Aroma khas rumah sakit masih sedikit mengganggu indra penciuman Vino.
Vino benar-benar ingin segera pergi dari rumah sakit ini, tapi Dokter masih belum memberitahu dirinya, apakah Anita sudah boleh pulang atau masih harus disini.
"Kak ... aku bosen disini," ucap Anita dengan nada yang masih lemah.
Vino menatap Anita bingung, jika tidak ada instruksi dari Dokter, Vino tak berani membawa Anita keluar.
Disisi lain, Vino tahu bahwa adiknya itu memang mudah bosan dan tidak bisa berdiam di satu tempat dalam kurun waktu yang lama.
"Tunggu sebentar ya!" pinta Vino sambil pergi keluar untuk mengambil kursi roda.
Saat Vino membuka pintu, Dre dan Lio pun hendak masuk ke dalam ruangan.
Vino sedikit memicingkan matanya, untuk apa Dre membawa Lio kesini? Atau mungkin Lio yang mengajak gadis itu?
Dre tersenyum kecil, "Anita udah baikan?"
Vino menarik lengan Dre untuk menjauh dari Lio.
"Vin, lepasin," pinta Dre dengan pelan.
"Dre, kok kamu bisa datang sama anak itu?" tanya Vino to the point.
"Kenapa? Dia mau jenguk adek lo, bukan mau nyari masalah sama lo, kok!"
Vino mengusap wajahnya gusar, "Dre, kamu gatau selicik apa dia, lebih baik kamu jauh-jauh dari dia kalo kamu gamau ada masalah,"
Dre tersenyum simpul, "licik? maksud lo apa ngomong gitu, Vin? dia dateng kesini dengan niat baik, lho!"
Lelaki itu hanya bisa terdiam menunduk, kenapa gadis dihadapannya ini tak mau mengerti dan tak mau percaya padanya walaupun hanya sekali.
Vino memegang bahu Dre dan mencoba untuk menjelaskannya secara tenang, "oke, terserah kamu mau dengerin aku apa engga, yang jelas, aku ..."
Dre menautkan kedua alisnya, "apa?"
"Dre, kamu tau kan kalo aku sayang sama kamu? Kamu tau kan kalo aku jatuh cinta sama kamu? Tapi ... kamu gatau isi hati terdalam aku, aku ... aku tuh lebih dari cinta sama kamu, aku gatau kenapa bisa kayak gini, tapi yang jelas aku pengen selalu sama kamu, pengen jaga kamu, pengen jadi sesuatu yang kamu impikan, aku tau aku masih terburuk, tapi aku juga lagi berusaha jadi yang terbaik supaya aku bisa pantas buat kamu,"
Mendengar hal itu, Dre tertegun, ia terus menatap mata Vino, berusaha untuk mencari kebohongan. Tapi, yang ia lihat adalah kesungguhan yang teramat besar dari Vino.
Apa ini nyata? Apa lelaki ini hanya mimpi baginya? Ini terlalu mustahil untuk Dre, dicintai dengan tulus oleh seseorang. Hanya ada satu pertanyaan dalam benaknya sekarang, pantaskah Dre mendapatkan cinta itu?
Kelopak matanya mulai memerah, Dre terlihat menahan air mata, bukan air mata kesedihan, ia juga tak bisa menyebutnya air mata kebahagiaan, karena ia tak tahu dirinya bahagia atau tidak mendengar ungkapan Vino, mungkin ini hanya air mata haru.
Tangan Vino mengusap lembut tetes air mata Dre yang sudah tak terbendung.
"Kenapa kamu nangis? Aku melakukan kesalahan? Kamu gasuka mendengar ungkapan cinta aku, Dre?" tanya Vino yang masih mengusap lembut pipi Dre, "jangan nangis, aku janji gaakan membebani kamu dengan ungkapan hati aku lagi,"
Vino memeluk Dre dengan hangat, hingga Dre merasakan kenyamanan yang begitu besar.
Apa ini cinta atau hanya rasa nyaman? Dre belum bisa memastikan semuanya. Yang ia tau, Vino salah satu orang yang berarti dihidupnya, lelaki itu seperti seorang Kakak untuknya, bahkan bisa menjadi segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA ( On Going )
Fiksi Umum"Saat aku menemukan diriku yang baru, dunia membawa luka lama yang kukira sudah berakhir, namun ternyata kembali terlahir. Jejak kenangan nya masih tertinggal, namun menyisakan rasa sakit yang takkan pernah terobati." - Edrea - *** Edrea atau lebih...