Kartesius : (1,5)

613 87 0
                                    

  Dengan sekuat tenaga Nathan berusaha menghindar dari pukulan lawan yang ada di depannya ini. Mulai dari tangkisan, elakan, bahkan jurus kancil alias kabur sudah ia kerahkan. Namun, lawan dari sekolah sebelah ini memang benar benar merepotkan sekali.

  Jangan tanyakan bagaimana keadaan Nathan saat ini. Wajah yang penuh dengan lebam, ujung bibir berdarah, intinya tubuhnya bak orang gila yang dihajar habis habisan.

  Hingga pada akhirnya punggungnya dan punggung seorang bersurai merah menyala itu bertemu di tengah kerumunan orang orang bertubuh besar di sekeliling mereka.

  "Bang Nat, lo gapapa kan?" Tanya Jovan dengan sikap yang masih waspada jikalau ada suatu serangan yang diluncurkan.

  "Stt gue oke tapi kayaknya kita harus mundur dulu sekarang, kasian anak-anak pada tumbang noh, para petua kakel kelas 12 yang janjinya mau bareng juga entah kemana" ucap Nathan berbisik.

  "Oke bang kita misah aja ya larinya, anak anak lain juga udah pergi kok tinggal kita berdua aja, lo lurus aja ke depan gang sana, disana tembus sampe supermarket yang ramai orangnya, kalau gue lurus ke sana buat sampai ke depan pos satpam deket taman oke?" bisik Jovan yang dibalas anggukan.

  Ketika salah satu dari kumpulan lawan bertubuh besar itu hendak menyerang, saat itulah Jovan dan Nathan berlari menuju arah yang berbeda yang tentunya tak luput dari pengejaran mereka.

  Nathan terus berusaha lari sekuat tenaga dengan tudung hoodie berwarna abu yang ia tarik hingga menutupi kepalanya. Meski sudah babak belur Nathan tetap bisa berlari sekuat tenaganya meski ada yang sakit di bagian tubuhnya. Dengan kecepatan Nathan akhirnya lelaki tinggi itu bisa sampai di depan supermarket yang ramai lebih dulu sebelum ia ditangkap oleh para pria bertubuh besar yang mengejarnya. Melihat sasaran mereka berada di tempat ramai membuat para pengejar itu memilih untuk mundur dan kembali ke tempat tadi.

  Tubuh Nathan pun sontak merosot ke bawah. Lelaki itu terduduk di depan supermarket itu dengan nafas yang tidak beraturan, ia terlalu kelelahan. Selang beberapa menit, Nathan pun di kejutkan karena ada sebotol air dingin yang di ulur kan di depannya.

  Nathan pun mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang memberikannya minuman kaleng itu.

  "Eh? Nathan"
  "Lah? Mayuri"

Ucap keduanya bersamaan.

  "Nathan, kamu kenapa disini muka babak belur kayak gitu?" ucap Mayuri dengan penuh ke khawatiran lalu berjongkok menyetarakan tingginya dengan tinggi Mayuri.

  "Emm gin—-

  "Oke oke wait ya aku beli plester, kapas, sama alkohol kompres dulu ya, tunggu awas ngilang" sela Mayuri ketika Nathan hendak berbicara lalu masuk kembali ke Supermarket itu.

  Nathan pun hanya tersenyum dan mengangguk sebagai balasannya. Ia merasa beruntung bisa bertemu Mayuri saat ini.

  Selang beberapa menit Mayuri pun datang kembali menghampiri Nathan membawa kantong kain yang isinya pasti bisa ditebak, tentunya alat untuk mengobati luka.

  "Nathan kita ke rumah aku aja ayok, aku obat in disana aja, deket kok dari sini" ucap Mayuri.

  "Ngga ga—-

  "Udah ngikut aja sih" ucap Mayuri dengan paksa sembari menarik tangan lelaki itu menuju ke rumahnya yang cukup dekat dari supermarket.

~Skip rumah Mayuri

  "Abangg, Abang dirumah??" ucap Mayuri yang memasuki rumah tersebut dengan Nathan di belakangnya.

  Tidak mendapat jawaban, Mayuri pun langsung mengajak Nathan masuk lalu menyuruhnya untuk duduk di sofa ruang tamu, sementara Mayuri ke dapur membuatkan teh untuk Nathan.

Kartesius [ChaeMura] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang