Third meeting

168 31 5
                                    

Mendung yang menggelayut di pagi hari dengan rintiknya yang turun membasahi bumi, tidak menyurutkan semangat para pekerja yang mengangkut barang dari kontainer ke dalam gudang. Jwan memanggul peti kayu dan memasukkan nya ke dalam gudang dengan keringat bercucuran bercampur air hujan.

Jwan mengusap wajah nya yang basah oleh air hujan.

"Jwan, ganti baju dulu sana. Nanti bisa masuk angin loh," seru namjoon mengingatkan.

"Nee, namjoon Hyung. Tinggal sedikit lagi, sebentar ya hyung." Dia mengangkat peti kayu terakhir dan segera menuju kamar mandi. Setelah selesai dia segera keluar dan membantu karyawan yang lain untuk mengeluarkan barang dari dalam peti dan menyortir nya.

Pemuda itu bekerja dengan ulet dan rajin membuat seorang pria tersenyum melihatnya.

"Siapa namja yang bekerja disana itu?"

"Namanya Jwan, Tuan." Jawab Hyunsung sang kepala devisi gudang.

"Dia seperti tidak mengenal lelah." Pria itu bergumam dan terdengar jelas oleh Hyunsung.

"Nee, Tuan. Jwan memang seorang pekerja keras. Dia tidak pernah mengeluh. Saya juga sebenarnya menyukai dia dan ingin mempromosikan dia. Tapi...," Hyunsung menjeda kalimat nya.

"Tapi kenapa?"

"Pendidikan hanya sampai sekolah dasar..." Ujar Hyunsung lirih membuat pria itu terkejut.

"Bagaimana dia bisa kerja disini jika hanya lulusan sekolah dasar?" Ucapan pria itu membuat Hyunsung menundukkan kepalanya.

"Karena dia titipan Wendy, si kepala devisi marketing yang sekarang sakit, Tuan. Saya tidak enak padanya. Dia bilang, Jwan seorang yang jujur dan pekerja keras." Pria itu merasa takut jika bosnya marah.

Pria itu terdiam. Dia sebenarnya ingin marah karena kriteria karyawan yang diterima di Choi Grup adalah minimal lulusan sekolah menengah umum. Namun, saat dia tahu yang merekomendasikan pemuda itu adalah Wendy, wanita yang dicintai sang Tuan, maka dia tidak bisa berbuat apa apa.

"Untuk selanjutnya, Jangan sembarangan menerima karyawan, meski itu titipan dari orang dalam." Ucap Junghyun sambil matanya tetap mengawasi namja itu.

Dia merasa ada yang aneh pada diri Jwan. Pemuda tampan dengan rambut cokelat dan salah satu di telinga nya memakai anting, sebenarnya hal yang biasa. Tapi, wajahnya seperti sangat familiar bagi Hyunsung.

Tidak lama kemudian, dia segera beranjak dari gudang besar itu. Pencariannya tentang pembunuhan bayaran yang masuk di Choi Grup tidak membuahkan hasil. Entah berada di devisi mana orang itu. Dia telah menelusuri semua karyawan nya yang berjumlah ratusan, bahkan mendekati angka seribu dalam perusahaan. Tapi, tidak ada satu pun yang mencurigakan.

💜💜💜💜💜💜💜

Jwan berjalan dengan gontai di bawah rintik-rintik hujan. Dia memikirkan Wendy yang tidak kunjung sadarkan diri. Ini sudah hari ke sepuluh dan wanita itu masih terbaring koma. Hatinya terasa mendung seperti langit Seoul di sore ini. Langkahnya terhenti di sebuah cafe dengan nama yang unik itu, meski Jwan tidak mengetahui artinya.

Entah kenapa dia ingin masuk untuk sekedar menghangatkan badan. Dia ingin sesekali seperti para orang kaya yang suka nongkrong di cafe dan memesan minuman hangat.

Jwan memilih di sudut ruangan yang menjadi tempat duduknya. Dari tempat ini, dia bisa mengedarkan pandang ke seluruh ruangan cafe yang di desain unik ini. Ada beberapa pohon sakura kecil di dalam pot yang diletakkan di beberapa tempat dalam ruangan cafe ini.

Jwan memesan soju dan bunggeopang. Dia menikmati makanannya dengan melihat penampilan sebuah grup band di atas panggung kecil itu. Cafe ini benar benar di desain sangat romantis dan juga unik, membuat siapa saja yang masuk ke dalam menjadi betah.

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang