Kesempatan yang kesekian kali
( ꈍᴗꈍ)
Cupp
"Morning princess nya Papa." Ucap Rafail membuat Keysha langsung berhamburan memeluk Rafail.
"Morning Papa, ah Key seneng Papa datang untuk Key biasanya Papa sibuk sama Mama." Rafail terkekeh.
"Maafkan Papa yang sering membuat Key sendirian, mulai sekarang Papa akan selalu mengunjungi kamar Key mau sebelum tidur atau saat bangun tidur Ya??" Keysha mengangguk dengan senang.
"Papa hari ini Key ingin menemui Kak Ardan, Key mengerti jika Kakak tidak bersedih lagi karena Papa dan Mama bertengkar, jadi Key ingin berbicara dengan Kakak." Rafail merasa beribu jarum menusuk hatinya, mendengar perkataan polos sang putri.
"Iya, sorry Papa belum bisa menjadi superhero kalian." Keysha mengangguk lantas memeluk Rafail dengan erat.
"Papa sudah jadi superhero kami, Papa sudah berusaha membawa Kakak ke rumah sakit, Mama bilang Tuhan lebih sayang Kakak dan ingin Kakak bahagia tanpa beban jadi Key tidak sedih jika Kakak memilih bahagia bersama Tuhan." Rafail tersenyum simpul.
"Itu baru anak Papa, kita bangunkan Kak Araz yuk!" Keysha mengangguk dan langsung berlari menuju kamar Araz.
Tok
Tok
"Kakak bangun!! Jangan lupa ya masih ada jadwal sekolah." Teriak Keysha dengan suara nyaring, Rafail tersenyum akhirnya setelah mereka melewati hari yang sangat berat putrinya kembali ceria.
Lantas ia menatap ke arah bawah masih banyak pelayan yang baru datang, namun matanya mencari sosok wanita yang ia cintai, seketika matanya menangkap wanita cantik yang ia rindukan tengah membawa sarapan ke meja.
Rafail menghela nafas lalu ia segera bersiap masuk ke dalam kamar mandi. Hati nya sebenarnya rapuh ia tidak bisa menuangkan semua ini karena kesalahannya, rasa egois untuk menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam lubang yang sama.
Ia memang bodoh.
Setelah selesai ia pun keluar kamar mandi, saat hendak membuka lemari pakaian, ia melirik ke arah ranjang, disana sudah tersedia pakaiannya. Bibirnya seketika tersenyum ia menyimpulkan jika yang membawanya adalah sang istri.
Tok
Tok
"Maaf Tuan itu pakaian yang sudah bibi siapkan, Bibi permisi dulu Tuan." Mendengar hal tersebut dari kepala pelayan rasa senang dihatinya kian runtuh, hal yang ia bayangkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
"Hmm, Thanks Bi." Kepala pelayan mengangguk dan pergi.
Lantas Rafail segera mengambil pakaian lain untuk ia gunakan, menurutnya hanya istrinya yang berhak mengaturnya ia tidak akan menggunakan pakaian yang diberikan orang lain.
Rafail pun turun matanya melihat ke arah anaknya yang sudah siap di meja makan, ia jadi teringat biasanya mereka bertiga hal itu menambah rasa penyesalan di hatinya siapa yang rela anaknya pergi untuk selamanya, anak yang selama ini ia idamkan anak yang selalu ia beri kasih sayang.
Memang pernah ia menelantarkan mereka saat istrinya berubah itupun hal yang bodoh yang ia lakukan semua hal yang benar-benar tidak patut dilakukan oleh seorang ayah pada anak-anak nya.
Ia melirik ke arah seorang wanita yang masih mempersiapkan sarapan anak mereka.
Rafail sungguh br*ngsek membiarkan wanita yang ia harapkan datang kini bersedih kembali karena ego nya.
"S-elamat pagi anak Papa." Sapa Rafail dengan senyumnya membuat Keysha dan Araz menoleh setelah mendengar sapaan pagi mereka.
"Pagi Papa.." ucap mereka serentak, lantas Rafail menoleh ke arah istrinya.
"S-elamat pagi Wifey." Ucap Rafail dengan sedikit gugup karena istrinya tidak memberikan senyum seperti biasanya, wajah datar yang tidak ramah.
Disa yang merasa seseorang memanggilnya lantas ia menoleh. "Pagi." Jawab Disa seadanya.
Rafail menghela nafas setidaknya Disa masih mau membuka suaranya, tidak membiarkannya digantung. Saat Rafail akan duduk di kursinya ia mendengar suara Disa nampak tidak senang.
"Pilihanku rupanya buruk bagimu." Seketika tubuh Rafail menegang mendengar hal itu, apa maksud Disa mana mungkin ia membantah akan pilihan istrinya.
"Maksudnya?"
"Aku sudah lelah naik ke atas untuk mempersiapkan pakaian untukmu tapi kau sama sekali tidak menghargainya, aku tau kau sudah tidak mencintaiku lagi aku sadar Hubby."
Lantas Disa mengambil roti menghidangkan untuk Rafail. "Maaf aku tidak tau Bibi bilang..."
"Hanya karena Bibi? Aku tau kamu tidak akan pernah mempercayaiku secinta apapun aku, tapi bagimu tetap saja aku tidaklah penting, hanya karena Bibi mengatakan jika itu yang ia lakukan kau percaya Hubby? Aku yakin jika seseorang datang mengatakan jika aku berselingkuh kau akan percaya juga kan? Huh sama saja!" Roti di piring itu kini telah siap dimakan namun Rafail segera berlari ke arah kamarnya ia langsung mengambil baju tadi dan menggantinya secepat mungkin.
Ia tidak mau Disa kembali marah karena saat istrinya sudah mulai membaik ia tidak pernah siap jika Disa kembali membencinya.
"Mama, jangan marah pada Papa." Ucap Keysha dengan wajah sedih, ia tidak tau jika kepergian Kakaknya akan berdampak buruk bagi kebahagiaan orang tuanya.
"Kak Ardan sudah bahagiakan, kenapa Papa dan Mama tetap marahan?" Disa menghela nafas berat itu memang benar, tetap saja bagi seorang Ibu anak adalah hartanya jika pergi maka ia merasa semuanya hilang, karena anaknya adalah perjuangannya cintanya kebahagiaannya.
"Sorry..Mama masih, teringat Yar." Keysha menunduk ia pun sama, Yar adalah pahlawannya ketika ia di jahati oleh Disa antagonis.
"Mama maafkan Araz yang menjadi anak paling besar tapi Araz tidak bisa menjaga adik Araz, Mama boleh hukum Ar tapi jangan benci Papa." Mendengar hal itu hati Disa semakin sesak, ingin rasanya menjerit mengatakan kenapa semua ini terjadi, tapi ia tidak bisa merubah apapun.
"Hiks...Mama..."
"Ada apa!" Saat Rafail turun ia terkejut mendapati sang istri menangis, lantas menatap kedua anaknya meminta penjelasan saat ingin menyentuh Disa, Disa menepisnya lantas menghapus jejak air matanya.
"Aku ingin sendiri!"
"Araz, Key setelah selesai sarapan jangan lupa bawa bekalnya Mama ke kamar dulu." Ucap Disa lantas pergi begitu saja membuat Araz memegang tangan Keysha dengan lembut.
"Biarkan Mama menenangkan diri, Kakak sekarang yang akan menggantikan Yar." Keysha menghela nafas dan mengangguk, ia lantas mengekor di belakang Araz.
"Papa, kami berangkat sekolah bersama supir." Rafail mengangguk, ia tidak menyangka dampak dari kesalahannya begitu besar istrinya begitu sulit memaafkannya, dia memang keterlaluan harusnya sejak awal ia bersyukur Disa masih mau kembali dengannya, menerima semua kekurangannya tapi apa, ia bahkan kembali mengulang hal yang sama membuat dirinya tidak bisa dimaafkan, Disa telah bersabar selama ini dengan sikapnya tapi ia begitu tidak tau diri menghapus semua kebahagiaan istrinya Rafail tau itu.
Ia pun mengambil tas kerjanya. "Bi, bawakan sarapan untuk istriku, pastikan ia memakannya sampaikan maaf ku karena ada meeting pagi ini." Ucap Rafail.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Changed (S2) END
FantasyDisya kembali masuk ke dunia novel nya karena suatu hal, setelah melihat betapa bodohnya Disa antagonis memperlakukan anaknya dan suaminya, akhirnya ia memantapkan diri untuk berubah lagi dan akan selamanya menjadi Disa demi kebahagiaan, namun mampu...