Pekerjaan pertama

566 70 0
                                    

Kehadiran seorang penyemangat adalah hal terindah untuk mendapat kesenangan tersendiri

( ꈍᴗꈍ)

Hari ini dimana Disa telah menjabat jadi CEO di perusahaan Claudy, ia merasa jantungnya berdebar dengan kencang tidak berlangsung lama seorang wanita datang dengan senyum ramahnya.

"Selamat pagi Nyonya Cryilo, Saya Jihana sekertaris anda jika ada sesuatu yang ingin anda tanyakan pada saya anda bisa langsung menekan interkom dan saya yang ada di ruang sebelah akan datang sesuai panggilan anda." Disa mengangguk.

"Baiklah, terimakasih Jihana kalau begitu bisa membantuku mendapatkan laporan bulan lalu?" Jihana mengangguk lantas mengambil berkas yang ada di rak ruangan itu.

"Ini laporan bulan lalu, memang banyak kekecewaan yang harus dibenahi jadi sepertinya Nyonya akan sedikit lebih berusaha." Disa mengangguk paham, lantas ia memberikan Jihana pergi.

Ia mengamati laporan itu, banyak kejanggalan dari harga dan juga pemilihan bahan yang tidak seharusnya memiliki nilai tinggi, Disa yakin mereka korupsi dan juga melakukan hal yang merugikan perusahaan lain, contohnya menghancurkan nama baik Claudy.

Disa menghela nafas, apakah ini yang terjadi pada suaminya setiap saat berjibaku dengan laporan yang sangat banyak, satu saja membuat ia lelah melihat banyak kesalahan apalagi suaminya yang menangani beberapa cabang, memang ia terlalu meremehkan pekerjaan suaminya.

Setelah selesai membaca keseluruhan laporan Disa segera bersiap untuk meeting kembali.

Tok

Tok

"Nyonya, kami sudah menunggu anda." Disa mengangguk masuk ke ruangan, disana sudah ada beberapa orang yang bersangkutan dengan busana yang akan mereka luncurkan.

Tak berlangsung lama rapat di mulai, manager produksi segera memberikan persentase mengenai produk terbaru untuk busana mereka, ia memiliki ide yang begitu banyak sehingga Disa nampak fokus.

"Jadi, saya menyarankan di tahun mendatang busana ini sudah bisa di luncurkan, apalagi orang di zaman sekarang sangat menyukai model seperti ini." Ucapnya dengan sopan.

Disa mengetuk jarinya, memikirkan hal yang memungkinkan. "Baiklah sepertinya saya akan menambahkan untuk model pakaian dan akan merevisi beberapa, luncurkan gaun pertama itu untuk tahun ini demi menutupi kesalahan bulan lalu, dan akan saya tambahkan beberapa detail dalam busana itu." Manager produksi mengangguk mengerti, ia senang karena idenya dipilih berbeda saat CEO Somi ia selalu merasa tidak berguna.

"Bagaimana dengan manager keuangan, berapa banyak kita masih bisa memproduksi untuk busana tahun ini?"

"50% banyaknya para konsumen yang pergi, pendapatan perusahaan setiap saat berkurang, tapi karena ada suntikan dana dari Tuan Cryilo maka kita masih memiliki kesempatan 70% dalam peluncurannya." Disa senang karena ia masih bisa mendirikan sesuatu yang hampir jatuh, suaminya memang sangat baik.

"Baiklah lalu manager pemasaran, apa yang terbaik untuk menaikkan omset dan pendapatan perusahaan di luaran sana, selain mengekspor barang kita?" Tanya Disa.

"Seperti sejak awal, saya ingin merekomendasikan untuk melakukan iklan dan juga memilih beberapa model untuk mempromosikan di akun mereka tentu kita harus memilih yang terbaik." Disa mengetuk dagunya merasa saran itu cukup menarik.

"Kenapa kita harus memakai artis, apa alasannya?"

"Tentu saja mereka pasti memiliki kekuatan besar, sebagai penggemar banyak yang sangat mengidolakan mereka dari bersikap dan berpakaian." Seperti yang di dengar Disa sangat senang. "Siapa menurutmu yang terbaik?"

"Tren sekarang lebih menyukai mereka para artis penyanyi dan penari, sepertinya kita harus menggunakan artis dari entertainment besar dan juga artis yang sudah terkenal di dunia." Disa mengangguk setuju.

"Lakukan!"

Sore menjelang..

"Apakah kamu lelah Wifey?" Disa mengangguk melihat Rafail yang ingin melakukan video call bersama anak mereka.

"Aku merasa kini kami menunggu seorang Ibu yang sedang mencari nafkah." Goda Rafail membuat Disa merasa geli mendengarnya.

"Tentu saja, dan aku melihat seorang Ayah yang menjelma menjadi Ayah rumah tangga." Rafail lantas tertawa diikuti kedua anaknya yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan kecuali Araz.

"Bagaimana hari kalian?" Tanya Disa sambil membereskan barangnya.

"Baik Ma, tapi tanpa Mama kami merasa kesepian, biasanya pulang sekolah Mama ada di rumah sekarang tidak ada." Disa tersenyum mendengar keluhan putri bungsunya.

"Ya, Mama juga merindukan itu sayang ouh ya Araz bagaimana persiapan ujian, kamu tidak membolos kan sayang?" Araz menggelengkan kepala. "Tidak Ma, semua lancar." Disa menghela nafas senang.

"Apanya yang berjalan lancar, Mama tau Kakak mendapatkan teguran dari kepala sekolah karena berkelahi dengan temanku, kakak bilang dia jahat pada Key padahal dia hanya membantu kok." Ucap Keysha mengadu, sehingga Disa menatap Araz dengan wajah serius.

"Kenapa tidak cerita hmm?" Araz menatap Keysha dengan tajam.

"Tuh lihat, karena Key memberi tahu Mama dia pasti ngamuk nanti." Adu Keysha membuat Rafail menahan tawa karena senang dengan komunikasi yang dilakukan mereka.

"Mama tau bukan jika Araz tidak mau Mama khawatir?" Disa tersenyum mendengarnya.

"Justru Mama khawatir kalau kamu gak cerita, bagaimana suatu saat hal besar terjadi tapi Mama tidak tau, lain kali jangan mengulanginya ya son!" Araz mengangguk.

"Masalah apa sebenarnya sampai kamu berkelahi dengan temannya Key, ingat kamu harus baik pada junior kamu di sekolah!" Araz kembali mengangguk.

"Araz ada alasannya kok Ma, kemarin anak lelaki itu mengejek Yar merendahkannya karena pendiam sedangkan Yar sudah tiada, parahnya dia menjelekkan Yar dengan mengatakan mati nya karena dia stres karena keluarga kita, kemarin Araz sendiri melihat anak lelaki itu mendorong Key lalu menolongnya, itu sengaja bukan karena tidak sengaja, Mama mengerti kan?" Disa mengangguk.

"Lain kali jangan dibalas dengan kekerasan laporkan pada pihak sekolah sayang, setelah terjadi siapa yang di rugikan, kamu juga kan? Ingat tugas kamu belajar bukan berkelahi son!" Araz mengangguk memahaminya.

"Siapa anak itu, Papa akan memberinya pelajaran, sama saja dia sudah menghina Alm putra Papa." Araz setuju ia pun hendak menyebutkan sebelum Disa menghentikan.

"Kamu jangan sama dengan putramu, berikan anak itu kesempatan mungkin dia belum tau tentang kita, dia masih anak kecil hubby, kamu boleh bertindak lebih jika dia melakukannya lagi dengan sengaja understand!" Rafail mengangguk pasrah, sebenarnya ia tidak setuju dengan saran istrinya, tapi karena ia berjanji akan berubah maka ia akan mendengar usulan istrinya.

"Baiklah Mama akan kembali bekerja, kalian jangan nakal jangan buat Papa repot mengerti!" Araz dan Keysha mengangguk, tak lama layar pun di matikan.

Disa tidak pernah menyangka bahwa kepergiannya ternyata kurang baik, tapi ia juga harus membantu pekerjaan suaminya siapa yang bisa di percaya kecuali pada orang yang di cinta. Rafail percaya padanya terlihat dimana perkataannya selalu dihargai ia sangat mencintai suaminya ini, lebih baik dan lebih mengerti pikirannya.

"Aku mencintaimu hubby." Gumamnya lantas memejamkan mata, karena merasa sedikit letih.

TBC.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang