Rencana selama 3 hari

848 96 0
                                    

Berusaha adalah salah satu kunci keberhasilan, tidak ada yang mulus dalam menginginkan sesuatu.

( ꈍᴗꈍ)

Rafail nampak frustasi karena hari ini Disa mengunci pintu kamarnya, sedangkan dirinya ingin meminta maaf, setelah makan malam Disa langsung ke kamar bahkan tidak sedikitpun mengobrol dengannya.

Tuk

"Papa?" Keysha menaikkan sebelah alis menatap Rafail duduk di depan pintu kamarnya sendiri, melihat putrinya keluar Rafail lantas berdiri.

"Key?"

"Papa kenapa duduk seperti itu, dingin loh...bahkan Papa bisa membeli kasur jika memang membutuhkannya, Keysha bisa minta Uncle Sean membelikan itu." Rafail menggeleng kepala.

"Ah, Key tau pasti Papa dan Mama masih bertengkar kan, ayolah Pa bahkan hubungan Key saja dengan Kak Araz lebih membaik walau saat ada Kak Yar kami bertengkar hebat..."

"....Mungkin Kak Araz cemburu." Bisiknya takut di dengar sang Kakak yang sudah tidur pulas, tidak bisa mengelak jika pendengaran sang kakak setajam serigala.

"Tidak kok, Papa dan Mama baik-baik saja, Key tidak perlu khawatir." Keysha menatap Rafail curiga.

"Lalu, kenapa Papa masih diam di depan pintu dan tidak masuk?" Mendengar hal itu Rafail gelagapan seperti maling yang tidak mau mengaku, memang benar pertanyaan seorang anak kecil terkadang sulit untuk dijawab dari pada orang dewasa.

"Itu..mm..karena Papa dari bawah ya..Papa habis ambil air karena haus." Ucap Rafail merasa lega mendapatkan sebuah alasan yang cukup logis.

"Oh ya, Lalu sekarang Papa tidak niat untuk masuk ke kamar gitu?" Seketika Rafail tercekat lagi mendapati pertanyaan lainnya, astaga mendapat sifat siapa putrinya selalu curiga pada setiap hal apapun.

"Emm...itu karena Papa liat kamu keluar sayang, kenapa hmm?" Keysha seketika sadar jika ia ingin mengambil bukunya yang tertinggal di bawah.

"Key tadinya mau ambil buku di bawah." Rafail mengangguk lantas ia pun turun mengambilnya dan memberikan buku dongeng pada putri kecilnya.

"Thanks Papa, Papa memang best." Rafail mengangguk mengecup pucuk kepala putrinya. "Sudah malam besok sekolah jadi jangan lupa berdoa mimpi indah sweetie." Keysha mengangguk.

"Tapi Key masih mau Papa yang masuk duluan, jarak kamar tidak jauh Pa jadi Key masih berani ke kamar sendiri." Rafail menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Tidak! Sebagai Papa yang baik harusnya Papa yang memastikan putrinya selamat sampai tujuan." Keysha jadi teringat dengan seorang putri yang dikawal Ayahnya menjadi teringat dan ingin seperti itu.

"Baiklah Key duluan." Namun sampai di depan pintu ia teringat dengan perkataannya. "Papa mau membohongi Key ya? Papa juga tidak masuk pokoknya dari sini Key pengen lihat Papa masuk kamar!" Seketika keringat di dahi Rafail mulai keluar membuat Key memicingkan mata tajam sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Sudah 1 menit hal itu belum juga terjadi membuat Key geram. "Papa bohong kan!" Kesal Keysha menatap dengan kesal dan Rafail pun bersimpuh karena menyesal membohongi putrinya.

"Maafkan Papa Key, Papa dan Mama..." Namun belum selesai lantas pintu terbuka dan Disa segera menarik Rafail tanpa kata apapun membuat Keysha menganga mendapati tubuh Papanya menghilang dalam kedipan mata.

Ia lantas berpikir kekuatan macam apa itu hingga Papanya tiba-tiba tidak ada di dalam pandangannya, tak lama suara pintu terbuka di sampingnya melihat sebuah kain putih berdiri di depannya.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang