C22 - Tertekan

5 4 0
                                    

3 jam telah berlalu, Anita berhasil melakukan transfusi darah. Sedangkan Lio, ia masih mengistirahatkan tubuhnya.

Kini, Vino menatap Anita diluar ruangan, ia tersenyum sembari membayangkan masa kecil adiknya.

Sementara itu, Dre pergi ke ruangan Lio.

Setelah sampai, gadis itu ragu untuk masuk ke dalam. Kalau dipikir-pikir, seharusnya Vino yang datang pada Lio dan mengucapkan terimakasih.

Perlahan, Dre masuk ke dalam ruangan dan duduk disamping Lio.

Lio tersenyum lebar ketika Dre menghampirinya, kali ini cara nya membuahkan hasil. Jujur saja, sebenarnya Lio benci pada Anita karena sifatnya, tetapi dengan celakanya Anita, ia bisa memanfaatkan keadaan untuk membuat Dre mendekat.

Huh ... Mungkin Lio terkesan jahat mengambil kesempatan diatas penderitaan Anita, tetapi ia juga menyelamatkan nyawa dengan mendonorkan darah nya.

"Ngapain lo senyam-senyum gitu?" tanya Dre dengan ketus.

"Emang gaboleh?" Lio malah berbalik tanya.

Dre terdiam sejenak dan memainkan jari-jarinya.

"Gimana keadaan lo sekarang?" tanya Dre yang entah darimana mendapat dorongan untuk peduli.

"Yang pasti masih lemes sih, tapi sekarang kuat abis didatengin lo," jawab Lio sambil berusaha untuk duduk.

Dre pun langsung tergerak untuk membantu Lio duduk.

"Makasih, Edrea cantik!" ucap Lio.

"Nyokap bokap lo tau soal ini?" tanya Dre.

"Belom, kalaupun tau juga mereka pasti bangga anaknya punya empati yang tinggi," jawab Lio dengan percaya diri.

Dre memutar bola matanya malas.

"Btw, kesambet apaan mau datengin gue? Biasanya lo kalo liat muka gue aja kayak berasa lagi liat setan," ucap Lio sambil tertawa pelan.

"Jangan kegeeran lo! Gue cuma mau berterimakasih aja sama lo karna udah bantuin Anita, gue tau, Vino gaakan mau datengin lo kesini," jelas Dre.

"Beruntung ya dia, dipeduliin lo," jawab Lio.

Dre sedikit terkejut, padahal tujuan ia menjelaskan itu agar Lio tak merasa tidak dihargai. Ya, walaupun sebenarnya dengan ucapan terimakasih Dre pun, itu membuat Lio tak dihargai, seharusnya Vino yang berada disini sekarang, karena sudah jelas, Dre tak ada hubungannya dengan masalah ini.

Tapi setelah mendengar penuturan Lio, Dre jadi sadar bahwa tindakannya kali ini justru terkesan sangat peduli dengan Vino dan keluarganya.

Benarkah apa yang dikatakan Lio?

Gadis itu menepis semua pikirannya, "gue cuma bantu dikit,"

"Cuma? Sepeduli ini sampe hal kecil aja lo lakuin itu menurut lo cuma?" tanya Lio memastikan.

Dre hanya terdiam, ia tak tahu harus menjawab apalagi.

"Apa sih kelebihan Vino, Dre?" Lio menggelengkan kepalanya pelan sambil tertawa mengejek, "bucin?" lanjutnya.

"Kesempatan banget lo ya ada gue disini, terus seenaknya aja mojokin gue kayak gini, emang kalo gue deket sama Vino, lo bakal miskin gitu?!" bentak Dre, ia merasa semakin dibiarkan, Lio semakin memojokannya.

Dre tau, Lio begitu karena tak suka dengan Vino, tapi kenapa jadi dirinya yang dipojokkan seolah kalau Dre jatuh cinta pada Vino adalah sebuah kesalahan yang fatal.

Kalaupun ia jatuh cinta pada Vino, itu tak akan membuat Jakarta menjadi Danau Toba, kan?

"Santai, Dre, jangan marah-marah," ucap Lio sambil memegang tangan Dre.

CARAPHERNELIA ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang