BAB 10

2.1K 55 1
                                    

Sebaik-baik nya manusia itu adalah ketika ia mampu memberikan manfaat kepada orang lain.

(Sayap Surganya)

*

*

"Ummi, Ameera kenapa?" Tubuh Syahla terasa lemas. Ia melihat Ameera yang sedang di oksigen dan di infus. Bahkan ada alat pendeteksi detak jantungnya di sana.

"Ameera tertabrak mobil tadi."

Syahla berbalik ke arah Zainab. Ia baru menyadari mengapa kedua orang tuanya bisa ada di sini?

"Ummi sama Abi kok bisa di sini?"

"Tadi Fatimah telpon Ummi. Katanya Ameera nyebut nama kamu terus tadi sebelum di operasi. Ummi udah berkali-kali telpon kamu, tapi hp kamu ngga aktif."

Syahla kembali menatap pintu kamar Ameera dengan penuh sesal. Seandainya ia tahu akan ada kejadian seperti ini, maka Syahla tidak akan pernah mematikan hp nya.

Syahla kembali menghadap Zainab. Dia bertanya,"Ameera operasi apa?"

"Otak Ameera mengalami pendarahan, jadi dia di operasi. Sekarang pun Ameera masih kritis karena belum mendapatkan pendonor yang tepat."

Syahla terduduk. Pandangannya menatap sayu ke arah lantai. Miris sekali nasib Ameera. Ia terlahir sebagai anak yatim, jadi satu-satunya orang yang bisa mendonorkan darah untuk Ameera sudah tidak ada.

"Ameera..."

Ketika Syahla sedang merenung, ia mendengar suara langkah seseorang yang mendekat ke arah nya.

"Bagaimana, dok?"

Mendengar panggilan 'dok' itu, Syahla dengan cepat berdiri dan ikut menghampiri sang dokter.

"Sampai saat ini saya belum bisa menemukan pendonor darah dengan golongan AB-," ucap dokter itu.

"Dokter, saya mohon tolonglah putri saya." Seorang wanita paruh baya tampak sangat mengkhawatirkan keadaan Ameera. Dia adalah bunda Ameera.

Syahla menghela napas, ia tidak tega melihat wajah sedih bunda Ameera. Ia juga melihat Arsyad yang tampak sangat khawatir kalau-kalau Ameera sampai tidak mendapatkan pendonor darah. Namun, Syahla akhirnya mengingat sesuatu. Mata Syahla berbinar.

"Dokter, golongan darah saya AB-. Bolehkah saya mendonorkan darah untuk teman saya?"

Seketika tatapan semua orang yang ada di depan kamar Ameera terjatuh kepada Syahla. Terutama Arsyad. Tampak sekali wajah bahagia nya saat mendengar penuturan Syahla.

"Baiklah. Saya akan mengetes golongan darah anda lagi. Jika memang cocok, anda bisa mendonorkan darah anda."

Ibunda Ameera langsung menghampiri Syahla.

"Syahla, kamu yakin mau mendonorkan darah untuk Ameera?"

Syahla mengangguk mantap."Iya, Tante Asna. Saya ingin diri saya bermanfaat untuk orang lain, terutama orang terdekat saya."

Entah mengapa kalimat itu membuat Arsyad menyanjung Syahla dalam hatinya.

Wanita yang di panggil Asna itu tersenyum sambil matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Syahla."

Syahla mengangguk lagi, lalu ia mengikuti langkah sang dokter untuk menuju sebuah ruangan. Ruangan tersebut di gunakan untuk tes golongan darah.

***

Tangan kanan Syahla menutup kedua matanya dengan erat. Sejak kecil Syahla sangat takut dengan jarum suntik. Dulu kalau ada acara vaksin di sekolah, Syahla pasti menggigit petugas puskesmas sebagai pelampiasan ketakutannya. Tapi sekarang masa iya Syahla mau menggigit dokter muda yang tampan itu?

Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang