Qinan membawakan beberapa hidangan makanan untuk Vino, Dre dan Alvan.
"Qinan, nanti tolong bereskan kamar nomor dua ya? Sekalian antar Dre ke kamar," pinta Vino.
"Baik, Tuan, nanti panggil saja saya jika Nona Dre mau beristirahat,"
Vino hanya berdehem, kemudian ia mengambil sendok dan garpu.
"Silahkan makan, Dre,"
Dre hanya mengambil sendok, maklum ia tak biasa makan dengan sendok dan garpu.
"Ayo makan dulu, nanti Mama jawab pertanyaan Alvan," ucap Dre sambil tersenyum.
"Beneran, Ma?"
"Iya ..."
Alvan pun melahap makanan nya.
"Pelan-pelan, Nak," kata Vino sambil terkekeh pelan.
"Biar cepet selesai, Pah,"
"Sini, Mama suapin," Dre mengambil sendok ditangan Alvan.
"Makasih, Mama," ucap Alvan.
Setelah beberapa menit berlalu, mereka selesai makan.
Qinan juga sudah membereskan kamar untuk Dre dan membereskan piring-piring di meja makan.
"Jadi jawaban Mama apa?" tanya Alvan yang sudah tak sabar mendengar jawaban Dre.
Tatapan Dre beralih pada Vino, "seperti Papa yang sibuk, begitupun juga dengan Mama,"
"Tapi kenapa Mama ninggalin Alvan sama Papa? Bahkan kata Nenek buyut, Mama ninggalin dari Alvan lahir, kenapa, Ma?" kali ini Alvan berbicara dengan mata yang berkaca-kaca dan suara yang bergetar.
Mendengar hal itu, Dre hanya bisa menghela nafasnya dalam, bahkan ia harus meminta maaf pada anak kecil ini walaupun bukan kesalahannya.
"Alvan punya banyak pertanyaan buat Mama tapi Alvan gaberani karna punya janji sama Papa,"
Dre yang tidak tega melihat Alvan menangis pun langsung memeluknya, "maafin Mama, sekarang kamu bebas tanya apa aja ke Mama, Mama pasti jawab,"
Alvan melirik Vino, dengan terpaksa Vino pun memberi isyarat dengan menganggukan kepalanya.
"Setiap pulang sekolah Alvan sedih dan cuma bisa nangis, temen-temen Alvan dijemput sama Mamanya, waktu ... waktu Alvan lagi nunggu Pak Tono jemput, temen Alvan sering nanya ke Alvan, katanya kenapa Alvan ga dijemput Mama, kemana Mama Alvan? Alvan bilang kalau Alvan gapunya Mama," jawab Alvan dengan sesenggukan karena tak kuat menahan tangisnya.
Vino pun ikut terenyuh mendengar ungkapan anaknya, kemudian ia berjongkok sembari memeluk Alvan yang masih berada dipelukan Dre, "maafin Papa ya, sayang? Alvan kan anak yang kuat,"
"Tapi Alvan juga pengen ngerasain punya Mama, Pah. Alvan pengen kayak temen-temen yang dijemput sama orangtuanya,"
"Iya sayang, mulai nanti Papa antar jemput kamu ya? Maafin Papa karna Papa sibuk terus dan gaada waktu buat Alvan,"
Ia melap air mata Alvan, "Alvan kan hari ini udah ketemu Mama, ya? Alvan bakal nepatin janji nya sama Papa, kan?" Vino menatap Dre dan air matanya turun begitu saja, "Mama gabisa bareng-bareng sama Alvan disini, jadi nanti Papa aja ya yang temenin Alvan, mau, kan?"
"Iya, Papa, gapapa ... Alvan tetep seneng kok, Papa juga jangan sedih ya?" Alvan menarik tangan kiri Vino dan tangan kanan Dre, "walaupun Papa, Mama dan Alvan gabisa bersama, tapi kita bertiga adalah keluarga,"
Dre mengangguk ragu, ia hanya bisa saling tatap dengan Vino.
"Mama," panggil Alvan.
"Iya Alvan?" jawab Dre dengan senyuman tulus, senyum yang selama ini tak pernah ia tunjukkan lagi pada orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA ( On Going )
Ficção Geral"Saat aku menemukan diriku yang baru, dunia membawa luka lama yang kukira sudah berakhir, namun ternyata kembali terlahir. Jejak kenangan nya masih tertinggal, namun menyisakan rasa sakit yang takkan pernah terobati." - Edrea - *** Edrea atau lebih...