Ciri-ciri calon penghuni surga itu ialah ketika di beri salam, maka ia menjawab.
~
*
*Wajah Syahla pagi kini terlihat begitu masam. Lebih masam daripada yang kemarin. Ia merasa sebal karena Zainab memaksanya memakai gamis, kaos kaki, dan kerudung yang lebar. Di tambah lagi langkah Taufik yang sangat cepat membuat Syahla terseok-seok dalam berjalan.
Saat ini, Syahla sedang melewati koridor sebuah pondok tahfidz yang sangat besar. Semua santri di sana baik putra maupun putri tidak berkedip menatap keindahan makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini. Untung saja Syahla sudah terbiasa di tatap seperti itu.
"Mba nya cantik banget ngga, sih?"
"Iya, banget pokoknya. Wajahnya tu mirip orang Mesir."
Syahla mendengar beberapa santri yang menyanjungnya dengan kagum sepanjang jalan, hingga sampailah dirinya dan Taufik di sebuah ruang tamu pondok tersebut.
"Assalamu'alaikum..." Taufik mengucapkan salam kepada seorang pria yang sepertinya sudah menunggu kedatangannya.
"Wa'alaikumussalam, Fik, mari masuk!"
Taufik dan Syahla masuk lalu mereka duduk bersebelahan.
"Sebelumnya saya minta maaf karena sudah mengganggu waktu nya, Usman. Maksud kedatangan saya hari ini adalah untuk mendaftarkan putri saya agar bisa bergabung di majelis taklim yang setiap tiga kali satu pekan itu."
Pria yang di panggil Usman itu mengangguk paham sambil sekilas menatap wajah Syahla, tapi yang di tatap malah acuh.
"Saya sangat senang jika putri mu mau bergabung di sini untuk belajar agama, Fik. Mulai besok putri kamu sudah bisa bergabung di majelis taklim."
Wajah Taufik memancarkan sinar kebahagiaan mendengar penuturan dari Usman. Segera ia mengucapkan terima kasih dan memberikan bingkisan yang tadi ia bawa.
"Arsyad kesini sebentar, nak.
"Iya, bah."
Mata Syahla terbelalak ketika mendengar suara yang tidak asing baginya. Ah, mungkin hanya perasaannya saja. Suara orang bisa mirip, kan?
Tangan Syahla mulai menggulir layar hp nya untuk mencari sebuah artikel. Pastinya artikel tentang dunia bisnis fashion.
"Assalamu'alaikum, semuanya."
Taufik dan Usman menjawab salam dari seorang pria bernama Arsyad itu, tapi Syahla hanya diam dan masih tetap fokus membaca artikel-artikel di hp nya.
"Ciri-ciri calon penghuni surga itu apabila di beri salam, maka ia menjawab."
Syahla kemudian ia menengadahkan wajahnya dengan perasaan yang sangat malas.
"Wa'alaikumussaa-"
Dahi Syahla mengernyit ketika menyadari siapa pria yang ada di depannya. Ternyata dunia ini begitu sempit. Dia adalah pria yang kemarin menabrak Syahla di bandara dan membuat Syahla di permalukan.
"Kamu?"
"Mba?"
"Kalian udah saling kenal?" Usman akhirnya angkat bicara.
"Ngga sengaja ketemu aja kemarin, bah," balas Arsyad.
Kini wajah Syahla memerah. Entah karena malu atau marah. Intinya saja, Syahla ingin sekali kabur sekarang!
"Perkenalkan ini anak saya, Muhammad Arsyad. Panggil saja Arsyad. Biasanya anak saya ini akan mengisi setiap satu pekan sekali pas hari jumat."
Tangan Syahla mencengkram gamisnya sedangkan Taufik mengangguk paham. Ada rasa kagum yang muncul di benak Taufik ketika melihat ketampanan Arsyad.
"Syahla, kamu belum memperkenalkan diri."
Mendadak Syahla merasa gugup. Ayolah Syahla. Ini bukan acara lamaran. Jadi, jangan gugup.
"Nama saya Syahla Alfynatasha."
Usman mengangguk paham."Nama kamu bagus, Syahla."
"Arsyad tolong tulis nama Syahla beserta identitasnya di buku pendaftaran."
"Iya, bah."
Nama : Syahla Alfynatasha
Umur : 22tahun
Profesi : designer"Terima kasih karena sudah menerima putri saya untuk bergabung di majelis ilmu pondok ini. Saya mohon agar putri saya di bimbing dengan baik di sini."
"Tenang saja, Taufik. InsyaAllah, Syahla akan mendapatkan teman-teman yang baik di sini. Arsyad juga akan ikut membimbing Syahla dalam belajar."
Udah kayak imam aja di bimbing-bimbing. Batin Syahla.
"Makasih, ustadz atas waktunya. Saya sama Abi izin pamit."
Arsyad dan Usman mengangguk. Lalu mereka mengantar Syahla dan Taufik sampai pintu gerbang pondok. Usman berjalan di samping Taufik sambil berbincang. Sedangkan Syahla berjalan di belakang Arsyad.
Di koridor pondok ini para santri di buat heboh kembali melihat Syahla yang berjalan di belakang Arsyad.
"Jangan-jangan mba itu calon istrinya Ustadz Arsyad? Yah, patah hati deh aku!"
"Hemm, mereka cocok banget tau. Ganteng sama cantik."
Ada yang iri ada juga yang mendukung. Ya namanya juga orang pasti beda pendapat, kan?
***
Mata Syahla berbinar ketika ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang selama ini ia idam-idamkan. Sungguh ini sangat indah baginya.
Rungan ini adalah ruang kerja untuk Syahla. Hadiah ini di berikan Taufik karena Syahla mau menuruti permintaan Taufik untuk mengikuti majelis taklim.
"Bagus banget."
Syahla menatap sekeliling ruangan ini dengan senyum yang terus merekah. Ia melihat ada banyak manekin dan juga beberapa mesin jahit. Ada juga buku-buku khusus desain yang tertata rapi di rak tempel dan masih banyak lagi perlengkapan menjahit sekaligus mendesain pakaian.
"Abi makasih!"
Sebuah pelukan di berikan oleh Syahla kepada Taufik. Pelukan erat yang berhasil membuat Taufik tertawa. Ia senang melihat Syahla se bahagia ini.
"Sama-sama, nak. Asal kamu mau nurut apapun akan Abi kasih buat putri bungsu Abi."
Senyum Syahla semakin melebar dan ia semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang ayah.
Di ambang pintu ada yang menatap suasana romantis antara anak dan ayah itu dengan senyum sumbang. Terlibat jelas ke irian tergambar di wajahnya. Ia benci Syahla!
Kira-kira siapa ya yang benci Syahla? Ayoo tebak...hihi 🤭🤭
![](https://img.wattpad.com/cover/322365492-288-k194947.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
SpirituálníBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...