Keindahan berumah tangga akan semakin terasa ketika keduanya saling mengasihi.
(Sayap Surga Nya)
*
*
Hari libur di tambah kedatangan tamu bulanan. Ya, ini adalah kesempatan Syahla untuk tidur sepuasnya. Tidak ada ocehan Arsyad di pagi hari yang membangunkannya untuk sholat dan tidak ada pekerjaan yang membebani pikiran Syahla. Ah, betapa indahnya hidup ini. Pukul 07.00 Syahla masih terbaring di tempat tidur dengan selimut yang menutupi sampai ke lehernya. Ia tidur meringkuk bagaikan anak kecil yang sedang kedinginan.
Mata indah Syahla terbuka ketika ia merasakan sentuhan halus di pipinya. Syahla mengerjap beberapa kali sampai ia mendapati suaminya yang telah duduk manis di depannya. Arsyad tersenyum melihat istrinya yang terlihat sangat imut ketika baru bangun tidur.
"Pagi, sayang..." Arsyad mengecup kening Syahla.
"Makasih, sayang." Senyum Syahla mengembang, lalu ia langsung mengambil posisi duduk.
"Sekarang kamu mandi dulu, ya. Mas udah siapin sarapan buat kita," ucap Arsyad sambil mengelus pelan puncak kepala Syahla dan di balas anggukan Syahla.
"Mas bisa masak, ya?"
"Hemm, sedikit." Arsyad meringis. Matanya lekat menatap wanita yang selama ini tidak di anggapnya itu. Arsyad seketika merutuki dirinya di dalam hati karena telah menyia-nyiakan wanita lugu seperti Syahla.
"Mas kenapa?" Syahla merasa ada yang aneh dengan suaminya ketika ia mendapati sorot mata Arsyad yang terlihat gelisah itu.
"Maafin mas, Syahla. Mas udah nyakitin kamu padahal kamu adalah istri mas sendiri. Mas udah berdosa Syahla, mas bukan suami yang baik," lirih Arsyad.
Kalimat Arsyad seketika mengundang kesedihan di hati Syahla. Dengan lembut Syahla mengusap pipi Arsyad sambil berkata, "Itu sudah berlalu sayang. Aku ngga mau hal buruk di masa lalu membumbui hubungan kita yang sudah baik ini. Allah itu maha pengampun. Begitu kan ceramahnya mas dulu?"
Arsyad tersebyum tipis. "Kamu masih ingat?"
Syahla mengangguk, lalu memeluk Arsyad.
"Kenapa kamu se--sayang itu sama mas, Syahla?"
"Sulit untuk menjabarkan rasa sayang ini dengan kata-kata, mas. Yang aku tahu hanya aku ngga bisa hidup tanpa mu."
Arsyad semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Syahla. "Allah, lindungilah selalu rumah tangga kami..."
Setelah percakapan itu Syahla beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Usai mandi Syahla memakai gamisnya, kemudian ia pergi menuju ruang makan. Di sana sudah tersaji makanan kesukaan Syahla. Tapi sayangnya satu. Makanannya tidak merah. Artinya makanan itu tidak pedas.
Arsyad berdiri di samping meja makan. Anehnya Arsyad mengapa memakai kostum milik Syahla? Lihatlah topi yang kekecilan di kepala Arsyad. Syahla ingin tertawa melihatnya, tapi ia tahan.
Syahla mengambil duduk dan di ikuti oleh Arsyad.
"Do'a dulu, sayang..." ucap Arsyad ketika Syahla hendak memasukkan sesuap besar nasi goreng telur ke mulut mungilnya.
"Hehehe, maap, akang."
Arsyad menggeleng pelan mendengar panggilan itu, lalu ia mengangkat tangannya untuk berdo'a dan segera di ikuti oleh Syahla.
"Mas, kurang pedes, taukk." Syahla mengeluh ketika makanannya kurang pedas.
"Jangan kebanyakan pedas, Syahla. Itu ngga baik buat kesehatan kamu."
"Ta...hmpp!" Arsyad menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut Syahla agar Syahla berhenti komentar.
"Makan yang banyak. Habis ini kita ke pondok, ya."
Syahla hanya diam tidak menanggapi. Ia masih merasa kesal dengan Arsyad yang menyumpal mulutnya dengan nasi goreng. Kalau Syahla kurang beruntung pasti Syahla sudah tersedak nasi goreng dan menyemburkannya ke wajah Arsyad.
***
Kedatangan Syahla dan Arsyad mencuri perhatian penghuni pondok. Mereka berjalan bersisian sambil tangan Syahla melingkar di lengan Arsyad. Ada juga santriwati yang turut menyalami tangan Syahla ketika mereka tidak sengaja berpapasan dengan Syahla. Namun langkah sepasang suami istri itu terhenti ketika seorang ustadz berdiri di depannya sambil mengulum senyum.
"Assalamu'alaikum, ustadz dan...ustadzah Syahla?"
Syahla menganggukkan kepalanya dan segera memalingkan pandangannya ke tanah ketika ia melihat tatapan tidak biasa dari ustadz asing di depannya. Yang Syahla tahu di pondok ini Arsyad memiliki tiga rekan ustadz yang hampir seumuran dengannya. Lah ini? Ustadz asing dari mana?
"Wa'alaikumussalam, Afwan Ustadz Zaki, saya sudah di tunggu." Arsyad segera mengakhiri perjumpaan itu saat ia menyadari istrinya yang kurang nyaman. Selain itu, Arsyad juga merasa sebal dengan tatapan intens dari Zaki ke istrinya. Ingin rasanya Arsyad menculek mata Zaki itu.
Kini Arsyad dan Syahla sudah sampai di ruang tamu. Di sana sudah ada Fatimah dan Usman yang sedang berbincang. Ketika mereka menyadari kehadiran Arsyad dan Syahla, mereka segera menyambut pengantin baru itu dengan ramah dan mempersilahkan mereka untuk duduk. Arsyad tanpa basa-basi langsung menjelaskan tentang rencana bulan madunya bersama Syahla.
"Jadi kamu ngga bisa ikut acara?" tanya Fatimah ketika Arsyad sudah menjelaskan maksud kedatangannya ke pondok.
"Iya, ummi maaf ya. Arsyad kan juga pengen berlibur sama zaujati." Arsyad mengerling ke arah Syahla dan di balas dengan cubitan kecil di lengan Arsyad.
Fatimah tersipu melihat keromantisan menantu dan anaknya. "Yaudah ngga papa kalau itu mau kalian. Semoga cepat isi ya sayang..."
"Hehehe, do'anya, ummi."
***
Syahla terpaku dengan keindahan alam di Lombok. Ia memang orang Indonesia, tapi hidupnya sangat jarang di Indonesia karena dari kecil Syahla sudah hidup di luar negeri. Saat ini Syahla dan Arsyad sedang berada di pantai Lombok yang pasirnya berwarna putih. Mereka sama-sama menikmati keindahan senja sambil kepala Syahla tersandar di pundak Arsyad.
"Habibati..."
"Hmm."
"Ana ukibuki..." bisik Arsyad ketika matahari sudah hampir sirna.
"Ana ukhibuka, ya Zauji."
Arsyad mengelus lengan Syahla. "Udah pinter bahasa Arab ya?"
"Kan kamu yang ngajarin. Setiap mau bobo sama habis bobo kamu selalu ngomong dalam bahasa Arab."
Arsyad tersenyum. "Iya, supaya besok umma ngajarin anak-anak juga bicara dalam bahasa Arab."
Syahla menghela napas. Matanya menatap sendu langit senja yang begitu indah. "Mas, kalau seandainya aku ngga bisa hamil gimana?"
"Anak itu adalah titipan Allah sayang. Anak juga seperti maut, ngga ada yang tahu. Kalau Allah ngasih kita anak ya kita syukuri, tapi kalau Allah memang belum menghendaki seorang anak untuk di titipkan kepada kita, maka kita jangan terlalu bersedih hati, sayang..."
Syahla terpaku dengan kalimat Arsyad. Dari dulu ia sangat takut dengan yang namanya poligami. Membayangkan kehidupan di surga yang mana Arsyad nantinya akan di beri beberapa bidadari saja sudah membuat Syahla cemburu. Apalagi kalau Syahla di poligami. Sudah pasti Syahla memilih mati saja.
"Sudah hampir Maghrib. Kita pulang yukk."
"Gendong!" pinta Syahla dengan nada manjanya. Sebelum Arsyad menggendong Syahla, ia terlebih dahulu mencubit pipi gembul Syahla.
"Manjanya istriku. Bikin mas gemes tau ngga?"
Syahla hanya tersenyum dan akhirnya ia naik ke punggung Arsyad.
*
*
Suka ngga? Suka yaaa. Aku mati-matian muter otak di saat banyak masalah menghampiri. Tapi aku tetep berusaha up karena aku pengen melayani kalian, para readers 🤗🤗🤗🙃

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
SpiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...