Misdirected

195 31 20
                                    

Ambulance berhenti tepat di depan pintu ruang rawat gawat darurat dan dengan cepat disambut beberapa tenaga medis yang sigap menangani pasien yang turun dari mobil ambulance.

Mereka mendorong brankar Wendy dengan berlari masuk ke dalam. Mobil yang dikendarai donggeun juga dengan cepat tiba di rumah sakit. Yoongi keluar dan segera ikut berlari masuk ke dalam diikuti pengawalan ketat dari Jungjin dan dua orang anak buahnya. Sedangkan anak buah Jungjin yang lain menunggu di luar.

Pria itu berdiri di depan sebuah pintu putih besar yang tertutup rapat. Kedua tangan nya memegang kepala dengan frustasi. Dia berjalan hilir mudik di depan ruangan itu dengan gelisah. Sesekali matanya menatap pintu yang masih tertutup rapat itu dan berharap ada yang keluar dan memberinya penjelasan.

Menit demi menit dia nanti, tapi tidak ada satu orang pun yang keluar dari ruangan itu. Rasanya lama lama dia bisa menjadi gila jika tidak ada kejelasan seperti ini. Ingin sekali dia mendobrak pintu itu untuk melihat kondisi Wendy. Jungjin menutup ponselnya dan menghampiri yoongi yang masih tegang.

"Joy sudah memanggil polisi untuk memeriksa racun dalam makanan yang wendy ssi makan."

"Temukan pembunuh itu dan langsung dibunuh! Setelah itu aku akan segera membalas Junho dan Jiho," desisnya dengan wajah menahan marah.

"Baik, tuan." Jungjin mengambil lagi ponselnya dan menghubungi seseorang. Sementara Hyesung yang dari tadi diam dan ikut menunggu, mengetikkan sesuatu di ponselnya lalu mengirimkan pada Jaerok.

Tiba tiba pintu putih ruangan itu terbuka dan dokter pria itu keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana uisa?" Tanya yoongi sambil menatap dokter itu dengan tatapan cemas.

"Kondisi pasien kritis, meski kita berhasil membersihkan lambungnya. Saya belum bisa menentukan jenis racun apa itu karena perlu di uji coba laboratorium.Tapi dugaan saya, itu sejenis arsenik." Mereka yang berada di sekitar dokter tersebut langsung terdiam kaku.

"La - lu... Ap - apakah dia...bisa..." Ucap yoongi tergagap karena tidak bisa berbicara. Dokter itu mengerti lalu berkata.

"Semoga saja ada keajaiban, Tuan. Kami akan terus berusaha untuk tetap terbaik." Jawabnya mencoba menghibur yoongi.

"Uisa saya mohon... Berikan peralatan dan obat terbaik untuknya. Berapapun biayanya tidak masalah untuk saya." Ucap yoongi yang wajahnya terlihat sendu sambil menyatukan tangannya yang gemetar memohon pada dokter tersebut.

"Team akan berusaha, semampu yang kami bisa. Saat ini yang kita butuhkan adalah doa untuk pasien." Ucap dokter tersebut membuat hati yoongi bergetar hebat. Kata itu seakan menghujam jauh ke dalam jiwanya.

Kapan dia terakhir berdoa? Seperti kepingan sebuah puzzle yang berkeliaran dalam otaknya, dia mengingat kapan terakhir dia berdoa. Saat itu, dia berdoa dengan khusyuk bersama yuju dan seokjin.

Namun, doanya tidak terkabul dan yuju, eomma kesayangan nya meninggalkannya untuk selamanya. Sejak itu dia tidak mau lagi berdoa. Bahkan di saat yang sama dia juga kehilangan adiknya.

Yoongi memejamkan mata dan meneguk salivanya getir. Apakah sekarang dia harus berdoa bahkan bersujud lagi memohon pada Tuhan nya? Bagaimana nanti jika kali ini doanya tidak juga terkabul seperti dulu dan dia kehilangan Wendy?

Apakah tuhan mau mendengar doa seorang bajingan sepertinya? Dia ingin sekali meluruhkan tubuh nya dan menangis sejadi jadinya.

Wendy, wanita kedua setelah sang eomma yang ia cintai, kini nyawanya di ujung tanduk.

****

Grafik gelombang pada layar monitor jantung terdengar lemah. Wajah Wendy masih pucat pasi meski bibirnya sudah tidak begitu membiru. Yoongi menatapnya dengan sendu sambil menggenggam erat jemari nya.

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang