Aku ingin kepercayaan mu karena rasa cintamu bukan apapun itu harus karena bukti
( ꈍᴗꈍ)
Esoknya suasana berbeda seperti biasanya Disa sama sekali tidak berbicara pada Rafail tetapi ia masih melaksanakan tugasnya sebagai istri.
Seperti sekarang Disa memasangkan dasi di leher suaminya tetapi pandangannya tidak menatap mata Rafail yang memandangnya sedari awal.
Cupp
Satu kecupan di bibir membuat Rafail tersenyum. "Aku percaya padamu Wifey." Ucap Rafail membuat Disa mendongkak.
"Apa yang kamu percaya?" Tanya Disa.
"Entahlah tapi aku yakin kamu memiliki alasannya yang aku tidak tau, aku hanya ingin kamu jangan berubah." Ucap Rafail menangkup pipi Disa dengan hangat.
Mendengar hal itu Disa kecewa dalam arti suaminya tidak benar-benar percaya hanya karena ingin Disa tidak mendiamkannya, caranya dengan mengambil jalan tengah dan memberikan ketenangan.
Tapi Disa tidak seperti itu, ia hanya ingin kata percaya tanpa alasan, terlalu banyak keraguan Dimata suaminya dan Disa tidak bisa menolak itu, ia sendiri yang akan mengungkap tanpa harus membebani suaminya.
"Hmm."
Disa pun membawa tas suaminya untuk ke meja makan, lalu Rafail menarik pinggang istrinya dan tersenyum menatap sang istri mendongkak ke arahnya.
"Sore nanti aku akan ke cafe untuk menenangkan pikiran ku mungkin Jane akan bersamaku." Rafail mengecup puncak kepala istrinya dan tersenyum. "Lakukan selagi membuat hatimu membaik Wifey." Disa mengangguk.
"Pagi ini sepertinya aku ingin disuapi selagi anak-anak tidak ada." Mendengarnya Disa terkekeh masih saja suaminya memiliki niatan bermanja-manja dalam kesempatan.
"Iya, mau nasi atau roti?"
"Nasi goreng saja, setiap kali aku bekerja terkadang kalau roti saja perutku selalu meminta asupan Wifey." Ucap Rafail.
Disa mengangguk lantas mengambil piringnya dan mereka makan sepiring berdua ditemani para pelayan disekitarnya.
"Dimana Yulia?" Tanya Disa.
"Beliau sedang sakit Nyonya." Ucap kepala pelayan.
"Hmm."
"Kenapa kamu hanya diam saja, tidak ada niat untuk menjenguknya, aku lihat kamu sangat dekat dengannya kemarin-kemarin ini?" Tanya Rafail sambil mengunyah makanannya.
"Kenapa?"
"Kenapa bertanya ulang, aku hanya ingin memberitahu jika kamu lupa, bahkan hubungan kalian sangat baik kan?" Tanya Rafail.
"Jangan membahas dia tolong, bisakah kamu fokus dengan makanannya?" Tanya Disa dengan lembut. "Baiklah tapi kamu jangan..."
Trakk
Disa berdiri dengan wajah datarnya. "Bisakah berhenti membicarakan orang lain Hubbyku paling benar, apakah kamu tidak bisa menghargai istri sendiri? Saat kamu meminta aku untuk tidak dekat William aku melakukannya tapi saat aku meminta satu hal kenapa kamu merasa sulit? Jadi apakah dimata mu sekarang aku berubah, baiklah." Disa pun dengan kesal pergi menuju kamarnya membuat suasana mansion menjadi hening.
Rafail menghela nafas melihat mood berubah istrinya. "Pastikan istriku sarapan lagi karena ia baru memakan 2 suap." Ucap Rafail, ia hanya ingin memberikan istrinya waktu sendiri semoga nanti istrinya bisa memaafkannya.
Disa mengepalkan tangan entahlah jika menyangkut Yulia kini rasanya begitu memuakkan, rasanya seperti datang Herra baru yang berbeda wujud.
Ia juga ingat memang dulu ia dan Yulia dekat tapi jika melihat bagaimana caranya menyukai suaminya ia tidak rela.
Tok
Tok
"Nyonya suami anda mengirim sarapan, beliau berpesan agar Nyonya sarapan lagi karena baru dua suap." Disa menghela nafas ia ingat Rafail juga baru 2 suapan jadi ia akhirnya memakan sarapannya terlebih dahulu dan berniat mengantar makan siang nanti yang banyak.
Tok
Tok
"Masuk!"
Disa pun melangkah masuk mendapat suaminya yang sibuk dengan komputernya, Disa menghela nafas dan mendekat ke arah Rafail.
"Hubby makan dulu." Ucap Disa.
Rafail mendongkak mendapati istrinya dan tersenyum lalu memeluk dengan erat sesekali mencium pipi Disa. "Maaf jika pagi tadi membuatmu tidak suka, tapi..."
Disa langsung menutup mulut suaminya dengan menggunakan telapak tangan. "Ayo makan!" Rafail mengangguk.
Setelah menyelesaikannya Disa segera membereskan bekas makan suaminya lalu Rafail memandang tangan istrinya yang terluka. "Ini kenapa?"
"Hanya goresan pisau saat mengupas buah." Ucap Disa membuat Rafail menghela nafas kasar. "Nanti minta pelayan yang melakukannya, kamu itu ratu ku tidak boleh melakukan hal apapun kecuali melayani suami dan menjaga anak!" Disa mengangguk.
"Ini bukti bahwa aku mencintai suamiku. Kalau kamu gak habisin buahnya aku nanti marah!" Rafail terkekeh lantas menarik Disa ke pangkuannya.
"Terkadang aku ingin egois dengan kamu tetap seperti ini." Disa mengangguk. "Terkadang aku juga menginginkan kamu percaya padaku karena cintamu bukan selalu harus memiliki bukti." Ucap Disa dengan senyum getir. "Sayang itu sulit bagimu dan aku paham."
Disa pun memeluk Rafail dengan mengalungkan tangannya dileher Rafail lalu mencium rahang tegas suaminya. "Aku berharap bisa selalu bersamamu Hubby."
"Tentu saja kita bisa melakukannya, terlebih aku berharap kamu akan selalu di samping ku sampai tua." Disa tersenyum namun dengan wajah sedikit sedih.
"Ah sudahlah aku sangat menganggu waktu istirahat mu dan sekarang sudah selesai hubby, aku akan kembali membawa tempat makannya. Dan ini aku beli coklat, aku rasa kamu harus dikasih yang manis sebelum istri manis mu menghilang."
"Sogokan?"
"Hmm kamu seperti Key sulit ditinggalkan." Mendengarkan perkataan istrinya Rafail terkekeh, rupanya sikap Keysha menurun darinya tanpa ia sadari.
"Baiklah aku terima." Ucap Rafail mencium bibir istrinya sebelum benar-benar fokus pada pekerjaannya.
"Nanti minta supir menunggumu saja saat di cafe." Ucap Rafail. "Tidak itu akan membuatnya menunggu lama, aku akan pulang bersama Jane, dia pasti membawa mobil." Rafail mengangguk.
Di cafe.
"Disa!!"
Disa pun mendekati sumber suara mendapati Jans sudah menunggunya. "Apakah sudah lama?" Tanya Disa.
"Tidak."
"Ah sudah pesan rupanya kamu tau saja aku haus Jan." Jane terkekeh ia memang mengerti bagaimana Disa itu selalu harus tersimpan air walau minimal air mineral saja ia akan teguk.
"Jadi masalah dengan Yulia sudah selesai?"
Disa menggeleng sudah ia usahakan tapi itu sedikit sulit apalagi suaminya memberikan bukti yang membuat Yulia dinyatakan tidak bersalah, Disa tidak tau harus membuat Rafail percaya dengan cara apa lagi.
"Harusnya kamu merekam apa yang Yulia katakan, pakai Cctv sekalian." Ucap Jane sambil menyeruput minumannya.
"Kau benar Jan aku tidak berpikir kesana aku akan mencobanya lain waktu." Ucap Disa diangguki Jane.
Drtt
"Ah Disa sepertinya Toni menungguku dirumah karena Tino sakit jadi aku tidak bisa lama." Disa mengangguk.
"Pulanglah Toni pasti membutuhkanmu Jan, semoga ia lekas sembuh." Jane mengangguk lantas memeluk Disa sebelum pergi. "Hati-hati dijalan!" Jane mengangguk.
Disa kini duduk sendirian ia menatap ke arah jalanan yang padat dengan kendaraan hingga seseorang menyapanya. "Hai Disa, sendiri saja disini?" Disa menoleh mendapati William.
"William?"
"Hmm boleh aku duduk, sebenarnya aku juga ingin bercerita masalah kemarin tentang kematian Yolanda yang belum sepenuhnya aku jelaskan." Mendengarnya Disa mengangguk mempersilahkan William duduk.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Changed (S2) END
FantasyDisya kembali masuk ke dunia novel nya karena suatu hal, setelah melihat betapa bodohnya Disa antagonis memperlakukan anaknya dan suaminya, akhirnya ia memantapkan diri untuk berubah lagi dan akan selamanya menjadi Disa demi kebahagiaan, namun mampu...