Siapa Byungmo?

414 55 9
                                    

Yoongi mengeliat. Yoongi mengerang karena tubuhnya terasa sakit semua. Yoongi membuka mata perlahan dan tercium aroma kopi sebagai pewangi ruangan masuk indra penciuman. 

Mata yoongi mengedip, yoongi melihat sekeliling ruangan yang terlihat asing baginya. Kamar ini sederhana, hanya satu ranjang berukuran sedang, sebuah lemari dan sebuah nakas di samping ranjang. Yoongi mencoba untuk duduk. Rasa nyeri dan ngilu di sekujur tubuh membuat ia sedikit kesulitan untuk bangun.

"Sudah bangun, tuan muda?" Byungmo masuk ke kamar dengan membawa nampan.

"Ini dimana?"

"Di rumah saya. Makanlah dan minum cokelat panas ini dulu, tuan " yoongi mulai makan karena perutnya juga sudah berbunyi minta diisi. Meski bibirnya terasa perih karena pukulan yunho, tapi yoongi tetap berusaha untuk memakan makanannya tanpa mengeluh.

"Hyung tidak makan?" Tanya yoongi pada byungmo yang hanya duduk diam memperhatikannya.

"Dengan melihat anda makan saja, saya sudah kenyang" jawab byungmo dengan tersenyum.

"Kenapa rumah ini sepi sekali? Hyung tinggal sendiri disini?"

"Rumah ini sering kali kosong. Dan saya hanya  sebulan sekali pulang untuk membersihkannya" yoongi mengangguk sambil menyesap cokelat panasnya.

"Sebaiknya malam ini kita menginap disini. Saya sudah menelepon yura ahjumma agar tidak cemas " Byungmo berjalan ke arah jendela dan menutup tirainya. Senja mulai hilang dan diganti dengan gelap malam. Suara jangkrik bersahutan di luar. Suasana sangat sepi, tapi yoongi merasa nyaman.

"Ada atau tidak adanya aku di rumah akan tetap sama. Keberadaanku tidak pernah di anggap" yoongi meremas selimut di depannya.

"Jangan pedulikan mereka. Yang paling penting adalah tuan Jeong menyayangi anda, tuan. Itu sudah cukup" hibur byungmo.

"Tapi... Apa hyung tidak merasa aneh? Kenapa daddy mengadopsi aku, sedangkan jinnie tidak? Saat itu alasannya bahwa nyonya Jeong tidak suka pada anak kecil. Kenyataannya, dia juga sangat membenciku. Aku seperti kuman yang selalu ingin disingkirkannya" yoongi menerawang. Terlihat jelas bahwa ia penasaran, tapi juga terlihat sedih.

"Itu yang harus anda cari, tuan. Semua ada alasannya, dan dimana keberadaan seokjin juga masih menjadi misteri. Anak sekecil itu, haruskah juga di singkirkan?"

"Apa maksud hyung disingkirkan? Hyung sepertinya mengetahui sesuatu. Hyung, jelaskan!" Yoongi mencengkeram bahu byungmo. Ada embun di kedua matanya.

"Saya sudah bilang, anda yang harus mencari tahunya. Ini hanya analisa saya. Kenapa seokjin tidak ikut diangkat anak juga, dan keberadaannya sampai sekarang entah dimana" byungmo melepaskan perlahan cengkraman tangan yoongi.

"Yang utama, anda harus mencari tahu dulu tentang keluarga Jeong. Darimana harta mereka berasal selama ini. Dan juga, anda terlalu emosi dalam bertarung. Pertarungan yang sesungguhnya, kita harus melepas seluruh emosi jika ingin menang. Jangan pernah terpancing oleh provokasi lawan. Emosi... Akan membuat kita cepat lengah dan kalah dengan mudah" byungmo menghela nafas, lalu melanjutkan.

"Seorang pemangsa juga harus memiliki otak yang licik untuk mengalahkan lawan. Jangan mudah terprovokasi. Apa yang terjadi hari ini adalah kesalahan fatal. Seharusnya, yunho bisa mati di tangan anda"

Lagi dan lagi, mata byungmo berkilat penuh arti. Yoongi diam dan menyimak. Yoongi seperti terhipnotis oleh setiap kalimat Byungmo.

"Besok akan saya ajarkan tentang menyerang lawan dan cara mengendalikan emosi. Seorang pemangsa harus tenang dalam membunuh lawannya"

"Kenapa hyung yakin sekali kalau aku adalah seorang pemangsa? Apakah Hyung hanya melihat dari sorot mataku?" Tanya yoongi lalu mendapat tawa renyah dari byungmo.

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang