BAB 3

2.3K 88 4
                                    

Sebesar apapun dosa mu, kasih sayang Allah jauh lebih besar di bandingkan amarah Nya. Jadi, teruslah bertaubat dan percaya bahwa dosa mu pasti akan di ampuni.

*
*

Langkah Syahla semakin di percepat ketika ia mendengar suara salam dari dalam aula pondok Al-Hasan. Salahnya karena bangun terlambat padahal ia sudah di bangun kan sebanyak lima kali oleh ummi nya. Benar-benar Syahla.

Baru saja Syahla sampai di ambang pintu, tubuhnya tertabrak oleh seseorang. Parahnya lagi, orang itu membawa teh panas dan teh panas itu mengenai Syahla.

"Astaghfirullah, mba, maafkan saya. Saya ngga sengaja." Wanita itu duduk lalu membersihkan berusaha membersihkan gamis Syahla dengan mengusap-usap bagian yang terkena teh walaupun itu sia-sia.

"Udah, mba, santai aja." Syahla berdiri dan mengulurkan tangannya kepada wanita yang menabraknya.

"Terima kasih, mba." Senyum wanita itu langsung mengembang.

"Mba ikut majelis taklim di sini, ya?"

Syahla mengangguk.

"Yasudah, ayo masuk, mba."

Wanita itu menuntun Syahla memasuki aula yang sudah penuh ini. Mereka akhirnya duduk bersebelahan di kursi paling belakang.

Mata Syahla fokus melihat orang yang sedang berceramah. Entah mengapa melihat wajah orang itu membuat darah syahla menjadi panas. Siapa lagi kalau bukan Arsyad?

Tema pengajian hari ini adalah "kasih sayang Allah". Syahla yang sangat minim ilmu agama mau tidak mau harus mendengarkannya dengan seksama  plus mencatatnya karena nantinya Taufik akan menanyakan isi materi pengajiannya.

"Ehem, boleh kenalan ngga, mba? Nama saya Ameera." Wanita yang tadi menabrak Syahla itu mengulurkan tangan.

Syahla tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Ameera."Syahla."

"Nama nya cantik, mba. Ngga kayak nama saya sama seperti produk deterjen."

Kalian ingat, kan sama deterjen yang namanya "total Almeera?" Nah, maksud Ameera nama dia mirip sama produk deterjen itu.

Syahla terkekeh." Mba ini ada-ada saja."

Mereka kembali fokus dengan tausiyah yang di berikan oleh Arsyad.

"Jadi, kalau kalian sedang merasa putus asa, sedih, kecewa, maka ingatlah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah itu selalu membersamai hambanya dalam keadaan apapun. Entah itu suka maupun duka. Berbeda dengan manusia yang terkadang hanya bersama dengan kita saat kita bahagia dan ketika kita di timpa musibah malah di tinggalkan begitu saja."

"Jangan lelah untuk mengejar cinta Allah karena cinta Allah itu akan menenangkan jiwa. Berbeda jika kita mengejar cintanya manusia, jiwa kita bisa saja terganggu karena cinta yang mungkin tidak terbalaskan. Pernah kalian merasakan ketika cinta bertepuk sebelah tangan? Sakit kan rasanya? Cintanya Allah itu hebat lho. Kalau Allah udah cinta sama kita, maka para malaikat juga akan mencintai kita."

Penuturan Arsyad itu membuat hati Syahla terpukau. Memang benar apa katanya. Ia sudah berusaha mengejar cinta kedua orang tua Alex, tapi ia tidak menyertakan Allah dalam hal itu. Alhasil, cintanya tidak di restui oleh kedua orang tua Alex dan berujung patah hati.

"Saudara-saudara sekalian, sekian tausiyah dari saya. Apakah ada pertanyaan?"

Reflek tangan Syahla terangkat. Syahla sendiri kaget dengan apa yang ia lakukan.

"Iya, mba?"

Mata Syahla mengerjap beberapa kali. Ia terdiam agak lama hingga membuat orang-orang menatapnya dengan bingung.

"Mba mau tanya, kan?" Arsyad mengulang pertanyaannya.

"Eh, iya, ustadz. Apakah Allah akan tetap mengampuni dosa kita walaupun dosa kita besar dan kita selalu mengulangi dosa tersebut?"

Arsyad tersenyum.

"Mba, kasih sayang Allah itu melebihi rasa amarahnya. Jadi, Allah akan mengampuni kita walaupun dosa kita sebesar gunung dan seluas lautan."

"Lalu kalau sudah taubat, tetapi masih mengulangi dosa yang sama bagaimana?"

"Terus saja bertaubat. Mba berbuat dosa lagi, ya bertaubat lagi. Allah menyukai seorang pendosa yang mau bertaubat daripada seorang ahli ibadah, tetapi riya'.

Syahla menganggukkan kepalanya pertanda bawah ia paham dengan penjelasan Arsyad. Ya, walaupun dirinya belum tentu langsung berubah menjadi lebih baik setelah ia mendengar tausiyah ini, tapi setidaknya ia sudah berusaha bertanya karena tangannya yang relfek terangkat tadi.

***

"Kok mendadak banget, Ummi? Syahla itu baru aja mau berangkat kerja tau."

Pagi ini, Syahla dan Zainab sudah debat panas karena Zainab memaksa Syahla untuk menghadiri acara tasyakuran di pondok tahfidz Al-Hasan malam ini. Jelas lah, Syahla menolak karena hari ini dia mau beli bahan sultan buat customer pertama dia yang satu bulan lagi mau nikah.

"Kamu kan bisa belanja besok terus sekarang kamu bantuin mama bikin kue."

Syahla memutar bola matanya malas.

"Yaudah deh, terserah Ummi aja." Akhirnya Syahla mengalah.

"Nahh, gitu dong. Ayo kita ke supermarket."

Syahla berjalan duluan menuju mobil yang sudah ia persiapkan sebelum perdebatan panasnya dengan Zainab. Ibunya ini memang keras kepala.

Karena Syahla masih dongkol dengan Zainab, ia malah iseng ngerjain Zainab dengan menambah kecepatannya dalam berkendara. Ia tau kalau Zainab takut dengan hal itu.

"Astaghfirullah, Syahla. Pelan-pelan, nak. Ummi mau muntah ini."

Syahla tidak peduli dengan ucapan Zainab. Ia dengan asyik nya meliuk-liukkan mobilnya dia antara mobil-mobil yang ada di jalanan.

"Syahla, Ummi pengen pipis."

Syahla masih saja diam hingga mereka tiba di supermarket kota. Segera Syahla beranjak turun dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Zainab.

Setelah Syahla keluar, ia menunggu Zainab yang susah payah menyeimbangkan tubuhnya agar tidak limbung. Melihat wajah Zainab yang pucat, Syahla mendadak khawatir dan segera menghampiri Umminya.

"Ummi ngga papa?"

"Hueekk..." Zainab tidak tahan lagi dengan rasa mualnya.

Duhh, aku kok durhaka banget, sih? Syahla merutuki dirinya.

"Astaghfirullah, Tante Zainab!"

Seorang pria menghampiri mereka dan segera menopang tubuh Zainab yang hampir terjatuh.

Untung aja cuma muntah. Lah kalau Zainab ngompol gimana? Astaghfirullah Syahla, nakal banget, sih kamu 😂😂

Jangan lupa bahagia.

~Anne

Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang