Whatever that is

198 33 15
                                    

Hyesung dan Jungjin masuk ke ruangannya yoongi saat dia sedang tiduran di pangkuan Wendy.

"Maaf, Tuan dan Nyonya kalau kami menganggu." Ujar Hyesung sopan membuat Wendy kikuk dan sungkan.

"Oh Aniyo, saya akan keluar sekarang." Ucap Wendy lalu beranjak pergi. Dia cukup tahu diri, karena pasti ada hal penting yang akan disampaikan oleh pria dengan wajah sangar itu. Dan dia tidak boleh tahu semua urusan suaminya, apapun itu.

Terkecuali dia menceritakan sendiri padanya. Dia juga tidak mau sok ingin tahu apa yang terjadi. Wendy percaya, jika saatnya tiba, yoongi akan menceritakan sendiri padanya. Wendy sudah benar benar berubah sejak menikah. Dia menjadi lebih dewasa dan matang dalam berpikir.

Hanya satu yang tidak begitu disukai suaminya, meski dia bisa memaklumi nya. Wanita itu benar benar marah atau bersungut-sungut seharian jika melihat atau mendengar suaminya dekat sedikit saja dengan wanita lain.

Hyesung dan Jungjin duduk dihadapan yoongi. Pria itu menyulut sebatang rokok untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Hyesung.

"Anak buah Joy sudah mengawasi bocah itu, Tuan. Tapi, sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Dia tinggal di sebuah kamar sewa tidak jauh dari restoran milik Nyonya Choi, dan dia tinggal sendirian."

"Tinggal sendiri? Tapi, Wendy dan Sohee bilang dia tinggal dengan Hyung nya yang lumpuh." Ujar yoongi bingung.

"Kata penghuni tempat itu, memang awalnya dia tinggal bersama Hyung nya. Tapi, beberapa bulan terakhir dia pergi bersama Hyung nya dan lama tidak terlihat. Saat dia muncul kembali, dia hanya sendiri. Ketika ditanya dimana Hyung nya, dia menjawab jika Hyung nya pulang ke Busan." Timpal Jungjin.

Yoongi terdiam dan hanya mendengarkan. Dia merasa ada yang janggal.

"Tapi, saya tidak percaya, Tuan. Namja itu begitu misterius dan tidak punya identitas sama sekali. Maaf... Tapi, bukan karena Nyonya Wendy yang memasukkan nya di gudang saat itu, tidak mungkin bocah itu bisa diterima, meski hanya jadi kuli angkut." Hyesung menatap yoongi bersungguh sungguh.

"Nee. Dalam hal ini memang Wendy mengakui kesalahannya yang dengan lancang memasukkan bocah itu hanya karena kasihan. Meski, dia tidak tahu kecurigaan kita tentang Jwan ssi. Wendy tidak perlu tahu karena itu akan semakin menambah rasa bersalah nya." Yoongi mengepulkan asap rokoknya.

"Terus... Apa yang harus kita lakukan, Hyung nim? Kita tidak punya bukti untuk menangkap namja itu. Jika benar dia pelakunya, ia sungguh sangat profesional. Bahkan saat membunuh Jihoon Hyung saja tidak meninggalkan sidik jari sedikitpun." Jungjin memandang Hyesung gusar.

"Aku akan memancing nya nanti sore. Aku akan tahu jika sedikit saja dia melakukan kesalahan, maka langsung kita bawa ke markas. Perintahkan semua anak buah mu untuk mengikuti ku dari jauh. Jangan ada pergerakan apapun sebelum ada perintah dari ku." Ucap Hyesung serius.

"Aku harap kau hati hati, Hyung nim. Orang itu sangat pintar dan cerdas." Yoongi menatapnya lekat. Entah kenapa hati nya mendadak risau dan merasa tidak enak. Sedangkan Hyesung, terkejut saat mendengar yoongi memanggil nya Hyung nim.

Seumur hidup Hyesung mengikuti nya, baru kali ini, Tuan nya bicara lebih sopan dan memanggil nya Hyung. Begitu pun dengan Jungjin. Mungkin yoongi sekarang lebih menghormati nya karena kisah masa lalu antara Hyesung dan ibunya, Yuju.

Dengan berjalan santai, Hyesung masuk ke dalam gudang Choi. Gudang itu sangat besar dan luas juga memanjang ke belakang. Berbagai macam aktifitas ada disisi kanan gudang dengan berbagai macam tumpukan peti kayu dan kardus besar.

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang