Ada pepatah mengatakan bahwa kita sebagai manusia jangan terlalu membenci, karena bisa jadi sekarang benci besok jadi cinta.
*
*
"Ya Allah, kok bisa sampai muntah gini, sih?"
"Udah, nak Arsyad, tante baik-baik saja."
Syahla mendekat dan mengusap bahu Zainab dengan lembut. Ia merasa bersalah kepada Zainab dan merasa malu kepada Arsyad. Bisa-bisanya Arsyad lebih perhatian dengan Zainab padahal anak kandungnya itu Syahla.
Ketika Syahla dan Arsyad sedang mendudukkan Zainab, seorang petugas menghampiri mereka dengan tatapan yang kurang bersahabat. Apa salah mereka?
"Eh, mba. Itu kotorannya di bersihkan, dong. Bikin orang yang mau masuk ke dalam jadi jijik."
"Oh, iya, pak. Saya bersihkan."
Ketika Syahla hendak beranjak, Arsyad sudah terlebih dahulu berdiri.
"Biar saya saja, mba. Mba di sini sama Tante Zainab."
Rasanya Syahla semakin tidak enak hati di perlakukan baik oleh Arsyad. Padahal sejak pertemuan pertama, Syahla sikapnya sangat tidak sopan kepada Arsyad.
"Ummi, maafin Syahla, ya."
Zainab tersenyum hangat. Ia pasti sudah tahu alasan Syahla melakukan ini kepadanya.
"Lain kali kalau lagi sebel jangan ngebut, ya, Syahla."
"Hemm, Ummi." Syahla memonyongkan bibirnya.
Tatapan Syahla jatuh pada Arsyad yang sedang menjinjing ember berisi air untuk mengguyur kotoran Ummi nya. Ada rasa sanjung di dalam hatinya saat Arsyad membersihkan muntahan itu tanpa rasa jijik.
Mata Syahla tidak berkedip melihat ketampanan Arsyad. Sebenarnya Syahla heran dengan wajah Arsyad yang sangat mirip dengan orang-orang Jerman. Padahal kata Zainab, ia adalah Jawa tulen.
Jika di perhatikan dengan seksama, Arsyad memiliki rambut yang agak cokelat, bukan hitam layaknya orang Indonesia. Ah, masa bodoh dengan hal itu. Menurut Syahla, Arsyad begitu tampan.
Arsyad mengembalikan ember yang ia pinjam di kamar mandi umum. Setelah itu, ia kembali menghampiri Syahla dan Zainab.
"Kalian mau belanja?" Arsyad bertanya.
"Iya, nak."
"Kalau begitu saya bantu. Sekalian beliin titipan Ummi."
Senyum Zainab mengembang begitupun dengan Syahla. Hatinya tiba-tiba bergetar saat secara tidak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Arsyad.
"Ayo, mba, Tante."
Mereka bertiga akhirnya masuk kedalam supermarket. Tentu saja tujuan mereka adalah rak bahan-bahan membuat kue.
Tangan Syahla mulai mengambil sesuai apa yang di perintahkan Zainab. Ada tepung, cokelat, susu, pengembang, minyak, dan masih banyak lagi.
Sampai di saat Syahla harus mengambil selai di rak paling atas. Ia melompat-lompat agar bisa menggapai selai itu. Arsyad terkekeh dengan tindakan Syahla yang menurutnya sangat lucu. Mengapa tidak minta tolong kepadanya saja? Mungkin begitu batin Arsyad.
"Sini, mba, saya bantu."
Tubuh Syahla membeku ketika jarak antara dirinya dan Arsyad begitu dekat. Rasanya ia sampai lupa cara bernapas. Ini Syahla kok jadi salting, ya?
Sebelum memasukkan selai itu ke dalam troli belanja, Arsyad menjatuhkan pandangannya kepada Syahla dengan senyum yang sangat manis. Ada lesung pipit yang timbul di wajah tampannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
EspiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...