BAB 11

2K 60 2
                                    

Jika ini adalah sebuah jawaban dari do'a ku, maka aku ingin bertanya. Kenapa harus aku menjadi penggantinya?

(Syahla Alfynatasha)

*

*

Syahla yang masih syok dengan apa yang baru saja ia dengar hanya membungkam mulutnya.

"Kamu ini bercanda, ya? Akad kita itu lusa, Mira."

"Iya, Mad, aku tahu. Tapi lusa aku sudah ngga ada di sini. Aku akan pergi untuk selamanya."

"Miraa..." Terlihat sekali wajah kesedihan Arsyad dari tatapan sayu nya ke arah Mira.

"Orang tua kamu memang sudah berencana menjodohkan kalian, tapi kamu malah mempertahankan cinta kita. Aku bahagia, aku bahagia karena kamu perjuangkan, Mad." Lelehan air mata Ameera keluar membasahi pipi.

Arsyad terdiam, sedangkan Syahla tampak sangat kaget mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Mad, Syahla wanita yang baik. Aku ingin kamu menikah dengannya."

"Tapi, Mira."

"Kalau kamu cinta sama aku, kamu harus menikahi Syahla. Setidaknya orang tua kamu juga bakal bahagia."

Air mata Ameera semakin deras. Syahla yang mendengar penjelasan Ameera hanya diam. Ia masih terlalu kaget dengan kenyataan ini. Dia akan di jodohkan dengan Arsyad? Berarti kemungkinan penyebab Arsyad baik dan manis kepadanya itu atas perintah kedua orang tuanya agar mereka dekat?

"Syahla, mau, ya? Aku juga sudah bilang sama bunda." Ameera menggapai tangan Syahla yang berada di sampingnya.

Syahla hanya menggigit bibir. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Sya-"

Tiba-tiba tubuh Ameera mengejang. Syahla dan Arsyad yang melihat itu jadi panik.

"Ameera, kamu kenapa?" Wajah Syahla pucat pasi karena panik.

Arsyad beranjak dan memencet bel darurat yang tersedia di ruangan itu berkali-kali agar Ameera segera mendapat penanganan dari dokter.

"Ya Allah, Ameera..." Syahla tidak kuat menahan air matanya. Antara rasa takut dan juga sedih bercampur menjadi satu melihat keadaan Ameera.

Beberapa saat kemudian, tubuh Ameera menenang. Namun, Syahla merasa aneh ketika tangan Ameera begitu dingin. Wajah Ameera juga terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

Arsyad yang melihat dokter sudah datang, ia segera menghampiri dokter itu.

"Dok, cepat periksa tunangan saya."

Dokter muda itu memeriksa detak jantung Ameera dan denyut nadinya. Setelah memeriksa Ameera, dokter itu menggeleng lemah.

"Maafkan saya, pak. Saudari Ameera telah meninggal dunia."

"Apa?"

Syahla membekap mulutnya. Air matanya mengalir dengan deras. Seperti inikah rasanya kehilangan orang yang paling dekat dengan kita?

"Amera..." lirih Arsyad lemah. Ada setitik air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Dan itu membuat Syahla semakin sedih.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un," gumam Syahla dengan suara bergetar.

Dokter muda itu menutup wajah Ameera dengan kain putih, lalu menyuruh Syahla dan Arsyad untuk memanggil seluruh anggota keluarga Ameera.

***

Pov Syahla

"Ameeraaa!" Sang ibunda Ameera langsung lari dan membuka penutup wajah Ameera, kemudian memeluk tubuh tanpa nyawa putrinya.

Melihat hal itu, air mataku mengalir semakin deras. Rasanya sangat cepat ia pergi meninggalkan aku. Padahal baru lima bulan kami berteman. Ya Allah, dia adalah wanita yang baik. Tolong berikanlah tempat terbaik baginya.

Sambil menangis, bunda Ameera berkata,"Ameera udah janji ngga akan ninggalin bunda duluan, kan? Ameera udah janji bakal ngasih ke bunda cucu-cucu yang imut setelah Ameera menikah. Tapi kenapa Ameera tega meninggalkan bunda secepat ini?"

Hatiku merasa sangat sedih mendengar kalimat Tante Asna. Ia pasti sangat terpukul dengan kepergian Ameera, putri satu-satunya. Ia menangis membabi-buta sambil memeluk erat tubuh Ameera. Akhirnya aku yang merasa iba pun mendekat.

"Tante ngga boleh begini. Tante harus kuat. Ameera pasti sedih lihat Tante nangis begini." Tangan ku bergerak mengelus pundak Tante Asna dengan lembut.

Seketika suara tangis Tante Asna berhenti. Hanya tersisa isakan saja. Tante Asna membalikkan badannya ke arahku. Seperkian detik Tante Asna terdiam, lalu ia bicara.

"Kamu ngga tahu betapa sakitnya kehilangan seorang anak, Syahla! Memangnya kamu sudah pernah kehilangan anak sampai kamu bisa berkata seperti itu?"

Aku bungkam. Sedih dengan perkataan Tante Asna. Ia seperti bukan Tante Asna yang aku kenal sebagai sosok yang lemah lembut dan penyayang. Aku paham, aku paham akan rasa sakit yang Tante Asna rasakan walaupun aku tidak merasakan.

"Tante..." lirihku.

"Kamu ngga tau rasany-"

Brukk...

Mataku terbelalak ketika melihat Tante Asna yang mendadak pinsan.

"Ya Allah, bunda!" Arsyad segera membopong tubuh Tante Asna dengan di bantu Abi Usman.

Setelah kepergian Arsyad dan Tante Asna, kini tinggal lah aku, Ameera, dan Ummi Fatimah. Beliau masih di sini karena memang status beliau adalah calon besan keluarga Ameera.

"Ameera, kenapa kamu pergi secepat ini? Rasanya baru kemarin kamu cerita ke aku tentang perasaan kamu yang sangat bahagia karena akhirnya kamu sama Arsyad bakalan menikah," ucapku sambil meneteskan air mata.

Ku rasakan sentuhan lembut di bahu ku. Aku tahu kalau itu adalah tangan Ummi Fatimah. Akhirnya aku berbalik ke arahnya.

"Syahla sayang. Semua orang pasti akan kembali kepada Allah. Kamu harus sadar bahwa di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan." Ummi Fatimah tersenyum.

"Ummi..." Aku memeluk Ummi Fatimah. Beliau juga membalas pelukanku.

"Syahla udah ngga punya teman lagi, Ummi. Cuma Ameera satu-satunya teman Ameera di sini, hiks."

Ummi Fatimah mengelus bahu ku agar aku merasa lebih tenang.

"Menikahlah dengan Arsyad, maka kamu akan punya teman, Syahla..."

Waduh, Syahla di suruh nikah sama Arsyad, tuh. Cowok yang dia cinta.🤭🤭




Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang