Hukuman setimpal

1.3K 157 1
                                    

Penyesalan adalah sebuah nilai yang bisa diambil untuk pelajaran berikutnya bukan untuk melakukan hal yang sama dikemudian hari dan mengharap kembali sesuatu yang diimpikan

( ꈍᴗꈍ)

Sudah satu hari ini Rafail menyibukkan dengan pekerjaannya terlebih ia juga sudah berusaha menemukan keberadaan istri dan anaknya.

"Sudah selesai?" Tanya Rafail dengan wajah dingin.

"Sudah tuan." Ucap Sean menunduk membuat Rafail segera membereskan pekerjaannya, kini ia akan berada di mansion cukup lama sehingga bertanya mengenai pekerjaannya sudah selesai atau belum.

Rafail pun segera keluar ruangannya mendapati banyak karyawan menundukkan kepalanya sebagai tanda rasa hormat mereka.

Rafail pun masuk kedalam mobilnya. "Bagaimana apa sudah ditemukan?" Tanya Rafail di sebrang telepon.

"Baiklah tetap cari sampai dapat!"

Rafail pun masuk ke dalam mansion ia sungguh lelah apalagi melihat kondisi mansion yang begitu sepi setelah istri dan anaknya meninggalkannya. "Aku akan menemukan kalian."

Rafail yang sudah tiba di mansion pun segera masuk, semua pelayan menunduk setelah tuan mereka tiba, Rafail pun hanya melewatinya dan masuk ke kamar.

Ia pun melepas jas nya setelah itu ia hendak mengambil handuk tapi ia mendengar suara dari arah belakang dengan gesit Rafail menghindar dan memegang tangan itu.

Tapp

"Kau!!"

Yulia yang gagal segera menarik tangannya hendak mengarahkan pisau itu ke arah Rafail namun Rafail yang kekuatannya lebih besar segera memelintir tangan itu hingga tangan Yulia terkunci kebelakang.

"Lepas!!"

"Ternyata cara mu bodoh sekali, kamu fikir saya orang yang begitu saja mudah di kalahkan?"

Rafail pun merampas pisau itu dan kini malah sebaliknya menaruh pisau itu tepat dileher Yulia. "Sama persis seperti beberapa tahun yang lalu saat saya menggorok leher Herra hingga terpisah apa begitu pula yang kamu inginkan hmm?" Yulia memberontak.

"Lepas!! Atau..."

"Atau apa? Mati, oke baiklah jika itu yang kau inginkan." Rafail pun mendorong tubuh Yulia untuk turun kebawah. Rafail pun menyuruh bodyguard nya membawa Yulia ke ruang bawah tanah.

"Lepas br*ngsek!!" Teriak Yulia.

"Terlalu bodoh!" Gumam Rafail.

Sedangkan di lain tempat seorang wanita cantik bersurai hitam itu tengah mengaduk sebuah adonan di sebuah mangkuk. "Mama kenapa kita harus capek-capek menjualkan kue ini?" Tanya Keysha.

"Tentu saja untuk mendapat uang." Ucap Yardan sambil menuangkan kue nya dalam cetakan.

"Maksud Key bukankah uang yang Mama bawa bisa menghidupi kita sementara waktu bukan?" Tanya Keysha.

"Hmm sebenarnya tidak karena Mama hanya bawa beberapa saja lagian ya kalian juga membutuhkan uang untuk ke warnet, maafkan Mama ya sehingga kalian harus belajar Online agar jauh dari jangkauan Papa." Ucap Disa.

"Tidak kenapa-napa Ma, kami juga tidak ingin Mama sedih mungkin sementara waktu kami bisa bersabar sampai Papa bisa membuat orang itu mendapat hukumannya." Ucap Araz.

"Maafkan Mama ya Araz kamu yang biasanya sibuk dengan iPad sekarang harus menunggu." Araz terkekeh. "iPad bukan hidup Araz tapi Mama hidup Araz." Ucapnya.

"Iya Mama tau kalau kalian itu hidup Mama dan begitu pula sebaliknya, tetaplah menjadi anak-anak Mama yang baik Mama sayang kalian." Mereka pun datang dan memeluk Disa dengan hangat.

"Mama, Papa tidak mencari kita?" Tanya Keysha.

"Papa pasti mencari kita sayang, tapi karena kita tidak membawa alat telekomunikasi itu menyulitkan Papa menemukan kita, itu ide dari Kakak mu." Ucap Disa.

"Huft, kenapa selalu Kakak yang terlihat pintar, kapan Mama memuji Key?" Ucapnya cemberut.

"Ouh ya? Bahkan Mama fikir dari semua anak Mama hanya Keysha yang paling imut dan lucu." Mendengar itu mata bulat Keysha memancarkan rasa senang lantas ia tersipu.

"Cih, lihatlah wajahnya merasa tidak berdosa." Ucap Araz.

"Kakak kalau cemburu katakan saja? Key cuman sayang Kak Yar yang tampan kalau Kakak seperti kanebo kering!" Mendengarnya Araz mendelik tidak perduli.

"Mama kenapa melahirkan anak seperti Kakak, sangat menyebalkan." Ucap Keysha.

"Entahlah coba tanya Kakak mengapa memilih Mama menjadi orang tuanya?" Keysha pun mendekat ke arah Araz.

"Kakak kenapa memilih menjadi anak Mama?"

"Tanyakan saja Papa yang buat, orang wajah Kakak kan mirip Papa." Ucap Araz.

"Kenapa semua orang tidak ada yang mau menjawab! Apakah tidak ada yang peka jika Key sangat penasaran?" Yardan terkekeh melihat adiknya yang kesal karena tidak menemukan jawaban.

"Apakah Key tidak tau jawabannya?" Keysha yang mendengar itu langsung berjalan mendekat ke arah Keysha kesayangannya. "Kakak tau?" Yardan mengangguk.

Mereka dekat saat Disa pergi dan diganti oleh Disa antagonis itupun menjadikan Yardan menjaga adiknya apalagi Disa sendiri yang meminta sebelum berubah sehingga semakin lama rasa sayangnya menjadi pada sang adik bungsu.

"Karena jawabannya sederhana yaitu Mama dan Papa orang tua sempurna." Keysha tersenyum. "Ouh iya juga, Kak Ar sangat berbelit katakan saja jika orang tua kita baik kenapa harus minta Key bertanya lagi pada Papa, Kakak memang gengsi an." Yardan menutup mulut hendak tertawa melihat kepolosan Keysha.

"Aku tidak gengsi kau saja yang bodoh!" Keysha yang tidak terima di Katai bodoh hendak memukul kepala Araz namun sebelum itu Disa meminta Keysha mendekat membuat gadis itu turun dari kursi yang di duduki Araz lalu menggoyangkan pinggulnya dan menjulurkan lidah. "Kakak Jelek!"

Yardan yang tidak kuasa tertawa akhirnya menertawakan sang Kakak karena wajahnya sangat lucu apalagi setelah melihat kelakuan adik mereka. "Tolong sabar Kak, itu adikmu." Araz menatap tajam Yardan.

"Adikku tidak seaneh dia." Ucap Araz ketus.

"Kakak harus percaya bahwa Mama melahirkannya, bukankah Kakak cemburu saat asi itu di ambil oleh Keysha?" Tambah Yardan.

"Tau dari mana?" Tanya Araz menatap dengan tidak minat.

"Tentu saja Papa bercerita makannya kalau keluarga sedang berkumpul Kakak juga harus ikut atau nanti ketinggalan info." Ujar Yardan kesal pada Kakaknya karena selalu menyibukkan diri sendiri.

"Cih, iPad ku lebih penting." Ucapnya sambil menaburkan meses di atas kue mereka.

"Memang apa yang sedang Kakak lakukan di iPad itu sih?" Tanya Yardan penasaran karena selama mereka satu kamar Yardan tidak pernah penasaran dengan kegiatan kakaknya bahkan ia sendiri malas melihat banyak angka di dalam iPad Kakaknya.

Araz menyeringai lantas berbisik membuat Yardan membulatkan mata tidak percaya dengan perkataan Kakak nya. "Kakak berlebihan tidakkah melihat bagaimana mereka saling mencintai?"

"Berjaga saja apa itu sulit?"

Yardan menggeleng tidak percaya dengan kelakuan Kakak nya, ia pikir iPad itu untuk belajar namun ia salah besar karena ternyata digunakan untuk memantau kegiatan Papa mereka, Araz mengatakan takut jika Papanya selingkuh, jika Araz tau ia adalah pahlawan Mama nya. Sungguh bocah, anak siapa sih pintar tapi juga gemesin.

TBC.

My Wife Changed (S2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang