Jwan dan Minho

280 38 8
                                    

Mentari pagi tersenyum hangat setelah semalaman hujan lebat mengguyur bumi.

Minho membuka kelopak mata dan mengerjap perlahan. Dia merasakan tubuhnya terasa remuk dan sakit luar biasa. Wajahnya meringis merasakan nyeri di perut dan kakinya. Bau obat samar masuk ke indra penciumannya. Kepalanya terasa sangat berat.

Minho mencoba menggerakkan tangannya yang terasa berat, namun sulit. Seperti ada sesuatu beban yang menindih tangan kanannya. Minho melirik, dan baru menyadari, tangannya ditindih kepala Jwan yang sedang pulas tertidur.

 Minho melirik, dan baru menyadari, tangannya ditindih kepala Jwan yang sedang pulas tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho mengangkat tangannya hati hati agar tidak membangunkan bocah itu. Setelah terlepas, Minho mengusap lembut rambut Jwan dengan sayang.

Seperti merasa ada yang menyentuhnya, Jwan terbangun dan matanya mengerjab, lalu tersenyum ketika Minho sudah bangun.

"Hyungie sudah merasa baik, kan?" Tanya Jwan dengan membenarkan letak bantal.

"Kau tidak pulang semalaman?"

"Pulang kok Hyung, setelah hyungie selesai di operasi. Terus tadi habis shubuh kesini lagi."

"Kau sudah makan?"

Jwan menggeleng dan tersenyum malu. Bahkan dia lupa belum makan sejak semalam. Nasi goreng kimchi yang dibelinya tadi malam entah kemana, mungkin dia meninggalkan di jalan saat berlari masuk ke dalam rumah.

"Ayo makan."

"Nanti saja, Hyung."

"Kenapa harus nanti? Tidak ada uang?"

Jwan terdiam. Dan Minho mengerti dengan diamnya bocah itu.

"Kemarilah. Dekatkan telingamu pada Hyung." Jwan mendekatkan telinganya di bibir Minho, dan terlihat pria itu berbisik.

"Kau tahu kan, ranjang tempat tidur Hyun?" Jwan mengangguk.

"Saat tidak ada orang, geser ranjang itu, dan nanti ada kertas koran dengan gambar Rambo, sobek kertas itu. Uang Hyung ada di dalam cerukan dinding itu. Ambil semuanya. Ingat, jangan ada orang yang tahu."

Jwan memandang Minho dengan tertegun.

"Bawa kesini. Kau paham?" Bocah itu mengangguk pelan.

"Dengarkan Hyung lagi. Ada pengkhianat diantara anak buah kita. Hyung tidak pernah menyuruh mereka membunuh anak buah Jungjin. Jadi memang ada yang mau mengadu domba. Setelah kau berhasil mengambil semua uang Hyung, kita pergi dari kota ini, karena hyesung tidak akan membiarkan kita hidup. Jangan katakan pada siapapun rencana kita. Entah apa rencana orang itu untuk mengadu domba Hyung dan Hyesung, kau paham?"

Lagi dan lagi Jwan hanya mengangguk.

"Pergilah dan cepat kembali kesini. Jangan bawa apapun, agar tidak ada yang curiga."

"Nee, Hyung. Jwan pergi sekarang dan akan hati hati."

****
Dua sosok terlihat mengendap meninggalkan rumah sakit tengah malam. Minho berjalan sedikit terhuyung dan pincang karena kakinya terluka parah.

Two Brother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang