BAB 37

1.3K 28 2
                                    

Jika keinginanku memiliki seorang anak dari rahim ku sendiri, tapi takdir berkata lain, maka hanya bisa kuserahkan semuanya kepada Sang Pencipta.

(Syahla Alfynatasha)








*







*





Syahla pov

Aku duduk di samping Arsyad sambil meremas kerudung lebar yang aku kenakan. Keputusan Ummi Fatimah benar-benar membuatku sangat bersedih, tapi apakah pantas aku menolak keputusan dari Ummi suamiku? Bukankah Ummi suamiku juga Ummi ku? Jika ini yang terbaik menurut kedua orang tua suamiku, maka itu pasti yang terbaik bagiku.

Dalam berumah tangga, jika suami istri sedang ada masalah, alangkah baiknya berunding dengan orangtua sang suami terlebih dahulu. Keputusan Ummi ku juga penting, tapi Ummi tidak mau ada perdebatan dengan besannya. Alhasil, Ummi ku hanya menyetujui keputusan kedua orang tua suamiku.

"Bagaimana, nak Ameera?"

Sakit...hatiku begitu nyeri ketika Abi Usman mempertanyakan kesiapan Ameera untuk mengandung anakku. Walaupun anak itu nantinya tidak akan ada percampuran dari Ameera, tapi bagaimana rasanya melihat perempuan yang dulu pernah di cintai oleh suamiku sendiri akan mengandung anakku?

"Bismillah...jika itu memang yang terbaik, maka saya bersedia untuk menjadi surrogate mother bagi anak Syahla dan Arsyad."

Oh, Allah...mengapa tidak kau gerakkan hati Ameera untuk menolak permintaan mertuaku? Mengapa kau takdirkan ini kepadaku Ya Allah? Apakah aku akan kuat menghadapi ini?

"Nak..." Ummi menyentuh bahu ku, sehingga aku terperanjat dari lamunan yang mengarahkan pikiranku pada hal-hal yang membuat ku bersuudzon kepada Allah.

"Terima kasih, Ameera... Terima kasih sudah bersedia mengandung darah dagingku dan suamiku."

Kulihat senyum ramah di wajah Ameera. Semoga hatinya juga ikhlas membantu program hamil ku ini. Sebagai manusia, aku memang tidak bisa menghindari prasangka buruk kepada orang lain, tapi jika ku lihat sikap Ameera belakangan ini, aku menjadi yakin bahwa Ameera telah berubah. Aku berharap cintanya telah pudar setelah satu tahun dari kembalinya Ameera.

"InsyaAllah akan ku jaga baik-baik anakmu nanti, Syahla," ucap Ameera sambil tersenyum hangat ke arah ku, yang sedikit memberikan kehangatan pula di hatiku.

"Kalau begitu, besok kita ke rumah sakit bersama-sama," ucap Arsyad dengan nada yang sedikit lemas. Aku sedikit paham apa yang dia pikirkan saat ini. Di satu sisi, ia tidak ingin aku sakit hati dengan keputusan orang tuanya. Namun, di sisi lain, ia harus menerima keputusan orang tuanya, karena memang berhari-hari Arsyad mencari surrogate mother, tapi hasilnya selalu nihil.

Kini, aku hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Allah. Aku yakin ini semua adalah yang terbaik bagiku. Bagaimana lagi jika takdir sudah berkata? Walaupun hati rasanya ingin menolak, tapi iman memaksa untuk tunduk kepada segala keputusan Nya... Yang aku minta hanyalah kekuatan dan kesabaran melewati ujian ini.

***

Syahla menatap nanar Ameera yang baru saja menjalani proses penanaman embrio milik Syahla di dalam rahimnya. Tangannya bergerak mengelus perut ratanya yang beberapa minggu lalu berisi makhluk kecil, tapi sekarang makhluk kecil itu di tanaman pada rahim orang lain. Dalam hati, Syahla berkata pada dirinya sendiri, jika ia harus kuat ketika kedua mertuanya mungkin akan lebih memperhatikan Ameera di bandingkan dirinya sendiri.

Di saat Syahla masih hanyut dalam lamunanya, ia merasakan kedua bajunya di sentuh oleh seseorang dari belakang. Syahla mendapati Zainab sedang tersenyum penuh makna ke arahanya, lalu Zainab menuntun Syahla untuk duduk di kursi rumah sakit.

"Syahla...apakah kamu akan kuat jika seandainya Ameera nanti tinggal bersama mu?"

Jantung syahla mencelos mendengar kalimat dari Umminya. Jika benar seperti itu adanya, lalu apa bedanya Syahla dengan orang yang di poligami? Hidup serumah dengan perempuan dari masa lalu sang suami, yang syahla pun tidak tahu apakah Ameera masih mencintai Arsyad atau tidak.

"Apa tidak bisa kalau Ameera tinggal bersama Ummi Fatimah dan Abi Usman, Ummi?" Dengan sangat hati-hati, Syahla bertanya kepada Umminya.

Menghela napas, Zainab mengelus tangan putri tercintanya itu, lalu ia berkata, "Adanya pertanyaan ini karena Ummi yang mendengarnya sendiri dari mertuamu, Syahla."

Syahla terdiam, ia ingin Umminya menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu.

"Mereka meminta kepada Arsyad agar Ameera tinggal bersama kalian. Mereka beralasan agar kalian bisa dengan mudah memantau janin kalian."

Seketika rasa tidak terima itu muncul di hati Syahla. "Tapi aku sama Arsyad bisa memantau bayi kami, walaupun Ameera tidak tinggal bersama kami, kan, Ummi?"

Zainab menatap iba ke arah putrinya. Ia paham betul dengan apa yang saat ini Syahla rasakan. Bagaimana mungkin seorang istri rela jika ada wanita lain yang masuk ke dalam rumah tanggannya? Di lihatnya wajah Syahla yang memerah dan matanya yang berkaca-kaca, lalu Zainab memeluk Syahla untuk menguatkan hatinya.

"Ummi..." lirih Syahla sebelum akhirnya tangisnya pecah dalam pelukan Zainab. Tangan Syahla mencengkram erat punggung Zainab agar suara tangisnya bisa di redam, tetapi semakin di tahan, Syahla merasa semakin tidak karuan. Ia menangis terisak, hingga tubuhnya bergetar hebat. Ada rasa amis yang keluar dari bibirnya akibat gigitan Syahla untuk meredam suara tangisnya.

"Syahla..."

"Um-ummi... akan-kah Sh-Syah-la kuat?"

Zainab semakin tidak karuan mendapat pertanyaan dari putrinya tersebut. Seketika pikirannya menelusuk ke masa lalu, dimana Syahla bercerita kepadanya bahwa Ameera menginginkan dirinya sebagai istri kedua Arsyad. Zainab yakin jika Ameera masih menyimpan perasaan itu sampai sekarang. Sungguh ia tidak rela jika Syahla sampai terluka dengan adanya Ameera di rumahnya. Haruskah Zainab menyuruh Syahla untuk berpisah dengan Arsyad?






*






*







Assalamualaikum, semuaa..... mon maap yaah karena aku baru Up 🥺🙏 Jangan lupa kasih jejak buat kalian yang ngga sengaja mampir😁😁

Maaf kalau banyak typo yak :) Tunggu next part nya yaah😉😉




Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang