BAB 13

1.2K 109 2
                                    

Ashel melaju dengan kecepatan 200 km/jam, tak peduli dengan keadaan sekitar. Yang ia tahu sekarang adalah dirinya harus segera sampai ke tempat "itu". Penampakan bangunan tinggi sudah menghilang, digantikan dengan rimbunan pepohonan dan bukit-bukit tinggi yang berjajar.

Tujuan Ashel adalah bukit yang paling tinggi, "Armana". Itulah bukit yang ia tuju. Setelah melewati rimbunan pepohonan dan jajaran bukit, akhirnya Ashel sampai di bukit tersebut. Ia segera keluar dari mobilnya.

"AHHH... AHHH... AHHHHH!" teriak Ashel.

"AHHH... AHHH... AHHHHHH..."

Suaranya bergema ke seluruh penjuru bukit di bawahnya. Nafasnya terengah-engah, air mata mengalir deras dari kedua matanya. Setelah beberapa saat, ia memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dari hidung, lalu mengeluarkannya perlahan dari mulut. Hal itu terus ia ulang-ulang sampai dirinya merasa tenang.

"Tenang, Shel, lo harus tenang!!" ucap Ashel pada dirinya sendiri. Kata tersebut seakan menjadi mantra yang selalu ia ucapkan.

Setelah merasa tenang, Ashel membuka matanya. Ia melihat rimbunan pepohonan yang berada di bawah bukit-bukit yang berjajar, terlihat juga jalan tak berujung. Ia berdiri cukup lama di sana, tapi kemudian memutuskan untuk masuk kembali ke dalam mobilnya, mengambil handphone yang terletak di atas dashboard, lalu membalas pesan yang tadi masuk.

"Maaf Anda salah sambung," bunyi pesan yang dikirimkan oleh Ashel. Setelah itu, ia memblokir nomor tersebut dari kontaknya.

"Ping" — pesan kembali masuk, kali ini dari Aldi.

"Hai Shel 🐒"

Ashel langsung membalas pesan tersebut.

"Hai Aldi 🙄"

Setelah mengirim pesan itu, Ashel ingin menghapus emoticon cemberut, namun sudah terlambat karena Aldi sudah membacanya.

"Lho, udah sampai rumah?" tanya Aldi.

"Iya 😊 maaf yah, tadi gue cepet-cepet pulang soalnya kucing gue kabur lewat jendela kamar, terus tetangga nemuin kucing gue di balkon kamarnya."

"Tapi sekarang kucing lo baik-baik aja kan?"

"Yap, kucing gue baik-baik aja kok."

"Syukur deh, gue senang dengarnya." balas Aldi.

"Iya," balas Ashel singkat, lalu menyimpan handphone-nya ke dashboard.

Langit mulai gelap, dan Ashel memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Dalam perjalanan, ia menyalakan radio 102.2 FM (Prambors Radio). Tak lama kemudian, alunan lagu mulai terdengar.

"Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Seperti landak yang tak punya teman
Ia mengonggong bak suara hujan
Dan kau pangeranku mengambil peran..."

Mendengar lirik itu, Ashel tersenyum, mengingat seseorang.

"Bun, kalau saat hancur ku disayang
Kini aku jadi juara
Sedikit kujelaskan tentang kau dan aku
Agar seisi dunia tahu
Keras kepalaku sama denganmu
Caraku marah, caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyalaku nyala karena denganmu..."

Lagu "Bertaut" dari Nadine Amizah mengalun indah, menemani Ashel sepanjang perjalanan pulang. Setiap liriknya terasa begitu dekat dengan perasaannya.

Malam sudah larut ketika Ashel tiba di apartemennya. Ia langsung memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam lift, menekan tombol lantai 35. Tak lama, Ashel keluar dari lift dan berjalan menuju apartemennya. Saat tiba di depan pintu, hal yang tak biasa terjadi. Sebuah bucket bunga mawar biru, coklat, boneka, kado, dan kartu ucapan yang bertuliskan "Happy Birthday 21st, Sweetheart" tergeletak di depan pintu.

Ashel kemudian melihat ke sekeliling, namun tak menemukan siapapun. Akhirnya, ia membuka pintu, lalu memasukkan semua hadiah tersebut dan menaruhnya di atas meja.

Melihat barang-barang tersebut, Ashel membuka profil display handphone-nya yang menunjukkan tanggal 30 Januari. Ia kemudian tertawa kecil, lalu menangis. "God, bagaimana mungkin aku lupa hari ini adalah hari ulang tahunku?" pikirnya. Dengan buru-buru, ia mengirim sebuah pesan.

"Thank you, you are so sweet, Kakek."

"Meow."

Ashel kemudian menoleh, mendengar suara itu. Milky, kucingnya, sedang berguling-guling di depan Ashel, seakan tahu rasa sedih yang sedang ia rasakan. Milky terus berperilaku lucu, membuat Ashel tersenyum dan sedikit melupakan kesedihannya.

"Milky, sayang, kamu mau makan apa, kucing lucu?" tanya Ashel, sambil mengangkat Milky dan membawanya ke dapur. Ia menuangkan Whiskas ke dalam wadah makan. Begitu melihat makanannya, Milky langsung melompat dari pangkuan Ashel dan memakannya dengan lahap.

Setelah memberi makan Milky, Ashel memutuskan untuk mandi, berharap bisa membersihkan kenangan pahit dalam hidupnya. Ia ingin memulai lagi, meninggalkan semua yang menyakitkan, setidaknya untuk malam ini

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang