayain. Habis lulus langsung di bukain butik. Lah gue? Kuliah aja harus mati-matian cari beasiswa dan setelah kuliah? Gue mati-matian bertahan hidup, La! Gue iri sama Lo!"

"Kak lepasin. Gue lagi males berdebat sama Lo."

Citra mengamati wajah Syahla dan sadar kalau adiknya ini ternyata baru menangis.

"Ouuhh, habis nangis ya? Kacian banget sih adek gue." Tangan Citra bergerak layaknya hendak mengelus kepala Syahla, tetapi yang Syahla dapatkan adalah jambakan di balik mukenanya.

"Aww, sakit, kak!"

"Biarin aja Lo sakit. Orang gue aja sakit banget kok lihat Lo di sayang-sayang gitu sama Abi dan Ummi."

Kini Syahla benar-benar tersulut amarahnya.

"Yaudah minta sendiri ke Ummi sama Abi kalau Lo juga butuh kasih sayang!"

Syahla menghempaskan tangan kakaknya lalu pergi ke kamar lagi. Ia mengurungkan niat yang tadinya hendak pergi ke dapur mengambil minum. Masa bodoh dengan kerongkongannya yang kering. Itu lebih baik daripada Syahla jadi ke dapur dan Citra hand and body lotion itu membuntutinya ke dapur.

"Huahh...ngantuk."

Mata Syahla memberat dan akhirnya ia tertidur dengan masih mengenakan mukena.

***

Zainab merasa ada yang aneh ketika Syahla belum juga keluar kamar. Padahal sudah jam delapan pagi. Padahal biasanya ia sudah mengaji di ruang tengah setelah subuh.

Karena penasaran Zainab pun pergi ke kamar Syahla. Sampai di depan kamar Syahla, Zainab mendengar ada suara isakan tangis.

Ceklek...

Zainab sengaja tidak mengetuk pintu agar ia bisa melihat keadaan Syahla tanpa ada yang di tutup-tutupi oleh Syahla. Karena biasanya Syahla akan menutupi setiap kesedihan yang ia rasakan di hadapan Zainab.

"Syahla, kamu kenapa?" Zainab menghampiri Syahla yang sedang tengkurap dengan tubuh yang gemetar.

"Ummiii!" Syahla menghambur ke pelukan Zainab. Tentu Zainab menyambutnya dengan baik. Zainab merasakan tubuh Syahla bergetar.

"Kalau mau nangis jangan di tahan, Syahla. Kamu boleh banget kok nangis."

Mendengar kalimat itu Syahla tidak lagi menahan suara tangisnya. Bahkan ia menangis dengan sangat keras. Namun, tidak butuh waktu lama tangis Syahla mereda.

"Sekarang udah bisa cerita?"

Dalam pelukan Zainab, Syahla mengangguk.

"Sebentar lagi dia bakalan jadi imam seseorang, ummi."

Dahi Zainab mengernyit. Otaknya berusaha mencerna apa yang di katakan oleh Syahla.

"Ada seorang wanita yang do'a nya jauh lebih kuat di bandingkan Syahla. Akhirnya Allah menetapkan hati pria yang Syahla cintai untuk wanita itu..." ucap Syahla gemetar.

Sekarang Zainab sudah paham dengan kalimat Syahla.

"Anak ummi..."

Zainab mendorong bahu Syahla agar ia bisa melihat wajah putrinya.

"Ummi tahu kalau Syahla pasti sakit hati. Tapi ummi minta sama Syahla sebaiknya jangan berlarut-larut dalam kesedihan."

Mata Syahla menatap lekat wajah Zainab. Air matanya masih menetes.

"Bisa jadi apa yang kamu inginkan bukanlah yang terbaik menurut Allah. Di dunia ini masih banyak lelaki yang lebih baik daripada dia, Syahla. Ummi ngga mau melihat kamu selemah ini gara-gara seorang pria. Mana anak ummi yang selalu tangguh bahkan di saat kakaknya memakinya?"

Secercah senyum terbit di wajah Syahla. Benar kata Zainab. Syahla sebaiknya berhenti menangisi Arsyad. Banyak hal lain yang lebih penting daripada memikirkannya. Kalau nangis terus juga Syahla khawatir jadi kurus.

"Ummi, Syahla sayang ummi."

Sedih banget ya jadi Syahla? Untung saja ada Zainab yang super pengertian. Lah, kalau Zainab seperti Citra hand and body lotion gimana coba? Pasti Syahla udah ngga punya tempat berkeluh kesah dong. 😂

Tetap semangat menggapai mimpi!

~Anne

Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang