Aku sudah jujur tapi sayang kamu telah gelap mata karena fitnah.
( ꈍᴗꈍ)
Disa memegang bekas tamparan yang dilayangkan Rafail pada pipinya, merah tercetak berbentuk telapak tangan besar, sudut bibirnya pecah hingga mengeluarkan darah.
Disa menatap kearah Rafail yang menatapnya dingin. "Masih tidak percaya?" Rafail melempar berkas ke arah Disa.
Trak
"Itu bukti bahwa dia tidak bersalah, aku hanya ingin mengajarkan istriku bagaimana cara bertindak tanpa melukai orang lain, aku tau kamu cemburu tapi harus ada bukti sebelum kamu memfitnah orang Disa!" Ucap Rafail.
Disa mengambilnya melihat bukti itu lalu meremasnya. "Permisi." Ucap Disa.
Rafail yang masih belum puas menarik tangan Disa menuju ruang tengah hingga tubuh itu terhuyung ke depan dengan kasar Rafail menghapus darah itu lalu mencengkram pipi istrinya.
"APA MAKSUDMU BERTEMU WILLIAM!!" Mendengar suara Rafail yang menggelegar membuat suasana mansion menjadi sepi hanya suara angin yang terhembus yang dapat didengar telinga.
"Yulia ayo pergi." Ucap Sean diangguki Yulia.
Disa melirik ke arah Yulia yang telah pergi, Disa lantas menatap manik suaminya yang penuh dengan api kemarahan, Rafail sebenarnya tidak tega saat sudut mata istrinya meneteskan air mata tapi ia harus bertindak tegas agar istrinya mengerti emosi ini membuncah karena foto sialan itu tidak memasalahkan hal yang akan terjadi dimasa depan.
"JAWAB!!" Pekik Rafail.
Disa hanya bungkam membuat Rafail geram lantas menarik istrinya ke kamar menariknya hingga terhempas ke ranjang, Rafail pun membawa borgol lalu mengunci tangan Disa disana.
Disa memberontak hal sama terjadi untuk ketiga kalinya, saat itu tali sekarang borgol lagi. Apa suaminya GILA.
"Apakah saat ini jika aku berbicara kau akan percaya? Setelah kamu memandangku penuh dengan jijik apakah kamu akan percaya? Setelah aku ingin bicara kamu nyatanya tuli. Hubby apakah tidak jelas keterdiaman ku?" Rafail geram mencium rakus bibir itu, Disa merasa sakit hati melihat betapa suaminya lebih percaya orang lain.
Bughh
Setelah terlepas karena dorongan kaki Disa, Disa menatap Rafail yang memandangnya dengan tajam. "Pandang aku sesukamu, lakukan aku semau mu bahkan jika kamu ingin nyawaku akan aku serahkan, tapi jika kamu memandangku bahkan hina sebagai seorang istri aku tidak akan pernah Sudi padamu!"
"DISA!!"
Nafas Rafail kian memburu saat istrinya mengatakan hal diluar dugaan, Disa itu tidak seperti ini baik dan juga bijak, istrinya tidak akan seperti ini. "Apa kamu Disaku?"
Disa tertawa mendengarnya. "Jadi kamu berharap aku Disa mana? Dengarkan aku, apa yang kamu lihat memang Disa apa kamu pikir Disya tidak sepintar Disa, kamu menganggap Disya lebih bodoh? Sial aku terlalu memberikanmu banyak cinta sehingga kamu buta, kamu menganggap ku apa Rafail." Teriak Disa menggebu.
"Ah apakah kepalamu terlalu banyak masalah? Sudahlah tidak perlu banyak bertanya apapun lagi padaku kamu terlalu menyedihkan untuk memiliki predikat orang terkaya, karena nyatanya kamu miskin kepercayaan." Ucap Disa menahan emosi.
Disa lantas menyandarkan kepalanya. "Tinggalkan aku sendiri!"
"Tidak!"
"Tinggalkan aku sendiri..."
"Tidak!"
"Kubilang tinggalkan aku atau kau akan aku benci seumur hidupku Rafail Xavier Cyrilo!" Rafail mengerang frustasi dan mengacak rambutnya kasar, akhirnya ia pun mengalah dan membanting pintu dengan kasar.
Disa bernafas lega, akhirnya air mata itu turun dengan deras. "Hiks...sial kenapa bisa hiks...bahkan aku mengira suamiku akan percaya padaku tapi dia tidak melakukannya..bukankah dia pria baik yang bisa menghargai istrinya, mengapa rasanya sekarang berubah, Tuhan salahkah aku dalam bertindak, apa yang aku dengar secara nyata bahkan tidak pernah ia percaya." Ucap Disa tangisnya kian pilu.
"Rafail jika kamu memiliki keputusan yang memang kamu anggap benar lakukanlah, tapi jangan salahkan aku jika aku lebih memilih meninggalkanmu demi keselamatan ku, aku tidak memiliki hak untuk menyingkirkan orang lain karena kamu pemilik tempat ini." Gumam Disa.
Rafail mengepalkan tangan, ia akan membunuh William jika sampai bertemu dengan wajah itu.
Bughh
Bughh
Rafail menangis mengapa hal ini terjadi pada keluarganya kenapa masalah ini kian bertambah ia benci, ia ingin selalu bahagia. Kenapa dengan istrinya ia sudah membawa apa yang diinginkan dan meminta penjelasan tapi kenapa Disa seolah memandangnya begitu bodoh.
"Sial!"
Malam harinya suasana sepi karena anak mereka berencana untuk menginap di rumah Grandma mereka. Disa sendiri masih duduk di ranjang dengan tangan terborgol.
"Aku akan melepasnya." Ucap Rafail dengan penuh sesal.
Trak
Disa sama sekali tidak memandang suaminya, wajahnya begitu dengan tatapan kosong mata bengkak hidung memerah dan sudut bibir yang mulai mengering oleh darah.
"Maaf..."
Disa sama sekali tidak menjawab, hatinya sangat sakit tidak ada bukti tidak ada yang harus ia tunjukkan, bahkan suaminya malah menguncinya seperti seekor anjing.
"Wifey...aku kelepasan tapi kamu memang bersalah karena menganggap orang lain salah tanpa bukti, apakah masih belum yakin dengan bukti yang aku beri?"
Disa mendorong Rafail pelan agar tubuh itu menjauh dengan langkah tidak penuh keinginan Disa pun masuk kedalam kamar mandi dengan diam. Rafail seketika mengumpat kasar ada apa dengan istrinya.
"Kita bicarakan." Ucap Rafail yang melihat Disa sudah terlihat lebih segar.
"Aku mendengar Yulia mengatakan akan menjadi nyonya disini sambil memandang foto mu lewat ponsel kamu tidak lihat kah ponsel miliknya rusak, itu karena aku banting, sedangkan untuk William aku tidak sengaja bertemu kami hanya membahas mengenai kematian Yolanda itu saja." Ucap Disa.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?"
"Karena aku yakin kamu sibuk di kantor, aku berniat menjelaskannya di mansion." Rafail menghela nafas. "Aku mengerti, tapi untuk Yulia lupakan saja, kamu sedang lelah dan aku maafkan karena masalah kamu bertemu dengan William, tapi peringatan keras aku tidak Sudi kamu bertemu lagi dengan dia." Mendengar tutur kata Rafail tangan Disa mengepal.
"Setelah aku jujur padamu kamu masih tetap percaya pada fitnah itu, baiklah jika itu keputusan kamu Hubby aku mengerti." Disa pun masuk kedalam selimut dan memunggungi Rafail, hatinya sangat perih ketika seharusnya suaminya mendukungnya ia malah menginginkan Disa berhenti dan melupakan.
Ia hanya ingin mencegah dari pada mengobati, jujur saja suaminya sangat keras kepala dan tidak bisa untuk dirangkul.
"Disa...aku..."
"Tidurlah tidak baik bergadang, selamat malam." Ucap Disa lantas memejamkan mata membuat Rafail menghembuskan nafas.
Rafail ikut berbaring di samping istrinya memeluk erat pinggang ramping itu, tak lupa mencium kepalanya. "Aku mencintaimu." Ucap Rafail dan hembusan nafas teratur bisa Disa rasakan di tengkuknya.
Air mata Disa jatuh tak terbantahkan. "Aku tidak menyangka ujian kita cukup besar oleh kepercayaan aku harap aku mampu bertahan dan tetap berada di sampingmu saat kamu tidak percaya padaku, jujur Hubby aku sangat berharap kamu menoleh padaku mengatakan bahwa istriku wanita jujur dan hal itu akan membuatku bahagia, tapi jika kamu tidak mengatakannya tidak apa aku harap suamiku tetap mencintaiku walau aku kecewa padamu." Ucap Disa dalam hati, ia menggenggam tangan kekar milik suaminya sebelum benar-benar memejamkan mata.
TBC.
Question; Gimana sama part ini kesel atau malah setuju sama Rafail?
Up setelah ⭐50
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Changed (S2) END
FantasyDisya kembali masuk ke dunia novel nya karena suatu hal, setelah melihat betapa bodohnya Disa antagonis memperlakukan anaknya dan suaminya, akhirnya ia memantapkan diri untuk berubah lagi dan akan selamanya menjadi Disa demi kebahagiaan, namun mampu...