Jika ini sudah menjadi suratan takdirku, maka datangkanlah ke ikhlasan dan ke sabaran kepadaku wahai Allah.
(Syahla Alfynatasha)
*
*
Fatimah, Zainab, dan Usman hanya bisa saling menatap anak-anaknya itu. Terlihat sekali wajah sedih Syahla yang ia tutupi dengan sebuah senyuman. Mereka sengaja mengganti alur cerita tentang poligami itu. Syahla berkata bahwa ia sepertinya tidak mampu mengurus bayinya secara maksimal karena butiknya yang sudah semakin populer itu. Di tambah ia tidak memiliki ASI untuk anaknya nanti, maka ia memutuskan siap untuk berpoligami.
Hanya Zainab yang mampu membaca pikiran putrinya. Ia tahu jika saat ini Syahla teramat sedih. Ia juga tahu jika Syahla tengah berbohong. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Sedangkan di lain sisi, Fatimah dan Usman nampak tidak keberatan dengan keputusan Syahla karena memang agama tidak melarang untuk berpoligami. Selagi suami mampu adil, maka ia di perbolehkan untuk menikah lagi.
"Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik?" tanya Usman
Syahla hanya mengangguk. Sedari tadi ia sudah menahan tangisnya agar tidak keluar. Ia harus bisa menyembunyikan kesedihannya itu.
"Kalian sudah membicarakan ini juga dengan Ameera?" Fatimah kini melontarkan pertanyaan yang membuat Syahla dan Arsyad gelagapan.
"Eh, itu, Ameera ingin melahirkan di rumah ibunya. Katanya dia takut menjalani proses kelahiran dan yang bisa menghilangkan ketakutannya hanya ibunya," bohong Arsyad agar ketiga orang tuanya tidak mengetahui cerita sebenarnya.
"Nak, kamu sudah yakin?" tanya Zainab kepada Syahla.
"Iya, Ummi," jawab Syahla dengan senyum tipisnya. Sebisa mungkin ia harus tetap terlihat tegar di hadapan Umminya agar Umminya tidak curiga.
Namun ternyata, insting seorang ibu memang sangat kuat. Ia dapat melihat bibir Syahla yang bergetar menahan tangis di dalam senyumnya. Itu tandanya memang Syahla dan Arsyad sedang tidak baik-baik saja. Mereka juga sebenarnya tidak ada yang menginginkan poligami ini.
***
Terlihat seorang wanita sedang menyesap kopinya sambil menikmati suasana malam hari yang begitu sejuk. Ia tersenyum smrik melihat pesan di layar hp nya. Ia sudah menduga jika Syahla pasti akan menyetujui syaratnya agar ia menyerahkan bayi di dalam kandungannya kepada Syahla.
Ia mengelus perutnya dengan lembut. "Syahla Alfynatasha, terima kasih sudah menempatkan keberuntungan ini di dalam perutku," monolog Ameera.
"Aku akan kembali mendapatkan cintaku setelah dulu aku menyerahkannya kepada Syahla."
Ameera menatap langit yang di penuhi dengan bintang itu dengan senyuman yang sangat lebar. Ia tidak sabar menanti kelahiran bayi emas ini dan segera menikah dengan Arsyad.
Ameera kemudian berdiri dan merilekskan otot-ototnya. Ketika ia membalikkan badan, ia di kejutkan dengan kedatangan Ara, sahabat Arsyad. Yang menjadi pertanyaannya, bagaimana Ara bisa tahu jika Ameera berada di sini?
"Jangan merebut sesuatu dari seorang wanita baik seperti Syahla," ucap Ara sambil mendekat ke arah Ameera.
"Itu bukan urusanmu, Ara," ucap Ameera sambil melangkah untuk meninggalkan Ara, tapi langkahnya terhenti ketika Ara mencekal tangan Ameera.
"Satu minggu yang lalu, Syahla menceritakan segalanya kepadaku. Aku melihatnya terus bersedih ketika menghadiri pernikahanku dan ternyata semua ini karena kamu?"
Ameera tersenyum smrik, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Ara. Ia menghempaskan tangan Ara hingga pegangan Ara terlepas. "Sudah sepantasnya aku di beri imbalan atas kebaikan hatiku mengandungkan bayinya."
"Kamu ngga tahu seberapa besar penderitaannya selama kamu ngga ada. Di saat Syahla sedang bahagia, kamu malah hadir di kehidupannya. Benar-benar perempuan nggak tahu diri!"
Mata Ameera terbelalak. "Jaga ucapanmu!"
"Selama ini juga Syahla selalu baik sama kamu. Ia rela muntah-muntah di malam hari karena membuatkan nasi goreng pete! Ia juga mengorbankan kesehatannya untuk menjaga kamu sama bayi yang ada di dalam kandungan kamu!"
Tatapan meremehkan dari Ameera seketika melembut karena kalimat penjelasan dari Ara. Jika di pikir-pikir, Syahla memang sangat baik kepadanya. Ia sangat memperhatikan dirinya sampai melupakan kesehatannya sendiri.
"Dari mana kamu tahu semua itu?"
"Aku sudah bilang di awal."
Entah mengapa, tapi hati Ameera menjadi nyeri ketika ia mengingat kesedihan Syahla yang harus merelakan cinta suaminya di bagi sampai ia menceritakan keluh kesahnya kepada Ara. Tapi tetap saja, egonya tidak bisa di kalahkan. Ia merasa berhak atas Arsyad dan ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi istri Arsyad.
"Terima kasih, sudah memberitahu ku, Ara," Ameera sengaja melembutkan suaranya agar Ara mengira hatinya telah lunak. Ini ia lakukan agar Ara cepat pergi dari hadapannya saja.
"Allah, terima kasih sudah menyadarkan Ameera kembali."
Ameera pura-pura tersenyum mirip aktris indosiar yang pura-pura insyaf.
"Yaudah, aku balik ke kamarku dulu," ucap Ara lega.
"Memangnya kita satu apartemen?"
"Iya, kemarin aku lihat kamu mau naik lift, jadi aku tahu kalau kita satu apartemen. Makanya aku bisa kesini tiba-tiba"
Ameera hanya mengangguk-angguk, lalu mengantarkan Ara keluar dari kamarnya.
*
*
Double update nihhh. Semoga kalian suka, yaa. See you next time! 🤗🤗🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
EspiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...