Ikut pergi

829 95 3
                                    

Aku akan berusaha sebaik mungkin mendapatkan kepercayaan mu lagi

( ꈍᴗꈍ)

Disa tersenyum saat ia bisa satu pesawat dengan suaminya ya walau ia di bagian ujung karena ia meminta Sean untuk tidak memberi tahu perihal dirinya mengikuti Rafail.

"Apa yang terjadi selama beberapa Minggu itu, apakah omsetnya juga menurun?"

Sean nampak membuka laptopnya. "Ya diagram nya menunjukkan penurunan drastis dengan isu di sosial media yang kian melonjak naik, bahkan ada beberapa investor yang mundur dalam melakukan kerjasama mereka."

"Lalu?"

"Hemm rupanya juga ada campur tangan kinerja CEO yang kurang kompeten dalam pengembangan setiap tatanan busana yang mereka pilih untuk diluncurkan, perdagangan yang menurun karena pemilihan desain yang tidak sesuai keinginan pasar." Ucap Sean diangguki Rafail.

"Ada berapa persen kemungkinan kita bisa memperbaikinya?" Tanya Rafail.

"40%, kekacauan sudah sedikit sulit di kendalikan, tapi karena anda memiliki banyak suntikan dana sehingga kita masih bisa memperbaiki kesalahan itu dan memulai untuk memisahkan masalah ini dengan orang di dalamnya." Sean lantas memberikan sebuah map merah pada Rafail.

"Itu data yang sedikit mengganjal karena tidak sesuai dengan laporan yang diterima perusahaan." Rafail membacanya dengan teliti. "Darimana?"

"Salah satu kepercayaan mencoba mencuri datanya dan itu data asli, jadi kemungkinan CEO yang memegang perusahaan di kota C melakukan penipuan." Rafail sekarang mengerti mengapa bisa dirinya dirugikan ternyata ada oknum yang tidak mau bertanggungjawab.

"Baiklah ini sudah valid, selesaikan saja dengan cara cepat ouh ya apa mungkin aku bisa mencari secepatnya pengganti CEO Somi?" Tanya Rafail.

"Untuk waktu dekat sangat sulit, mungkin anda yang bisa turun tangan dalam waktu 3 bulan sebelum saya mendapatkan yang baru dan terpercaya." Mendengar hal itu Rafail nampak sedikit keberatan, artinya ia akan pulang pergi untuk memantau situasi.

"Sangat tidak efektif jika saya yang melakukannya itu akan membuang waktu saya." Bukan Sean kesal ia hanya tidak mengerti dengan jalan pikir atasannya, ia tau perkataan itu bermaksud jika Rafail tidak mau berjauhan dengan istrinya, tapi itu memang resiko bagi seorang pebisnis bukan.

"Ouh untuk itu saya tidak bisa berkomentar, hanya saja saran saya anda sendiri yang harus pergi karena jika mengandalkan orang lain lagi bisa jadi hal serupa akan terjadi untuk ke dua kalinya." Ucapan Sean tidak ada salahnya jika mengandalkan orang lain belum tentu 100% akan terjamin.

"Akan saya pikirkan nanti." Ucap Rafail menghela nafas sejenak.

Disa yang mendengarkan semua percakapan itu nampak memikirkan matang-matang hal apa yang terbaik, ia memang suka fashion apa ia akan mengajukan diri saja secara dulu dia seorang model dan mengenal banyak pakaian yang sedang disukai para kalangan atas dan juga anak muda.

"Tidak ada salahnya kan." Disa akan mencoba untuk membujuk Rafail, masalah anaknya mungkin Disa akan mempercayakan orang tuanya sampai perusahaan itu ada pengganti ia yakin anak-anak mereka juga mengerti dan ia bisa membawa mereka juga sesekali berlibur di luar kota.

Setelah sampai di Kota C Disa turun akhir sekali melihat Rafail dulu apakah sudah pergi jika sudah barulah Disa keluar, masalah penginapan Sean telah mempersiapkan semuanya kamarnya berjarak 1 kamar agar tidak terlalu dekat.

Disa memasuki hotel dan mencari kamarnya, setelah mendapatkan nomor kamarnya segera ia masuk untuk melepas penatnya terlihat jika suaminya sudah menghilang.

Sean
Nyonya Tuan telah masuk kedalam kamar, anda bisa masuk segera karena besok pagi kami akan segera meninjau tempatnya

Disa bernafas lega karena tidak perlu ketakutan jika ketahuan, lantas ia pergi ke kamarnya, ruangan yang luas karena VIP.

Ia langsung bergegas mandi sebelum tidur membuka buku novel lalu membacanya, ah sudah lama tidak berjibaku dengan buku jadi ia merindukannya. "Astaga aku lupa mengabari anak-anak." Disa lantas mengambil ponselnya untuk video call dengan kedua anak kesayangannya.

"Hallo Mama, bagaimana apakah Mama nyaman disana, Key sangat ingin ikut." Ucapnya dengan manja.

Disa tersenyum hangat. "Iya, Mama nyaman tapi tidak bisa tenang juga berjauhan dengan anak manis Mama, maaf ya sayang tidak mengajak tapi jika Mama bisa maka suatu saat Mama ajak kalian jalan-jalan keluar kota bahkan keluar negri sekalipun sesuai keinginan kalian." Ucap Disa.

"Sungguh?? Ah Key ingin ke negara berlabel gajah saja melihat mereka banyak disana Key ingin menungganginya Ma." Disa mengangguk.

"Nanti kita pergi oke, jadi Key sama Kak Ar harus baik-baik jangan merepotkan Grandma dan Grandpa understand!" Mereka mengangguk mengerti.

"Mama tenang saja, percayakan Key pada Ar, Araz akan menjaganya jika dia tidak mau mandi kini giliran Araz yang akan memukul pantatnya." Keysha menatap tajam kearah Araz.

"Apa...Wleee." Ledek Araz.

"Sudah jangan bertengkar, baik-baik disana Mama akan rindu kalian." Ucap Disa dengan senang.

"Kami juga Ma..." Sambung mereka.

Tutt

Esoknya Disa telah terbangun ia menyimbak gorden terlihat jika matahari mulai naik seiring waktu bertambah.

"Huft aku akan memulai peranku aku akan melihat seberapa kuat hubby untuk berusaha menarik kepercayaan ku lagi." Ujar Disa, lantas ia segera ke kamar mandi untuk pergi keluar karena tidak mungkin seharian akan berada di kamar hotel.

Sean
Saya dan Tuan telah berangkat meninjau perusahaan, jika Nyonya ingin menyusul saya sudah siapkan supir di bawah.

Me
Terimakasih Sean

Setelah itu Disa pun turun hari ini cuaca cukup panas jadi ia mengenakan pakaian dress di atas lutut dengan bando berbentuk hati, ah ia seperti remaja lagi.

"Nyonya Disa?" Tanya sopir.

"Ya, apakah kamu supir yang di suruh Sean?" Supir itu mengangguk, lantas membukakan pintu mobil dan mereka segera menuju perusahaan.

Disa pun menenteng tas nya ia yakin jika sekarang suaminya sedang ada di ruang kerja terlihat dimana Sean menunggu di luar ruangan. "Sean?" Sean yang merasa dipanggil menoleh menatap istri atasannya, ia tidak terkejut karena tau pasti Disa akan datang.

"Kenapa di luar?" Tanya Disa lagi.

"Tuan menyuruh saya menunggu di luar karena beliau sendiri yang akan memberi pelajaran pada CEO disini." Disa mengangguk.

"Sudah berapa lama dia di dalam?" Tanya Disa.

"15 menit."

"Siapa nama CEO nya?"

"Somi."

"Ouh perempuan ya? Kenapa kau tidak mengawasi mereka, apakah selama kalian keluar negri Rafail selalu di tinggal berdua." Sean menelan ludah kasar astaga istri atasannya begitu mengerikan, ia berdoa semoga istrinya di masa depan tidak semenyeramkan istri atasannya.

"Ah, itu..."

"Kau terlalu banyak menutupinya, buka!" Sean tidak bisa mengelak segera ia membukanya tanpa persetujuan atasannya, ia yakin perang dunia ke 3 akan di dominasi oleh seorang wanita.

Brakk

TBC.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang