Bagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri?
Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...
Di saat kamu mengucapkan kalimat sakral itu, jantungku bagaikan berhenti berdetak. Ada rasa syukur yang teramat besar dalam hatiku.
(Syahla Alfynatasha)
*
*
Pov Syahla
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitubihi, wallahu waliyyu taufiq."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah."
Jantungku berdebar mendengar kalimat sakral yang di ucapkan oleh Arsyad. Begitu indah, menggetarkan, dan menentramkan hati. Tidak pernah ku bayangkan jika aku dan Arsyad akan di persatukan melalui jalan yang tak terduga seperti ini.
Air mataku menggenang, tapi sebisa mungkin aku tahan agar butiran air mataku tidak mengalir ke pipi. Maklumlah, akad begini kan pasti pakai make up super tebal.
Tak lama kemudian, Ummi menjemput ku dan menuntun ku menuju aula pondok tahfidz Al-Hasan. Sampai di depan aula, aku di sambut oleh tatapan ribuan santriwan dan santriwati. Aku merasa kikuk di perhatikan seperti ini.
Aku mengenakan gaun putih yang berbeda dengan gaun pengantin-pengantin Islam lainnya. Sebagai seorang desainer, aku pasti menginginkan yang terbaik untuk diriku sendiri. Gaun putih yang aku kenakan ini bertaburan bunga-bunga yang sangat indah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Bayangin aja Syahla pakai gaun itu terus berkerudung ya, xixixi. # penulis.)
Tatapan Arsyad jatuh kepadaku. Ia sedikit mengembangkan senyum dan itu membuat hatiku sangat bahagia. Apakah dia senang melihatku?
"Duduk sini, sayang." Ummi memerintahkan ku untuk duduk di samping Arsyad.
Rasanya seperti mimpi aku menikah dengan Arsyad. Keluar kamar langsung jadi istri orang saja.
"Saudari Syahla dipersilahkan untuk mencium tangan saudara Arsyad."
Dengan pelan dan hati-hati, aku mengulurkan tanganku kepada Arsyad. Tangan Arsyad menyambut ku. Seperti ada getaran hebat di dalam jiwaku ketika bibirku menyentuh lembut dengan Arsyad. Selang beberapa detik, aku merasakan tangan Arsyad yang mengangkat dagu ku. Ketika itu tatapan kami bertemu dan Arsyad segera mengecup ringan keningku. Ya Allah, ternyata begini ya rasanya menikah? Indah sekali.
"Sekarang saudara Arsyad dan saudari Syahla sudah sah menjadi suami istri."
Aku melihat ummi yang meneteskan air mata. Entahlah itu air mata tanda apa karena aku pun belum merasakan menjadi seorang ibu yang menyaksikan pernikahan putrinya.
Arsyad membimbingku untuk memohon do'a dan restu kepada kedua orang tua kami. Ketika aku sedang meminta do'a restu kepada ummi, ia langsung memeluk erat tubuhku.