Sedari tadi, Dre terus saja muntah. Wajahnya sudah pucat pasi, hingga akhir nya Cihan menggendong paksa putri nya untuk pulang. Ada beberapa orang termasuk Mami Ayu yang mencegah Cihan untuk membawa Dre. Namun, Cihan menyebutkan bahwa Dre adalah putri tercinta nya dan ia tak membiarkan siapapun yang berani menyentuh atau mengatur hidup Dre.
Dan kini, Dre sedang terbaring di kasur Cihan sembari mengigau dengan menyebut 'Ayah'.
Cihan ingin marah tapi Dre menyebut nya di bawah alam sadar.
Ia hanya tak habis pikir kenapa Dre terus menyebut Ayah. Tio sudah berlaku buruk pada Dre.
"Ayah ... "
"Dre ... Papa disini, Nak," ucap Cihan sambil menggenggam tangan Dre.
"Ayah ... kenapa Ayah berubah?" ucap Dre pelan.
Cihan pun berusaha membangunkan Dre agar sadar.
Saat Cihan hendak mengambil minum, Dre terbangun dan muntah kembali.
Cihan buru-buru memberikan teh hangat pada Dre, "minum dulu, sayang,"
Dre meminum teh hangat dari Cihan dan melap air mata nya, ia terlalu pusing dan perut nya sangat sakit.
"Kamu terlalu banyak minum, Nak," ucap Cihan sambil membenarkan rambut Dre.
Kini, Dre menatap jelas wajah Cihan dihadapan nya. Tatapan marah dan kecewa dari Dre mampu membuat Cihan tertunduk.
"Maafkan, Papa, Nak," hanya itu yang bisa ia ucapkan setiap bersama Dre.
"Pak Cihan udah tau pekerjaan saya?" tanya Dre.
"Baru saja tau, maaf, Papa mengikuti kamu,"
"Kenapa Pak Cihan bawa saya ke rumah Bapak?" tanya Dre sinis.
"Ini rumahmu juga, sayang," Cihan mengelus pipi Dre dengan lembut.
"Engga, rumah saya bukan disini!" bantah Dre sambil menepis lengan Cihan.
"Sampai kapan, Nak? Sampai kapan menghindari kenyataan? Apa kamu tidak senang bertemu dengan Papa?" lirih Cihan.
Air mata Dre turun tanpa sadar, "apa Bapak tau apa yang sudah saya dan Sam lewati? Oh ... kalaupun tau, gak mungkin juga sih peduli," cibir Dre.
"Nak, Papa kan sudah jelaskan, Papa terpaksa memberikan kalian. Papa tidak ingin nyawa kalian ikut terancam," jelas Cihan.
Dre menatap Cihan penuh kesedihan, "anak mana yang gak sakit ketika dia tau dia dibuang gitu aja dan dibilang mati ke semua orang?!"
"Cukup, Edrea! Papa ngelakuin ini demi keselamatan kamu! Tio yang awal nya memberitahu media bahwa anak-anak Papa meninggal bersama Bunda kamu! Apa kamu sudah mengerti kejadian saat itu? Apa kamu juga tau apa yang harus Papa lewatin untuk nyelamatin kamu dan Sam?! Apa kamu gak bisa ngeliat sisi baik dari apa yang Papa lakuin untuk kalian?! Papa terpaksa, Papa terpaksa, Edrea, mengertilah!" Cihan menunduk penuh penyesalan, ia menangis karena tak sadar telah membentak putri nya.
"Iya ... terus Papa pergi gitu aja tanpa memberikan sepeser uang pun untuk anak-anak Papa dan Ayah?! Bagus! Apa Papa sadar kalau Papa ngasih aku dan Sam ke keluarga Ayah Tio yang notaben nya kurang mampu?! Kenapa Papa gak ngasih apapun ke mereka?! Padahal mereka mau ngurus aku waktu itu!"
"Apa maksud kamu, Nak? Papa tentu aja memberikan tabungan kalian pada Tio, supaya kamu dan Sam tidak kekurangan atau berhenti sekolah nanti nya. Papa juga memberikan biaya pada keluarga Tio sebelum Tio mendapatkan kembali pekerjaan yang layak!" jelas Cihan.
"Apa buktinya?! Aku dan Sam hidup penuh kekurangan dan karna ekonomi keluarga kita yang berantakan aku harus mengorbankan semua mimpi-mimpi aku, Pah! Aku terpaksa harus berhenti sekolah saat SMA demi memenuhi kebutuhan keluarga!" bentak Dre, ia benar-benar mengatakan itu dengan penuh emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA ( On Going )
Ficción General"Saat aku menemukan diriku yang baru, dunia membawa luka lama yang kukira sudah berakhir, namun ternyata kembali terlahir. Jejak kenangan nya masih tertinggal, namun menyisakan rasa sakit yang takkan pernah terobati." - Edrea - *** Edrea atau lebih...