Hanya air mata yang bisa mewakili perasaan di saat lisan sudah kelu dalam berbicara.
(Syahla Alfynatasha)
"Sabar, aku lagi telpon dokter."
Syahla langsung menghembuskan napasnya lega dan mengucapkan istighfar karena telah berburuk sangka kepada suami dan sahabatnya.
"Ameera kenapa, mas?" tanya Syahla sambil melangkah mendekati Ameera.
"Ngga tau, Syah, dia tiba-tiba berteriak kesakitan sejak setengah jam yang lalu."
Syahla menatap panik ke arah Ameera. "Kamu kenapa Ameera?"
"Kepalaku seperti di tusuk dengan ribuan jarum," ucap Ameera sambil menekan-nekan pelipisnya. Matanya terpejam erat karena dirinya merasakan sakit yang luar biasa.
Bola mata Syahla berputar sambil mengingat-ingat apa saja yang di lakukan dan di makan oleh Ameera kemarin. Beberapa saat kemudian Syahla terbelalak karena ia tahu bahwa Ameera alergi dengan sosis!
"Kemarin kamu makan sosis, kan?"
Ameera terdiam dan mengangkat kepalanya untuk melihat Syahla. Dan akhirnya ia mengangguk pelan "Iya, aku makan sosis."
Arsyad yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka pun membalikkan tubuhnya ke arah Ameera dan Syahla.
"Memangnya ada apa dengan sosis?" tanya Arsyad sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ameera alergi sosis, mas."
Menghela napas lega. Arsyad keluar untuk menunggu kedatangan dokter keluarga. Setelah lima belas menit menunggu, datanglah seorang dokter cantik yang mengenakan gamis. Ia adalah sahabat Arsyad, Ara.
"Assalamualaikum..." ucap Ara santun.
"Wa'alaikumussalam, Ara, ayo masuk!" Arsyad langsung menuntun Ara menuju kamar Ameera yang tidak jauh dari rumah tamu. Sesampainya Ara dan Arsyad di kamar Ameera, Ara langsung mendudukkan dirinya di sebelah Syahla. Ia mengeluarkan stetoskopnya dan menempelkannya di dada atas dan perut bagian tengah Ameera.
"Ini udah sejak kapan sakitnya?" tanya Ara kepada Arsyad.
"Satu jam yang lalu, Ra."
Ara mengangguk dan segera menuliskan resep dokter di sebuah buku kecil, lalu ia menyobeknya dan menyerahkannya kepada Arsyad.
"Ini resep dari aku, nanti beli di apotek, ya, Ar."
Arsyad mengangguk, lalu mengantarkan Ara untuk pulang. Setelah mobil Ara sudah tidak terlihat, Arsyad merasakan ada yang aneh dengan perempuan itu. Ada apa dengan Ara? Apakah dia sedang ada masalah? Ah, sudahlah, itu urusan Ara.
Arsyad kembali masuk ke dalam rumah.
***
Seharian ini Syahla di buat sibuk dengan gaun-gaun pesanan para customer. Ada juga yang jadwal fitting hari ini dan hal itu membuat Syahla lumayan pusing. Di saat tangannya sedang mendesain gaun di manekin, tiba-tiba Syahla teringat dengan kondisi Ameera di rumah.
"Mawar, nanti kalau ada yang mau fitting langsung telpon aku, ya. Aku mau mastiin keadaan Ameera dulu," ucap Syahla dengan nada yang begitu lemas.
"Bu Syahla sakit?" tanya Mawar ketika ia mendapati wajah Syahla yang begitu pucat.
"Hehe, cuma lemes dikit karena semalam ngga tidur."
Syahla memang tidak tidur sama sekali setelah ia pulang dari butik semalam. Ia terjaga karena Ameera yang selalu merengek kesakitan. Mau tidak mau, Syahla harus selalu melayani Ameera seperti mengambilkan minum, atau mengambilkan buah agar rasa sakit di kepalanya sedikit mereda.
"Baik, Bu, nanti saya urus kalau ada klien yang mau fitting," ucap Mawar kemudian.
Sesampainya Syahla di parkiran, ia hampir saja jatuh karena kepalanya yang mendadak sangat pusing. Tubuhnya juga sangat lemas, serta perutnya begitu mual. Sepertinya ia harus menelpon supir untuk menjemputnya.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya supir Syahla datang. Dengan langkah sempoyongan, Syahla masuk ke dalam mobil dan langsung menghempaskan tubuhnya. Perlahan matanya terpejam hingga tidak terasa ia sudah sampai di depan rumahnya.
"Sudah sampai, Bu," ucap pak supir kepada Syahla. Namun, Syahla masih terlelap. Akhirnya supir itu turun dan membuka pintu belakang.
"Bu, sudah sampai," ucapnya lagi.
Syahla yang mendengar suara pak supir akhirnya terbangun juga. Ia mengerjakan matanya beberapa kali dan sedikit merasa lebih baik setelah tidur barusan.
Pyorrr...
Mata Syahla terbelalak ketika ia mendengar ada sesuatu yang pecah dari dalam rumah. Segera ia berlari ke rumah dan mencari sumber suara tersebut. Ternyata guci kesayangannya pecah dan ia melihat Ameera yang sedang berdiri resah menatap Syahla.
"Ya Allah, Ameera kamu ngga papa?"
"I-iya, aku baik-baik saja, tapi gucinya..." ucap Ameera merasa bersalah kepada Syahla.
"Udah, ngga papa. Nanti biar bibi yang bersihin. Oh iya, kamu udah minum obat?"
Ameera menggeleng dan mengelus perutnya. "Dari tadi aku males minum obat. Kayaknya ini bawaan dedek bayi deh, mungkin dia kangen sama ayahnya,"
Deg
Syahla mendadak Ameera sudah keterlaluan dalam berbicara. Bayi di dalam kandungan itu jelas-jelas murni dari Syahla dan Arsyad. Bagaimana bisa ia bersikap seakan-akan itu adalah anaknya dan Arsyad.
"Ameera, jaga bicaramu!" ucap Syahla yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Memangnya aku salah?"
Tanpa menjawab pertanyaan Ameera, Syahla pergi meninggalkan Ameera begitu saja. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Perlahan air matanya turun membasahi pipi Syahla.
"Kenapa bukan aku saja yang mengandung anakku sendiri? Kenapa harus orang lain yang mengandungnya?"
*
*
Assalamualaikum guyss. Jangan lupa vote dan komen yaaa... tunggu part selanjutnya🤗🤗
Kenapa Kepalaku ikut pusing yaa🤣 apa karena aku yang terlalu menghayati dalam setiap penulisannya? 🫢
Mon maap kalau banyak typo
![](https://img.wattpad.com/cover/322365492-288-k194947.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Surga Nya ( Tamat )
SpiritualBagaimana rasanya jika kita menjadi pengantin pengganti sahabat sendiri? Selamat berkenalan dengan Syahla Alfynatasha, seorang gadis cantik yang memiliki hati sekuat baja. Kepribadian yang dulunya begitu buruk perlahan berubah menjadi lebih baik den...