Family x Mall

1.9K 172 2
                                    

Bahagia itu hanya perlu di nikmati sehingga momen itu akan membekas.

( ꈍᴗꈍ)

Kini Disa sedang duduk bersama anak-anak nya, ditemani kepala pelayan pelayan baru dan juga Yulia.

"Selama ini aku selalu memanggilmu pelayan baru dan juga pada bibi kepala pelayan jadi nama asli kalian siapa?" Tanya Disa.

"Nama saya Lia sedangkan kepala pelayan bernama Mina, kami dari desa dan kebetulan merantau bertemu dengan tuan saat kebetulan tuan membutuhkan asisten." Ucap Lia.

"Usiamu berapa Lia?" Tanya Disa.

"28 tahun." Disa bisa menebak itu pastinya masih muda.

"Kenapa tidak menikah? Padahal kamu begitu cantik, setuju gak sama Mama?" Tanya Disa menatap putrinya.

"Tentu saja, Bibi Lia cantik apalagi sedang duduk sambil bernyanyi." Mendengar itu Lia merona dipuji oleh anak majikannya. Sedangkan Key memang setiap saat selalu memantau para pekerja.

"Yulia bagaimana dengan kamu?" Tanya Disa.

"Saya hanya sedang menikmati waktu saja Nyonya sebelum hari yang saya impikan terkabul." Ucapnya tersenyum manis.

"Memang apa yang diinginkan Bibi Yu?" Tanya Key sambil memeluk Disa dengan hangat, Araz sendiri sibuk dengan iPad ya dan Yardan sedang sibuk memainkan rubik.

Yulia seketika gugup. "Bahagia dengan orang yang bisa membuat saya nyaman." Ucapnya dengan rona merah membuat semua orang nampak tertarik.

"Wah siapa itu Yul, pasti orangnya istimewa?" Goda Disa sedangkan Yulia menunduk malu.

Lia mendelik ke arah Yulia yang merona setelah dipuji, ia memicingkan mata melihat gelagatnya apakah pembantu satu itu sedang menyembunyikan sesuatu. "Tumben kau malu Yul, biasanya kau tidak tau malu." Ucap Lia diselingi kekehan.

"Ouh ya? Yulia tidak tau malu emang?" Sambung Disa sambil mengubah ekspresi menjadi kaget. "Itu benar, Yulia selalu senyum sendiri di kamarnya terkadang dia bernyanyi jika sedang bahagia, entahlah siapa yang bisa membuatnya begitu." Ucap kepala pelayan.

"Wah Bibi sangat tidak adil, mengapa tidak mengenalkan kekasih bibi?" Ucap Key.

"Tidak- saya tidak punya." Ucap Yulia.

"Sudahlah jangan menggodanya terus." Ucap Disa membuat keadaan menjadi sedikit tenang kembali.

Cklek

"Ah sedang berkumpul, maaf aku terlambat pulang." Ucap Rafail lantas duduk lalu mencium kening Disa dengan lembut.

Disa mengangguk mencium kembali pipi suaminya, Rafail pun tak lupa mencium anak-anaknya. "Papa terlambat, Ke mall nya jadi kesiangan kan?" Protes Keysha.

"Iya Papa tadi ada rapat mendadak akhirnya bisa selesai juga." Ucap Rafail lalu menatap satu persatu para pelayan.

"Apa yang kalian lihat?" Ucap Rafail dengan aura dinginnya membuat mereka spontan membubarkan diri. "Ayo ke mall, Araz ingin membeli beberapa iPad." Ucapnya santai.

"Astaga berapa iPad lagi yang kamu butuhkan sayang, bahkan di kamarmu lebih dari 20 iPad tergeletak?" Tanya Disa tidak habis fikir.

"Mama tidak tau saja Araz sedang membuat sebuah projek dan butuh banyak data yang harus tersimpan dalam beberapa wadah,"

"Sok pintar sekali Kak, memang Kakak sedang melakukan projek apa sampai membutuhkan banyak iPad?"

"Kebetulan Papa tidak mengizinkan aku menggunakan komputer jadi karena kesal sekalian saja borong iPad." Ucapnya menatap Rafail kesal, sedangkan Rafail memijit kepalanya, bukan karena tidak suka anaknya terlalu pintar tapi Rafail sadar putranya tidak boleh terlalu banyak menggunakan gadget karena bisa buruk pada matanya.

"Papa bukan tidak mengizinkan, Papa butuh alasannya son bahkan kau tidak sekalipun berbicara." Ucap Rafail.

"Terserah Papa mau kasih atau enggak, Araz sendiri tidak perduli, iPad saja sudah bersyukur." Mendengar itu Rafail meradang. "Kamu anak siapa?"

"Anak Mama Disa, memang kenapa?" Tanya Araz dengan wajah datar sekaligus menyebalkan bagi Rafail.

"Siapa Papa mu?"

"Tentu saja Tuan Cryilo pemilik perusahaan raksasa di Eropa, memang siapa lagi yang memiliki putra cerdas sepertiku." Ucapnya dengan bangga.

"Kak Yar, mengapa bisa Kakak memiliki saudara kembar narsis sepertinya?" Tanya Keysha.

"Entahlah, Papa memang bangga pada putra narsis, karena mereka sangat mirip." Bisik Yardan.

"Siapa yang bilang Papa narsis? Toh Papa memang kaya dan juga tampan." Disa membulatkan mata jadi fiks tabiat anaknya turun dari siapa sedangkan dirinya disini hanya menjadi penonton setia.

Mereka akhirnya berencana pergi ke mall.

Rafail sudah menggandeng istrinya disebelah kanannya sedangkan Key berjalan sambil di pegang oleh kedua kakaknya. Ah semua nampak iri dengan keluarga Cryilo itu, sudah visualnya sempurna kehidupan mereka pun sungguh sempurna.

Drtt

Yulia
Nyonya apakah anda butuh bantuan?

Disa
Tidak perlu Yulia terimakasih.

Disa bingung sejak kapan ia menyimpan nomor pelayannya, ia rasa tidak ada satupun pelayan yang ia simpan nomornya kecuali supir dan kepala pelayan sebagai penjagaan.

"Siapa?"

"Tidak, ouh ya aku sampai lupa mau minta izin bertemu teman-teman besok kan pasti aku akan bosan di rumah." Rafail mengangguk. "Asal tidak lupa pulang sebelum anak pulang sekolah." Disa mengangguk.

"Kak Yar bisakah bantu Key belikan aksesoris?" Tanya Keysha.

"Sebenarnya Kakak mau membeli beberapa puzzle dan beberapa bahan mekanik dan itu jauh dari tempat aksesoris, bagaimana jika ditemani Kak Ar? Jarak toko iPad sangat dekat." Ucap Yardan.

"Aku membawanya? Dia pasti merepotkan Yar, bahkan permintaannya banyak." Ucap Araz.

Key melipat kedua tangannya dengan kesal. "Tuh dengarkan Kak, dia memang Kakak menyebalkan dan Kak Yar yang paling baik tampan dan juga sangat mempesona, mau kan?" Sambil mengedipkan mata.

"CK lihatlah rubah licik itu memulai aksi." Ejek Araz.

"Tidak bertanya wleekk, mau ya Kak?" Keysha sangat tau bahwa Kakaknya yang bisa diajak bicara hanya Yar, karena dia mengerti dengan segala keindahan, berbeda dengan Kakak pertamanya yang hanya memikirkan kepuasannya.

"Huft baiklah, ayo izin pada Papa dan Mama!" Key mengangguk dan menarik Yardan kearah orang tua mereka yang sedang duduk dengan memakan hamburger.

"Papa...Mama...Key mau membeli aksesoris dengan Kak Yar, boleh ya?" Tanya Keysha.

"Boleh sayang, minta paman supir mengantar, Mama tidak mau kalian tersesat!" Keysha mengangguk. "Dimana Araz?" Tanya Rafail.

"Dia ke toko iPad biarkan saja, dia terlalu cinta elektronik." Ucap Yardan. Disa menggeleng tidak percaya, sepertinya anak sulungnya memang sedikit berbeda dengan dua anak nya yang aktif secara bersama.

"Terkadang aku bingung kenapa bisa putra kita berbeda padahal mereka kembar." Ucap Disa.

"Mungkin saja saat itu kau memikirkan orang yang berbeda, jujur saja saat melahirkan Araz kamu memikirkan pria mana dan saat Ardan dilahirkan terakhir kamu memikirkan siapa?" Disa menelan ludah, astaga suaminya menyeramkan.

"Tentu saja memikirkan keselamatan mereka, masa aku lahiran memikirkan pria lain sih Hubby, kalau pun aku pikirin paling aku memikirkan apakah aku mat..." Rafail langsung membungkam mulut istrinya dengan tangan karena tau apa yang akan diucapkan selanjutnya.

"Tidak boleh bicara kematian, biarkan kita tetap seperti ini hmm?" Disa mengangguk dan tersenyum. "Aku makin cinta kamu Hubby." Ucap Disa dengan senyum manis.

"Aku jauh lebih cinta pada kamu My Wife." Ucap Rafail gemas.

TBC.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang