Kedatangan Araz

277 43 0
                                    

Pulang satu tumbuh satu itulah pribahasa menurut Hardian.

( ꈍᴗꈍ)

Disa mendorong Rafail yang masih memeluknya sambil mencium perpotongan lehernya. "Sudah hubby, jangan lupa hari ini menjemput Araz, lihat sudah jam 5!" Kesal Disa karena sepertinya suaminya masih betah bermanja ria dengannya.

"2 jam lagi, aku masih nyaman." Astaga, Disa sangat ingin membanting tubuh itu walau lebih besar darinya, Disa kesal karena suaminya tidak peka mereka harus bersiap-siap masa datang dengan pakaian berantakan.

"Cepat mandi dulu, aku akan siapkan pakaian kita!"

"Mandi saja bersama untuk menghemat waktu."

"Alasan! Tadi siapa yang mau minta 2 jam lagi hah, aku benar-benar cari Papa baru jika kamu malas jemput anak sendiri!" Ancam Disa membuat Rafail langsung berlari ke kamar mandi takut Disa benar-benar mencari pria lebih muda, padahal mah usia mereka tidak jauh berbeda.

Disa dan Rafail kini menunggu di bandara setelah melihat sosok yang mereka cari Disa pun berlari dan memeluk putranya dengan erat.

"Ah putra Mama sudah tiba, Mama rindu sayang." Araz mengangguk membalas pelukan Disa, lantas Rafail menyusul mengusap kepala putranya.

"Bagaimana perjalanannya, apa ada kendala?" Tanya Rafail.

"Tidak Pa, makannya Araz datang dengan selamat." Ucapnya dengan wajah datar membuat Rafail sedikit kikuk dengan sifat putranya yang mirip.

"Sudah, ayo kita ke hotel dan kepala pelayan nanti tanyakan kamarmu pada Sekertaris Sean ya!" Kepala pelayan mengangguk mengerti. "Baik Nyonya."

Cklek

"Bagaimana, Apakah terlihat nyaman?" Tanya Disa membuat Araz mengangguk menatap sekitar.

"Kita tidur bertiga Ma?"

Araz lantas menyela. "Tentu tidak, dikamar ini ada sekat dan di dalamnya adalah kamar milikmu tenang saja kami akan selalu memantau mu Son." Araz menoleh pada Rafail sepertinya Papa nya sangat tidak mengharapkan kedatangannya.

"Apakah Key selalu tidur disana?" Disa mengangguk.

"Bolehkah Araz tidur bersama kalian? Jika Papa keberatan Araz tidak masalah tidur berdua dengan Mama." Sontak mata Rafail menatap tajam pada putranya.

"Ouh tidak, apa kamu bercanda Son, tentu saja Papa menolak kamu sudah besar dan tidak memerlukan pelukan Mama lagi!"

"Lalu Papa? Ouh Araz yakin karena Papa tua makannya perlu ada yang mengurus baiklah Araz mengalah." Lantas Araz pun berlalu begitu saja membuat Rafail jengkel ingin menendang bokongnya.

Disa melihat raut wajah kesal suaminya terkekeh karena anak dari kerja keras yang selama ini Rafail impikan akhirnya memberikan kesan menyebalkan sama seperti sifat suaminya sendiri. "Gak enakkan digituin, jadi jangan buat orang kesel!"

Rafail mengangguk.

Araz nampak duduk di sofa. "Papa, apakah selama ini Mama betah dengan Papa yang manja?" Tanya Araz yang nampak tidak mengalihkan pandangan dari Rafail yang terus memeluk dan mencium wajah Mama nya.

"Tentu saja betah." Ucap Rafail.

Araz menyipitkan mata. "Apa benar Ma?" Tanya Araz meyakinkan.

"Kenapa kamu bertanya...." Belum sempat menjawab seseorang menekan bel dan itu membuat Disa mendorong tubuh suaminya untuk membuka pintu. "Pertanyaan mu membawa petaka Son, lihatlah Papa ditinggalkan."

"Makannya Papa jangan menempel terus, kan gerah Mama nya." Protes Araz membuat Rafael melipat kedua tangan jengkel, putranya semakin pintar saja.

"Selamat datang keponakan tampan." Ucap Hardian sambil membawa sebuah coklat dan menyodorkannya.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang