Baikan

875 93 0
                                    

Tenangkan diri, pilih yang menurutmu membuat semuanya membaik

( ꈍᴗꈍ)

Kini Rafail sudah masuk ke kamar hotelnya memikirkan semua perkataan Disa, yang dikatakan sang istri semuanya benar dan disini ia yang egois harusnya ia ingat Disa yang sekarang bukan jiwa milik istrinya yang dulu dan ia ingat bagaimana Disya menjelaskan asal usulnya, ia terlalu egois untuk ingin membuat Dosanya tetap seperti ini, padahal dia orang yang berbeda.

Rafail menatap cermin memperlihatkan wajahnya yang kusut. "Kau sudah membuat Disa kecewa lalu kau sekarang melakukan hal yang sama, arghhh..." Rafail sungguh sangat frustrasi dibuatnya, lantas ia segera mengetuk pintu kamar istrinya, untung ia menanyakan dulu pada Sean jadi tidak perlu mencari lagi.

Mengenai Sean ia akan meminta maaf bagaimanapun memang salahnya yang terlalu cemburu pada kedekatan istrinya, padahal memang tugas Sean juga memperlakukan istrinya sebaik mungkin.

Ia pun menekan bel 3 kali hingga pintu dibuka.

"Ada apa?" Dengan nada ketus.

"Maaf...aku benar-benar kelewatan Disa." Rafail pun bersimpuh, mendongkak menatap wajah manis istrinya.

"Wifey, aku memang sangat bersalah kau pantas menghukum ku semau dirimu tapi tolong maafkan aku." Pinta Rafail membuat Disa menahan kesal, apakah pria ini akan selalu seperti itu, minta maaf dan mengulanginya lagi sungguh terkadang ia bosan ayo berikan Disa jawaban harus diapakan suaminya itu.

"Kalau begitu biarkan aku berpikir sejenak, aku bertanya padamu kapan peresmian mall dibuka kembali? Lalu apa bisa Hubby memberi tanggung jawab perusahaan Claudy padaku untuk 3 bulan itu." Rafail nampak terdiam.

"Tidak!"

"Baiklah aku sudah mendapat jawaban, kamu memilih datang padaku dari pada memberiku waktu jadi lebih baik pilihlah yang menurutmu itu bisa membuat keadaan membaik, jika hanya membuat pilihan yang akan lebih memperkeruh lebih baik stay saja." Disa pun menutup pintu dengan wajah kesalnya, bayangkan saja selalu ditolak, memang keterlaluan Rafail itu.

Rafail membulatkan mata, ia salah lagi ia hanya tidak mau Disa jauh darinya sedangkan ia, jika sudah ada pengganti maka Rafail akan kembali pulang mana mungkin ia meninggalkan istrinya disini sendirian.

"Disa..." Rafail tak gentar menekan bel hingga Disa sudah habis kesabaran.

Brakk

"BISA DIAM TIDAK!!" Amuk Disa menahan rasa kesal yang tiada henti, tapi Rafail malah menundukkan wajah membuat Disa ingin meremukkan detik itu tapi tidak tega, ayolah siapa yang siap di posisinya yang gundah ini.

Nampak beberapa orang datang karena mereka sudah selesai dengan aktivitas, menoleh ke arah Disa dan Rafail membuat Disa mau tidak mau menariknya masuk agar jauh dari perkataan orang diluar.

"Wifey..."

"Sudah berhenti merengek, aku tidak marah hanya bisakah rendahkan ego mu itu Hubby dan berikan sedikit ruang untukku, aku selalu sabar selama ini menghadapi berbagai tingkah mu tapi sekali saja bisakah aku meminta sesuatu?" Rafail menimang dan mengangguk, mungkin ini bisa membuat Disa memaafkannya.

"Baiklah kamu bebas melakukan apapun, tapi malam ini aku tidur disini." Disa mengangguk.

Disa memeluk Rafail. "Aku mencintaimu." Seketika wajah Rafail memerah, ah sudah lama ia tidak mendengarnya ia semakin erat memeluk Disa, rasanya rindu semakin membuncah dan kini telah terobati.

"Kata maaf saja memang tidak bisa membuatku dimaafkan sepenuhnya tapi aku akan mencoba yang terbaik memberikanmu kebahagiaan Wifey, aku akan memberimu kebebasan mulai saat ini." Disa tersenyum dengan kepala yang ditempel pada dada bidang suaminya, rasanya nyaman dan ia sangat suka.

"Jadi...aku tadi bertanya padamu kapan peresmian mall dibuka kembali, Lalu apa bisa Wifey memberi tanggung jawab perusahaan Claudy padaku untuk 3 bulan itu?" Rafail nampak terdiam, ia pun akhirnya mengangguk.

"Peresmian hari ketiga dan untuk tanggung jawab baiklah aku memberimu 3 bulan, aku janji tidak akan membuat Sean berpikir lama dan menemukan pengganti secepatnya, tapi disisi itu aku akan membawa penjagaan ketat karena membiarkanmu bebas." Disa mengangguk.

"Tidak masalah asal mereka tidak menggangguku." Rafail mengecup kening sang istri.

"Jika sampai mereka menyentuh mu sedikit saja akan aku habisi mereka." Disa terkekeh mencubit gemas perut suaminya. "Possesive!" Rafail mengakui itu.

"Aku sudah gila karena Disa Michalina Cyrilo, jadi jangan salahkan aku jika tidak akan membiarkanmu pergi selangkah pun dari hidupku." Disa mengangguk.

Esoknya....

Pagi ini Disa ada disampingnya membuat Rafail bahagia, ia mengamati wajah alami Disa yang begitu cantik, mata bulat hidung mancung bibi merah alami semuanya memberikan kesan menggemaskan dan cantik, Rafail rela melakukan apapun dengan wanita sempurna ini.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa Disa, semua dunianya berputar hanya pada Disa, hampir ia bunuh diri saat itu jika Disa tidak kembali, untung saja Disa memilihnya kembali lagi menjadi istrinya.

Seketika mata itu mulai membuka, membuat Rafail tak sabar menunggu detik-detik mata bulat itu terkena sinar matahari yang sudah mulai naik.

Benar saja mata itu terlihat indah warna coklat alami yang begitu menyejukkan dipandang, siapapun akan merasa dunianya berada pada wanita ini dan Rafail berjanji hanya dia orang yang bisa merasakannya.

"Morning Wifey." Ucap Rafail mencium pipi itu yang terasa kenyal, ia gemas sekali.

"Morning." Jawab Disa dengan suara sedikit parau, lantas Disa kembali memeluk Rafail karena masih merasa mengantuk.

"Jam berapa?" Tanya Disa.

"8."

Disa lantas duduk karena terkejut. "Kamu kesiangan Hubby, bukankah penelusuran masih dilanjut? Sean pasti sudah menung..." Rafail menutup mulut istrinya yang cerewet.

"Sean menanganinya sendiri, kamu tidak perlu khawatir." Disa mengangguk.

"Tapi setidaknya jangan membebani dia terus, kasihan Sean karena kamu datang dengannya jadi jangan biarkan dia bekerja sendiri, dimana tanggungjawab mu Hubby?" Kesal Disa.

"Tentu saja aku sedang bertanggungjawab." Disa menatap bingung karena maksud perkataan yang dilontarkan suaminya tidak menjawabnya.

"Aku sedang menjaga istriku." Ucap Rafail semakin memeluk Disa dengan gemas karena respon Disa hanya diam saja.

"Haha...kamu lucu sekali hubby, aku bukan lagi anak kecil sudahi ini sekarang bersiaplah!" Ucap Disa bagai jenderal yang mengarahkan bawahannya untuk tidak boleh bermalasan.

"Huft bolehkah kita diam saja di sini sampai besok?" Disa menatap tajam.

"Iya kamu selalu bisa membuatku tidak memiliki komentar, istriku memang baik ya pada orang lain tidak melihat bagaimana suaminya rindu." Sindir Rafail sambil mengambil handuk, namun Disa menariknya lalu mencium bibir itu.

"Tip karena Hubby mau berusaha." Rafail tersenyum mengacak rambut Disa dengan gemas. "Aku lebih semangat." Disa tau itu makannya dia melakukan hal itu, memberi semangat yang suaminya butuhkan.

"Lihatlah manusia memang begitu, selalu mengingat hal yang memang bagiannya, coba saja jika tidak, bagi seorang Rafail itu adalah pelanggaran." Gumam Disa.

TBC.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang