Bertahan Terluka

713 91 36
                                    

Bau obat khas rumah sakit menyeruak tajam masuk ke indra penciuman. Mata yoongi mengerjap pelan, dan ruangan serba putih yang pertama yoongi lihat.

"Kau sudah sadar, nak?" Seorang pria paruh baya menghampiri yoongi dan tersenyum ramah. Yoongi menatap orang itu ragu. Mencoba mengingat wajah yang tidak asing di depan yoongi ini.

"Kau lupa? Ahjussi yang tadi siang membeli roti gorengmu"

"Ohh" hanya erangan yang keluar dari dalam mulut yoongi. Seketika yoongi teringat eommanya. Yoongi melompat bangun karena langsung teringat dengan yuju. Namun kepala yoongi terasa sangat pusing.

Ahjussi itu mendekati yoongi dan memegang pundak yoongi dengan wajah sendu. Seperti Dejavu, yoongi mengerti maksudnya. Dengan tersedu yoongi menutup wajah dan memanggil nama sang eomma berkali kali.

Pemakaman berlangsung dengan cepat pada keesokan harinya. Semua sudah di urus oleh ahjussi itu, yang akhirnya kutahu bernama Jeong Taek Woon.

Dan disinilah kami. Di ruang tamu kecil rumah yoongi. Yoongi, seokjin, taekwoon, dan seorang namja berpakaian parlente duduk saling berhadapan. Seokjin masih terus terisak dan menyebut nama sang eomma.

"Jinnie tidak mau ayam goreng lagi hikss. Jinnie mau makan ikan asin dan sayur daun singkong buatan eomma hikss" yoongi mengenggam tangan seokjin untuk memberi seokjin kekuatan. Seokjin menoleh ke arah yoongi dan mengerti. Namun wajah seokjin masih menampakkan kesedihan mendalam. Taekwoon menatap yoongi dan seokjin bergantian lalu berdehem.

"Yoongi ssi... Hmm... Begini..." Taekwoon seperti tidak nyaman dan beberapa kali melirik pada namja perlente di sebelahnya.

"Biar saya yang menjelaskan. Begini yoongi ssi" namja itu membenarkan letak kacamata yang agak melorot turun.

"Karena sekarang kalian sudah yatim piatu, maka tuan Jeong ingin mengangkatmu sebagai putranya " namja itu menjeda sejenak.

"Dan hanya kau, yoongi ssi. Tidak untuk seokjin ssi" yoongi tertegun tidak mengerti.

"Kenapa dongsaeng saya tidak? Kalau begitu biarkan kami tetap tinggal di rumah ini. Saya tidak meminta untuk menjadi anak angkat, ahjussi. Mianhamnida kami tidak bisa berpisah " ujar yoongi berapi api menahan rasa nyeri mendengar penuturan namja itu.

"Kalian tidak bisa bersama yoongi ssi. Setidaknya untuk saat ini, percayalah " wajah taekwoon memelas, menatap yoongi.

"Saya tidak akan pernah pergi tanpa seokjin!" Ucap yoongi dengan tegas.

"Tapi itu permintaan eomma kalian" lirihnya dengan kepala menunduk.

"Mworago? Eomma kenal dengan ahjussi?" Ahjussi itu terlihat salah tingkah. Ahjussi itu membenarkan letak duduknya yang terlihat gelisah.

"Setelah eommamu dibawa ke rumah sakit, dia sempat sadar. Dan karena saat itu hanya ahjussi yang ada disana, eomma kalian menitipkanmu dengan ahjussi "

"Kalau begitu kenapa tidak kami berdua untuk dijadikan anak angkat?" Tanya yoongi dengan menatap ahjussi itu tajam.

"Itu, karena..."

"Istri dari tuan Jeong hanya mengizinkan satu anak saja, yoongi ssi" namja itu menyambar cepat perkataan taekwoon, diikuti anggukan kepala olehnya. Yoongi menatap mereka bergantian.

"Kalau begitu, seokjin saja yang ahjussi ambil" ahjussi itu terlihat terkejut dengan jawaban yoongi. Sejenak ia termenung, lalu menggeleng cepat.

"Is - istri ahjussi tidak bisa menerima anak kecil" dengan terbata taekwoon menjawabnya.

"Lalu bagaimana dengan dongsaengku? Dia masih terlalu kecil" mata yoongi menyorot tajam pada taekwoon yang semakin bersikap salah tingkah.

Yoongi tidak habis pikir dengan pikiran kedua orang dewasa ini. Yoongi tidak saling mengenal, lalu tiba tiba ia datang ingin mengangkat seorang anak. Tapi hanya dirinya.
Dan kenapa ia bisa ada di rumah sakit tempat eomma dan yoongi dirawat?

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang