Meeting dengan client pun sudah selesai 25 menit yang lalu, sekarang Vino sudah berada dirumah nya dan langsung masuk ke dalam kamar Alvan dengan membawa beberapa makanan dan hadiah.
"Alvan sayang ... Liat, Papa bawain apa nih buat kamu," ucap Vino sambil tersenyum lebar.
Anak lelaki itu masih termenung sembari menatap ke luar jendela kamarnya.
"Sayang ..." panggil Vino sekali lagi. Ia menghampiri Alvan dan menggendongnya.
"Alvan kenapa, Nak?" tanya Vino.
Bukannya menjawab, Alvan malah meneteskan air matanya tanpa bersuara, sungguh, hal ini adalah kelemahan terbesar Vino.
Vino pun mendudukan Alvan di sofa, kemudian ia berjongkok dan memegang kedua tangan Alvan.
"Qinan gak nemenin Alvan?" tanya Vino.
"Alvan mau sendiri," jawab Alvan.
"Kasih tau Papa, Alvan kenapa? Ada yang nyakitin Alvan disekolah?" tanya Vino.
"Engga,"
"Lalu?"
"I feel ... Lonely,"
Vino langsung memeluk Alvan dan mencium pipinya, "you're never be alone, Papa kan udah janji bakal ajak Alvan Quality Time seminggu sekali, sementara itu, Alvan sama Qinan dan Nenek Buyut dirumah, ya? Lain kali kalo Alvan sedih dan ngerasa kesepian, telfon Papa aja, oke?"
"Papa kan sibuk,"
Vino melepaskan pelukannya dan mengelus pipi Alvan, "Sesibuk apapun Papa, Papa akan langsung angkat telfon Alvan, Papa janji!" jawab Vino sambil membentuk jarinya dengan huruf V dan tersenyum lebar.
"Thank you, Pah!" ucap Alvan yang juga ikut tersenyum.
"Oh ya, Papa punya sesuatu buat Alvan," kata Vino sambil merogoh saku celana nya.
"Apa?"
Vino berdecak pelan, "hm ... tapi ada syaratnya nih,"
"Apa, Pah?" tanya Alvan yang semakin penasaran.
"Alvan harus kasih tau Papa kalo Alvan lagi sedih," jelas Vino.
"Oke, Alvan setuju!"
Akhirnya, Vino mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya.
Ia memberikan gantungan handphone dengan karakter Nobita itu pada Alvan.
"Ini dari siapa, Pah?" tanya Alvan sambil mengambil gantungan nya.
"Itu gantungan handphone buat Alvan dari ... " Vino tersenyum jahil pada Alvan.
"Dari siapa, Pah?" tanya Alvan yang ikut tersenyum.
"Coba tebak!" suruh Vino.
"Aaaa ... Papa, i'm serious," rengek Alvan dengan ekpresi gemasnya.
"Papa juga serius, ayo tebak!"
"Hm ... Dari Aunty Anita?"
Vino menggeleng pelan.
"Dari Nenek Buyut?"
Vino kembali menggeleng.
"Apa ini dari Kakek Oscar? Kakek Oscar gamungkin kan ngirim ini dari Jerman buat Alvan? Biasanya dia kirim mainan robot sama mobil buat Alvan jadiin koleksi," jelas Alvan.
Tawa Vino terdengar cukup kencang, "Alvan, itu bukan dari Aunty Anita, Nenek Buyut ataupun Kakek Oscar,"
"Terus ini dari siapa, Papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA ( On Going )
Fiction générale"Saat aku menemukan diriku yang baru, dunia membawa luka lama yang kukira sudah berakhir, namun ternyata kembali terlahir. Jejak kenangan nya masih tertinggal, namun menyisakan rasa sakit yang takkan pernah terobati." - Edrea - *** Edrea atau lebih...