Obsesi Selden

380 42 2
                                    

Jujur itu lebih baik dari pada menutupi dan menambah beban yang entah bisa hilang atau tidak.

Rafail nampak mengelus kepala istrinya, malam ini sungguh Rafail merasa lelah karena pekerjaannya oleh karena itu akhirnya Rafail meminta Disa menemaninya bersantai.

"Ada apa Wifey, sedari aku pulang kamu tidak berbicara, bahkan Araz bilang kamu sepertinya ada dalam masalah?" Disa pun duduk lalu menoleh ke arah suaminya.

"Sebenarnya..."

Nampak raut cemas di wajah istrinya itu membuat Rafail gemas sendiri karena Disa enggan membuka mulut.

"Jujur akan membuatmu lebih tenang karena ada aku yang akan membantumu Wifey, percaya padaku." Ucap Rafail.

"Tadi aku bertemu dengan seorang pria, dia mengatakan pernah bermalam dengan ku saat tubuh ini dikuasai Disa asli, dia memberitahuku bahwa dia menginginkanku aku merasa cemas apa dia akan menggila?" Tanya Disa.

"Siapa namanya?" Tanya Rafail dengan nada serius.

"Selden Dasmon." Rafail mengepalkan tangan, siapa yang tidak mengenal pria itu pengusaha yang hampir setara dengannya, ditinggal istrinya beberapa bulan yang lalu meninggalkan seorang putri yang seusia putrinya.

"Dia berbahaya." Disa lantas membulatkan mata.

"Apakah dia mafia?"

Rafail menggelengkan kepala. "Dia tidak waras." Disa menjadi tidak tenang setelah mendengar itu, ia menjadi takut jika bertemu lagi dengan pria itu.

"Maksud Hubby?" Tanya Disa.

"Aku dengar bahwa dia menjadi gila saat istrinya meninggal karena kecelakaan, aku tidak tau pasti tapi jika kamu yang akan menjadi targetnya maka aku tidak akan membiarkan itu, aku akan membunuhnya jika melukaimu." Ucap Rafail dengan wajah datarnya.

Disa memeluk Rafail. "Aku takut."

Tanpa mereka sadari disana Araz mengepalkan tangan. "Siapa yang berani mendekati Mama maka akan berurusan denganku." Gumam Araz.

Esoknya....

"Mama, hari ini Araz sepertinya akan bersama kepala pelayan karena Mama dan Papa akan sibuk di perusahaan." Disa menoleh mengelus lembut kepala putranya.

"Kamu tidak keberatan kan Mama Papa tinggalin disini?" Araz mengangguk kan kepala.

"Mama tenang aja, Araz udah besar jadi berani, ditemani kepala pelayan saja tidak takut kok." Disa tersenyum.

"Wifey, ayo berangkat!" Disa mengangguk lalu melambaikan tangan pada putranya dan menarik tangan suaminya untuk digandeng. Tanpa Disa sadar sorot mata Araz sudah berubah setelah Araz berhasil menempelkan penyadapan suara di kemeja Disa.

Di kantor Disa sibuk dengan pekerjaannya yang tidak ada habisnya. "Sean besok akan membawa CEO baru nya, ternyata kemarin dia pergi sekalian mencari calon pengganti dan ketemu." Ucap Rafail.

"Syukurlah, jadi Sean sekarang dimana?"

"Dia sedang mengurusnya jadi besok akan datang bersama CEO nya." Disa bernafas lega karena akhirnya ia bisa beristirahat dengan tenang, apalagi tidak sabar berjumpa dengan putrinya yang ditinggal di rumah.

"Hubby, sepertinya aku tidak akan membuat kekacauan deh kalau kamu pulang kerja, kapok aku maaf ya selama ini kalau buat kamu stres aku sekarang bisa ngerasain seberapa berat jadi seorang CEO." Rafail tersenyum manis, rupanya ada hikmahnya istrinya kerja.

"Makannya kalau suami pulang kasih sedikit belaian biar menghilangkan penat nya." Disa menatap suaminya datar.

"Gak gitu juga, setidaknya nanti kalau kamu pulang aku akan ngambil tas kamu melepas jas kamu terus aku cium kamu di seluruh wajah dan plus aku kasih kopi, gimana?" Rafail tersenyum senang karena Disa akan melakukan semua itu.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang