Di ruang yang minim cahaya dengan latar dinding kastil megah, Lio duduk di antara dua lemari buku. Kali ini, ia tengah berada di ruang perpustakaan pribadi yang hanya bisa di akses dari dalam kamarnya.
Ruangan gelap ini, menyimpan banyak suka dan duka yang Lio rasakan setiap harinya.
Ia terkekeh pelan sembari menatap kosong buku-buku dihadapannya. Suka dan duka ... Mungkin duka yang lebih banyak ia rasakan di penjara megah ini.
Hidupnya tidak bisa sesuai dengan keinginan, karena Lio dikendalikan oleh Ayahnya. Apa yang bisa ia lakukan? Kabur? Itu hanya akan membuat hidupnya semakin menderita, sebab Ayahnya tak akan membiarkan Lio merasa tenang jika ia memilih pergi dari sini.
Entah sampai kapan ia akan bertahan, tidak ada satupun yang mengerti, tidak ada seorangpun mampu mengatakan kalimat sederhana yang membuatnya sedikit tenang, seperti "everything will be okay."
Rea, satu-satunya gadis polos yang ia temui di halte yang mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Pertemuan nya dengan Dre saat itu terkesan seperti pertama kalinya lagi bertemu. Seolah, Rea dan Dre adalah dua orang yang berbeda, padahal sudah jelas, tanda bekas cakaran kucing di sikut Dre menunjukkan bahwa ia adalah Rea nya yang dulu.
Semua berubah, Lio membenci fase kehidupan dunia yang datang hanya untuk pergi, dengan kata penenang akan ada pengganti yang lebih pasti dari yang pergi.
Bukankah pengganti juga pada akhirnya akan pergi? Jika tidak, mungkin kita yang akan memilih pergi. Lalu, untuk apa kehidupan ini diciptakan jika semua orang harus merasakan kehilangan?
Apa yang tuhan rencanakan pada kehidupan dunia ini?
Lio hidup di Istana yang megah, semua kebutuhannya lebih dari tercukupi, ia masih punya orangtua dan adik yang cantik juga pintar. Seharusnya, hidup Lio adalah kehidupan yang diidamkan semua orang. Tapi ... Kenapa kenyataan yang ia rasakan tidak seperti yang mereka bayangkan? Kenapa ... Kenapa dirinya seperti terjebak di sebuah lingkaran hitam yang sekelilingnya penuh dengan api, seolah jika keluar dari sana, ia akan mati terbakar.
Lelaki bertubuh tinggi itu membuka kembali diary nya yang ia peluk sedari tadi.
Sudah satu tahun, Lio tak lagi menuliskan apapun di buku nya yang diberi nama The Indestructible Diary itu.
Saat membuka halaman pertama, ia seperti ditarik kembali ke masa lalu oleh buku itu. Bagaimana tidak? Buku itu seperti jiwa kedua Lio, jiwa yang selamanya akan terpenjara dalam rasa sakit dan tak akan pernah menemukan jalan keluar untuk mengejar bahagia.
Ia memejamkan mata, menahan rasa sakit yang menyesakkan nya sesaat.
Lio menghembuskan nafasnya pasrah, hembusan nafas yang sudah biasa terdengar oleh seisi ruangan sunyi ini.
Tangannya mengambil bolpoin yang ia selipkan disaku kemeja, tanpa ragu, ia menuliskan beberapa kalimat rindu dan perasaan yang ia rasakan akhir-akhir ini.
Sudah satu tahun, aku menyembunyikanmu rapat-rapat, Tinder. Apa kamu rindu Lio-mu yang malang ini? Baiklah, aku akan menuliskan sesuatu lagi disini agar kamu tidak kosong seperti hidupku :D
Tinder, kamu masih ingat Rea? Seharusnya kamu ingat. Sebab, di halaman sebelumnya, Rea tak pernah lupa kutulis. Aku bertemu lagi dengannya, tapi pertemuan itu seolah tak pernah terjadi sebelumnya, ia sudah berubah, bukan lagi Rea yang dulu hangat, ceria dan polos. Sekarang, nama panggilannya Dre, dan aku sangat rindu Rea. Eh? kamu tak perlu cemburu, Tinder, tentu saja aku juga merindukanmu. :b
Lio tersenyum lebar, perasaan nya sedikit lega sekarang karena bercerita lewat tulisan pada Tinder一nama pendek bukunya.
Tinder memang teman terbaik bagi Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA ( On Going )
Ficção Geral"Saat aku menemukan diriku yang baru, dunia membawa luka lama yang kukira sudah berakhir, namun ternyata kembali terlahir. Jejak kenangan nya masih tertinggal, namun menyisakan rasa sakit yang takkan pernah terobati." - Edrea - *** Edrea atau lebih...