Sandaran dan kepastian

2.8K 227 12
                                    

Tolong tetap disini menjadi sandaran dan kepastian duniaku

( ꈍᴗꈍ)

Disa kini sudah siap-siap akan ke kantor suaminya, sudah lama ia tidak datang kesana, apakah Disa Antagonis membuat masalah sebelumnya, Disa harap tidak, ia takut orang akan salah faham dengan karakter aslinya itu.

Sesampainya disana semua orang menunduk sebagai penghormatan, wajah mereka berbeda-beda ada yang menatap segan, takut, dan benci.

Disa tidak mempermasalahkan itu. "Apakah suamiku ada di ruangannya?" Tanya Disa pada resepsionis.

"Maaf Nyonya tuan tidak ada di ruangannya." Disa menghela nafas.

"Dimana?"

"Kebetulan satu jam yang lalu ada meeting diluar kantor." Ucapnya.

"Hmm, berapa lama pertemuannya?" Tanya Disa lagi.

"Tidak bisa dipastikan, tapi mengingat jika Tuan masih ada pertemuan di kantor A mungkin Tuan akan langsung berangkat kesana setelah 1 jam lagi." Ucap resepsionis.

"Katakan dengan jujur apa yang aku lakukan 2 tahun terakhir di kantor ini?" Tanya Disa penuh dengan rasa penasaran.

"Emm...sud-ah 20 karyawan dipecat karena tidak disukai oleh N-yonya." Ucap resepsionis dengan gugup membuat Disa menatap tidak percaya.

"Apa alasannya?"

"Hampir dari mereka karena membicarakan anda, selebihnya karena mereka tidak sengaja membuat anda marah." Disa membulatkan mata, masalah sepele.

"Besok panggil orang-orang yang tidak sengaja membuatku marah, selebihnya tidak perlu." Ucap Disa diangguki resepsionis.

"Apakah ada yang anda butuhkan lagi Nyonya?"

"Saya akan menunggu di ruang suamiku saja, jangan bilang jika saya datang mengerti?" Resepsionis mengangguk tanda mengerti.

Disa nampak mengitari ruangan suaminya, ia melihat tidak banyak perubahan apalagi foto dirinya dan Rafail yang diletakkan di sebuah pigura kecil di atas meja.

Cklek

"Wifey!!" Rafail lantas memeluk Disa dengan erat seakan belum bertemu sekian lama, sedangkan Disa terkejut.

"Eh bukannya??"

"Kamu bicara saja ingin datang, aku akan meminta Sean menggantikan rapatnya lagian tidak terlalu penting bagiku, untung Sean diberi tahu resepsionis jika kamu menunggu jadi aku setelah rapat selesai langsung datang ke kantor." Disa menggeleng tidak percaya.

Disa lantas membetulkan dasi suaminya. "Lain kali tidak boleh begitu, kasian sekertaris kamu harus melakukannya sendiri dia juga punya tugasnya sendiri." Ucap Disa menatap Rafail seolah memarahi anaknya.

"Memang tugasnya membantu tugasku juga Wifey, mengapa kamu seolah sedang membelanya?" Disa menatap kesal, mengapa suaminya selalu sensitif.

"Iya aku tau, tapi jika aku menjadi sekertaris mu apa kamu juga akan senang aku selalu menggantikan mu padahal tugasku tidak seberat itu, aku minta kamu kurangi tugasnya nanti." Rafail menghela nafas.

"Hmm, akan aku coba jika tidak sedang bersamamu." Ucap Rafail dengan nada lesu.

"Kamu jadi ada pemikiran untuk tidak bersamaku?" Rafail yang mendengar itu menjadi gelagapan dan menggeleng cepat pertanda istrinya salah menafsirkan ucapannya.

Rafail mencium tangan itu dengan penuh cinta. "Kamu salah mengerti ucapan ku,  Tolong tetap disini menjadi sandaran dan kepastian duniaku dan tidak ada perpisahan setelah masalalu." Ucap Rafail membuat Disa tersenyum.

"Bisa aja ya kamu kok makin kesini gombalnya makin menjadi?"

"Biar kamu gak bosen aja sama aku yang gak romantis ini." Ucap Rafail membuat hati Disa senang. "Iya aku percaya awas aja sampai kamu kecewakan aku tidak akan ada pengampunan!" Ancam Disa. "Iya lah pawang aku cuman kamu kok." Disa terkekeh dan meminta suaminya duduk.

Disa pun menyuapi Rafail karena suaminya masih kesal sejak dirumah Disa hanya memperhatikan anak mereka. "Sudah tidak perlu menggerutu, sekarang aku suapin kamu tanpa anak-anak kan?"

"Ybwa kebsel ajwba." Ucap Rafail tidak jelas kerena mulutnya penuh dengan makanan. "Habiskan dulu makannya kalau sudah ditelan baru bicara!"

Rafail akhirnya meminum air putih. "Kesel aja kalau dirumah rajanya kamu tuh anak-anak gak inget apa kamu masih punya suami?" Ucap Rafail.

"Astaga Hubby kamu cemburu sama SKY?" Tanya Disa.

"Sky? Siapa itu." Tanya Rafail tidak mengerti, Disa lantas terkekeh. "Singkatan anak kita lah Sarfaraz Keysha dan Yardan." Ucap Disa.

"Bisa aja kamu, ouh tapi cocok juga jadi ibaratkan mereka itu langit kita bukan? Demi hal itu kita harus mencapai langit dan langit kebahagiaan itu mereka." Disa setuju dan mengangguk.

"Betul."

"Aku sih gak cemburu cuman kamu tuh gak bisa apa bagi waktu aja antara anak dan suami?"

"Kamu kadang-kadang ngeselin juga ya, anak-anak sama aku cuman beberapa jam, malamnya kan dihabisin sama kamu, sekarang mau ngelak siapa yang habisin waktu lebih lama sama aku?" Rafail terkekeh.

"Tiap aku libur anak-anak kan selalu sama kamu full satu hari." Ucap Rafail mengadu.

"Eh mana ada, itu memang janji kamu juga sama mereka kan, apalagi sejak awal kalian tidak pernah protes jadi kalau mau bilang sama anak-anak mereka setuju gak kalau satu hari itu aku sama kamu."

"Mereka mau gak ya? Key itu paling susah dibujuk yang lain kan gak semanja anak bungsu kita." Ucap Rafail.

"Memang kamu gak bisa libur dihari selain Minggu? Biar aku ada waktu setelah sama kamu Minggu full sama anak-anak?" Rafail nampak menimang.

"Gak bisa aku juga pengen ngasih waktu buat anak-anak, semua jadwal akan padat dihari biasa kalau hari liburkan semuanya juga ikut libur jadi jarang tugas, kalau aku alihkan nanti tugasku gak akan selesai hiks..." Disa melotot.

"Kok nangis??"

Rafail memeluk Disa. "Gak bisa nahan kesel, anehnya kenapa hiks...sama kamu itu kayaknya bakal susah Wifey." Disa terkekeh mencium wajah itu dengan gemas.

"Itu sih resiko kamu jadi CEO, aku suka suami yang bertanggungjawab kalau kamu gak tegas sama prinsip kamu berarti kamu bukan suami aku."

"Suami siapa dong?"

"Orang utan."

"Ah orang utan gak mau sama aku karena sukanya merengek sama istri, kayaknya cuman Disa yang bisa merawat Rafail Xavier Cyrilo." Disa tersenyum tipis. "Makannya udah deh jangan banyak tingkah, ngaku juga kan suka jadi beban?"

Rafail mengangguk setuju.

Mereka akhirnya menghabiskan waktu berbicara siang itu, entahlah tapi mereka akan benar-benar meluangkan waktu untuk berbicara demi keharmonisan rumah tangga mereka.

"Malam nanti aku ada undangan bisakah kamu ikut?" Disa mengetuk dagu. "Bersama anak-anak?"

"Sayangnya hanya 2 orang pasangan, mereka akan dititip pada Yulia saja." Ucap Rafail.

"Yulia??"

"Kamu gak tau ya? Ouh iya aku lupa Yulia pembantu kita yang deket sama kamu itu sekarang suka jagain Sky karena waktu itu kamu berubah, dia jarang datang karena memang aku suruh datang kalau kamu kerepotan nanti." Ucap Rafail.

"Ouhh gitu yaudah deh aku gak khawatir kalau ada yang jagain, mereka masih kecil juga takutnya butuh sesuatu gak bisa sendiri kan?" Rafail mengangguk setuju.

TBC.

Yuhuu gimana perasaannya akhirnya author Up S2, ada yang udah kesenangan kah? Hehe...

Okok...mari simak chapter selanjutnya, jangan lupa tinggalkan jejak🥰

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang