Ketika ujian mendatangi mu bertubi-tubi, maka percayalah bahwa Allah sedang ingin mengangkat derajadmu. Bersabarlah karena di dunia ini tak lepas dari skenario Nya.
(Sayap Surga Nya)
*
*
Satu bulan setelah kembali nya Citra dari penjara membuat hubungan antara Syahla, Citra, dan Zainab semakin harmonis. Pasti setiap satu Minggu sekali Syahla akan mengunjungi rumah Zainab selepas pulang dari butik. Sama halnya dengan sore ini, Syahla baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan salah seorang klien, lalu ia berencana untuk mengunjungi rumah Umminya.
"Sshh, akhh," lirih Syahla ketika merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Usia kehamilannya baru berjalan lima bulan dan dua bulan terakhir ini Syahla tidak pernah memakan makanan yang terlalu pedas, tapi mengapa perutnya begitu sakit?
"Astaghfirullah, sakit banget." Syahla terduduk sambil memegangi perutnya yang begitu sakit. Rasanya seperti di tusuk dengan ratusan jarum. Tangannya mencengkram erat manekin yang berada di sebelah kanannya, serta kepalanya yang mendadak begitu pusing.
Brukk
Syahla terjatuh hingga tubuhnya tergeletak di atas lantai. Bibirnya terus merintih sambil kedua tangganya memegangi perut yang teramat sakit. Ia terus berteriak meminta tolong dengan suara yang teramat lirih karena tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Untungnya ada seorang karyawan yang kebetulan melewati lorong butik yang sepi itu.
"Astaghfirullah, Bu Syahla!" Netra karyawan wanita bernama Melati itu terbeliak saat ia mendapati Syahla yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya. Semakin terkejut lagi melati ketika ia mendapati bercak darah di gamis Syahla. Ya Allah, bagaimana dengan janin di dalam kandungannya?
"M--mela--ti..."
Dengan sigap Melati membawa kepala Syahla ke atas pangkuannya, lalu ia segera menelpon ambulance agar Syahla segera mendapatkan pertolongan. Hatinya begitu tidak karuan ketika melihat wajah syahla yang begitu pucat dan bercak darah yang kian banyak itu. Syahla sudah di anggapnya sebagai kakak sendiri karena memang Melati yang memang pada dasarnya adalah yatim piatu. Tentu saja hatinya begitu sakit melihat Syahla yang menderita seperti itu.
***
Arsyad mengerutkan keningnya ketika mendapatkan panggilan mendadak dari nomor tidak di kenal. Karena penasaran, Arsyad akhirnya mengangkat telpon dari nomor itu dan ia mendapatkan berita mengejutkan bahwa istrinya sedang di rawat di rumah sakit. Terpaksa ia harus meninggalkan acara rapat di pondok pesantren yang baru saja di mulai itu. Iya tidak mungkin tetap melanjutkan pekerjaan sedangkan istri dan calon anaknya sedang tidak baik-baik saja.
Arsyad berpamitan kepada Usman dan juga sederetan ustadz dan ustadzah di sana. Namun, di saat Arsyad sudah sampai di ambang pintu, Ameera malah memanggilnya dan meminta Arsyad untuk mengajaknya juga dengan dalih ia adalah sahabat Syahla. Karena memang tipe Arsyad adalah tidak ingin memperpanjang suatu masalah, ia setuju saja ketika Ameera ikut dengannya.
"Mas..." panggil Ameera ketika ia dan Arsyad sudah berada di dalam mobil. Kali ini Ameera cukup tahu diri dengan duduk di kursi penumpang.
"Iya, ada apa?"
Ameera berdehem untuk mengurangi rasa canggung dalam dirinya. Ia menatap wajah Arsyad yang semakin terlihat tampan itu dari cermin di dalam mobil. Masih ada getaran yang sama dengan saat Ameera masih memiliki hubungan dengan Arsyad.
"Sudah tidak adakah sedikitpun rasa cinta untukku dalam hati mu, Ar?"
Reflek Arsyad menginjak pedal rem dengan mendadak. Ia sungguh tidak menyangka jika Ameera masih akan bertanya soal perasaan, padahal Ameera sendiri yang melepaskan Arsyad untuk Syahla.
"Apa maksudmu Ameera?" tanya Arsyad dengan nada sedikit marah.
"Iy--iyaa kita kan dulu--"
"Cukup, jangan bahas masa lalu!" Arsyad dengan cepat memotong kalimat Ameera sampai membuat Ameera gelagapan karena rasa takut. Walaupun Arsyad selalu bersikap dingin padanya, Ameera tetap tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan Arsyad kembali.
"Tidak malukah kamu sebagai muslimah yang rela merendahkan derajatnya dengan pertanyaan tidak pantas itu, sedangkan di luar sana banyak lelaki yang menginginkanmu menjadi seorang pendamping?" ucap Arsyad yang tentu saja sangat menyinggung perasaan Ameera.
Kini hanya tinggalah keheningan yang begitu membuat suasana begitu canggung antara Arsyad dan juga Ameera. Tidak pernah Ameera sangka jika Arsyad akan melupakannya. Rasa tidak terima akan keadaan ini membuat Ameera menjadi tidak tahu diri. Ia tidak mau tahu apapun caranya, ia harus bisa merebut Arsyad kembali atau setidaknya menjadi orang istimewa lagi untuk Arsyad.
***
Arsyad berjalan tergopoh-gopoh setelah ia tahu di ruangan mana Syahla di rawat. Mata Arsyad menangkap sosok Melati yang sedang duduk sendirian di depan ruangan Syahla. Segera Arsyad menghampiri Melati untuk menanyakan keadaan Syahla saat ini.
"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Arsyad dengan wajah yang terlihat sangat panik. Baru saja Melati ingin menjawab, tapi pintu ruangan Syahla terbuka dan menampakkan dokter yang tadi menangani Syahla.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?"
Kecemasan Arsyad bertambah ketika wajah dokter itu tampak lemas. "Bisa saya bicara dengan anda?"
Sudah dapat di pastikan bahwa Syahla tidak baik-baik saja. Buktinya dokter itu meminta Arsyad untuk berbicara empat mata. Dengan langkah berat, Arsyad berjalan mengekori dokter itu ke dalam ruang kerja sang dokter.
***
Netra Syahla terbeliak ketika ia menyadari ada sesuatu yang kurang dari dirinya. Jantungnya berdegup begitu kencang, serta pikirannya di penuhi dengan banyak pertanyaan. Di edarkannya bola mata indah itu ke samping kanan dan ia temui sosok Arsyad yang sedang duduk sambil tersenyum penuh makna ke arah Syahla. Namun, kening Syahla mengernyit ketika ia juga mendapati Ameera di sebelah kiri brankarnya.
"Mas?" tanya Syahla meminta penjelasan dari Arsyad. Namun, Arsyad hanya terdiam karena merasa kelu untuk berbicara.
"Anak kita..." lirih Syahla sambil meraba perutnya yang terasa rata.
"Anak kita dimana, mas? JAWAB!" Kini Syahla berteriak dengan suara yang gemetar. Air matanya perlahan jatuh membasahi pipi. Arsyad yang melihat kesedihan sang istri, serasa hatinya terkoyak.
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar..." ucap Arsyad sambil merengkuh tubuh sang istri. Seketika tangis Syahla pecah mendengar penuturan dari suaminya. Bayi dalam kandungan yang ia nantikan kehadirannya telah di ambil oleh Sang Kuasa sebelum ia sempat menatap dunia. Bayi yang ia rindukan kehadirannya dalam dekapan hangat, kini telah tiada. Hati Syahla begitu sesak dengan kenyataan pahit ini.
"Anak kita..." lirih Syahla sambil mencengkram erat perutnya yang telah rata itu. Rasanya begitu sakit menerima takdir yang telah di tentukan oleh Allah ini. Namun, sebagai seorang hamba biasa, tidak mungkin bagi Syahla untuk menentang takdir ini. Yang bisa Syahla lakukan hanyalah bersabar mengikuti skenario Nya.
*
*
Votes and komen ya guys. Kali ini aku minta deh sama kalian yang ngga sengaja baca cerita aku🤧. Cerita aku banyak yang baca tapi sepinya minta ampun 🤧🤧.
Mon maap kalau banyak typo yaak🙏🙏
Karena kita semua saudara se Islam, maka jauh lebih baik jika kita saling membantu...
Anne_Ellaylla
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
SpiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...