Beginilah akhirnya jika kita tidak berusaha menghargai seseorang. Baru kita akan sadar betapa berharganya dia bagi kita di saat dia sudah tidak bersama lagi dengan kita.
(Sayap Surga Nya)
*
*
Arsyad tampak gusar ketika berjalan melewati koridor pondok pesantren ini. Hari ini ada acara rapat untuk seluruh pengurus pondok, jadi Arsyad bermaksud meminta bantuan teman-temanya untuk mencari Syahla. Sejak dua hari yang lalu, Arsyad belum menemukan titik terang tentang keberadaan Syahla.
Seorang pria dengan tubuh tinggi dan jakung menyapa Arsyad. Kalian ingat ketika di hari pernikahan Syahla dan Arsyad, lalu ada seorang teman Arsyad yang menyelipkan sesuatu di kantung Arsyad? Nah, itu dia. Namanya Ali. Dia berjalan mendekat ke arah Arsyad.
"Wehe, Ar, udah dateng aja."
Arsyad bersalaman dengan Ali.
"Iya, aku sengaja datang awal untuk berbicara dengan mu."
Dahi Ali mengernyit. Tidak biasanya Arsyad bertampang serius seperti ini kecuali kalau dia sedang berada dalam masalah yang cukup serius. Ali mengamati wajah Arsyad yang tampak sangat frustasi itu.
"Ada apa?"
Arsyad akhirnya membimbing Ali ke kantor pondok. Sesampainya di sana, Arsyad mendapati beberapa ustadz yang sedang duduk-duduk sambil berbincang. Mereka semua adalah rekan Arsyad. Kecuali satu, siapa dia? Apakah dia ustadz baru? Belum pernah Arsyad melihat ustadz itu. Tapi Arsyad cuek saja karena tujuannya dia sekarang adalah meminta bantuan teman-temannya untuk mencari Syahla, bukan untuk mengkepoi ustadz baru itu.
"Tegang banget, Ar? Ngga di kasih jatah sama bini ya semalam?" ucap seorang teman Arsyad sambil terkekeh.
"Ngadi-ngadi, ya kamu, Mron." Arsyad menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Habisnya wajah kamu tekuk gitu." Imron menguyel wajah Arsyad.
"Istri aku ilang!" ucap Arsyad sambil menghempaskan tangan Imron.
Seketika semua penghuni ruangan itu terkejut, begitupun dengan ustadz baru yang ikut terkejut dengan penuturan Arsyad.
"Jangan bilang istri kamu di gondol Wewe." Ini Yusuf yang bicara.
"Ya enggak, lah, mas. Jaman sekarang mana ada Wewe?"
Yusuf meringis. "Tuh, samping kamu." Yusuf menarik turunkan alisnya.
"Gila, Lo!" ucap Ali. Ali ini adalah ustadz yang paling bar-bar. Ketika yang lain menggunakan panggilan aku--kamu, Ali menggunakan lo-gue. Maklumlah, Ali ini dulunya preman yang bertaubat.
"Jangan marah atuh, nanti cepet tua kasihan bininya." Imron membalas dan seketika membuat tawa para penghuni ruangan itu pecah kecuali Arsyad. Ia terlibat sedang memijit pelipis.
"Udah dong, aku pusing ini."
"Ya Allah, maap-maap. Jadi gimana ceritanya bini Lo ilang?" tanya Ali.
Arsyad hanya terdiam. Ia tidak mungkin menceritakan masalah rumah tangganya kepada teman-temannya. Ini adalah sebuah aib yang harus dia tutupi serapat mungkin.
"Ngga perlu aku ceritakan detailnya. Aku cuma mau minta tolong kalian bantu aku cari Syahla."
Yusuf mengangguk paham dengan maksud Arsyad yang enggan menceritakan masalah rumah tangganya, karena Yusuf pun tidak pernah ember soal rumah tangganya.
"Pasti kami bantu, Ar. Tapi kita harus nyari di mana?"
Arsyad menghela napas. Dia saja tidak tahu harus mencari Syahla kemana. Lantas bagaimana dengan teman-temannya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
SpiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...