BAB 38

1.3K 126 8
                                    

Ashel bermimpi sangat aneh. Pertama, ia berciuman dengan Pak Aldo. Kedua, ia merasakan tubuhnya sangat kedinginan. Dan ketiga, ia mendengar suara Pak Aldo yang memanggil namanya dengan panggilan Anna.

Terbangun dari mimpi, Ashel merasa sangat bingung dengan semua yang terjadi. Ia mulai melihat sekelilingnya.

"Kamar ini, bagaimana saya bisa berada di rumah Pak Aldo?" pikir Ashel, kemudian ia melihat tubuhnya.

"WHAT!!" Ia hanya berbalut celana dalam dan bra. "Siapa yang membuka semua pakaiannya?"

"Apa yang sudah terjadi?" Banyak pertanyaan berenang di kepalanya.

"Kamu sudah bangun?" suara Pak Aldo membuat Ashel buru-buru menutup tubuhnya dengan selimut.

Pak Aldo masuk ke dalam kamar membawa semangkuk sup, roti, dan juga segelas susu hangat, kemudian menaruhnya di atas meja samping tempat tidur.

"Kenapa saya ada di sini?" tanya Ashel linglung. Ia tidak mengingat bagaimana dirinya bisa berada di dalam kamar.

Duduk di samping kasur, Pak Aldo menempelkan telapak tangannya ke dahi Ashel, membuat Ashel semakin bingung dengan semuanya.

"Semalam kamu hipotermia di tenda, saya langsung bawa kamu ke sini karena takut kamu kenapa-napa," jawab Pak Aldo, menarik tangannya dari dahi Ashel.

"Oh, pantas saja, aku bermimpi sangat aneh. Apa semuanya bukan mimpi?" pikir Ashel dalam hati.

"Terus, bajumu basah... em... saya minta maaf karena sudah lancang..." Pak Aldo enggan melanjutkan perkataannya.

"WHAT?!!" teriak Ashel.

"Jadi, Bapak..." Ashel benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

"I'm sorry, kamu menggigil, dan saya takut hipotermiamu semakin parah. Saya suer, saya tutup mata waktu itu," lanjut Pak Aldo menjelaskan semuanya.

Ashel hanya terdiam mendengarkan penjelasan Pak Aldo.

"Saya cuma lihat dikit doang," tambah Pak Aldo dengan canggung.

"Ih, Pak Aldo!!" ucap Ashel, menendang Pak Aldo menggunakan kakinya. Ia sungguh kesal dan malu dengan semua yang terjadi.

Pak Aldo langsung memegang kedua kaki Ashel yang mencoba menendangnya.

"Kamu makan dulu sup sama rotinya, terus minum susunya, biar badan kamu kembali fit!" ucap Pak Aldo, mencium kaki Ashel sebelum bangun dari sisi kasur dan keluar dari kamar, meninggalkan Ashel yang malu setengah mati.

"Gue harus mandi," gumam Ashel, bangun dari kasur, menyelimuti dirinya dengan selimut, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Untung saja ada handuk yang tergantung di kamar mandi, sehingga Ashel tidak perlu keluar kamar mandi menggunakan selimut.

"Aneh, gue dulu nyimpan pakaian di gantungan ini, tapi sekarang gak ada," ucap Ashel dalam hati.

Keluar dari kamar mandi, Ashel mulai mencari baju yang cocok di dalam lemari untuk dipakainya. Ia tidak akan memilih piyama minim seperti dulu. Sekarang, ia memilih kemeja putih Pak Aldo.

"Masa bodoh," pikir Ashel, tidak memperdulikan apa yang akan dipikirkan Pak Aldo tentangnya. Lagi pula, Pak Aldo sudah melihat semuanya.

"Eish," Ashel begitu kesal kalau mengingat hal itu.

Memakai kemeja putih tersebut, Ashel melihat bayangannya di kaca lemari. Kemeja itu begitu besar saat dipakai di tubuhnya, sampai menutupi pahanya. Mengikat rambutnya dengan cepol, Ashel mulai mencari pakaian yang ia pakai semalam.

"Di mana sih?" kesal Ashel mencari sampai ke bawah tempat tidur, tapi tidak ada.

"Kruk!" bunyi perut Ashel. Ia sebenarnya sangat lapar. Duduk di samping tempat tidur, Ashel mengambil mangkuk sup yang ada di meja samping tempat tidur, lalu memasukkan roti ke dalam sup tersebut. Kemudian, Ashel mulai memakannya.

"Emm," rasanya sangat lezat. Ia merasakan kehangatan ketika sup itu melewati tenggorokannya. Setelah beberapa kali suapan, Ashel merasa sangat kenyang, lalu kembali menyimpan mangkuk sup tersebut di meja samping tempat tidur dan mengambil segelas susu hangat. Ia meminumnya sampai habis.

"God, saya sangat kenyang," Ashel membawa mangkuk dan gelas kosong ke luar kamar, berjalan menuju dapur untuk mencuci mangkuk dan gelas kotor. Setelah itu, ia menyimpan mangkuk dan gelas tersebut di rak.

"Aneh, tidak ada tanda-tanda Pak Aldo. Kemana dia?" tanya Ashel keluar dari dapur, mencari sosok Pak Aldo.

Karena Pak Aldo tidak terlihat, Ashel memutuskan untuk mencari pakaian miliknya.

Mencoba berkeliling rumah, Ashel berdiri di depan pintu yang sangat aneh baginya, karena bentuk pintunya berbeda dengan pintu yang lain. Tidak seperti kamar Pak Aldo dan kamar yang ia tiduri.

Ashel penasaran, mencoba membuka dengan memutarkan gagang pintu kamar tersebut.

"Krik," bunyi pintu terbuka. Ashel mendorong pintu perlahan, ia dapat melihat sedikit ruangan itu.

"Kamu sedang apa di sana?" suara Pak Aldo di belakangnya membuat Ashel kaget. Ia segera membalikkan posisinya menghadap Pak Aldo.

"Em... saya cari Bapak," jawab Ashel, entah kenapa ia merasa begitu kaget.

Mendapati jawaban Ashel, Pak Aldo hanya mengerutkan dahinya.

Pak Aldo menutup pintu kamar tersebut, lalu menguncinya dengan kunci yang baru ia bawa.

"Saya ada di sini, ayo," ucap Pak Aldo, mengenggam tangan Ashel dan membawanya ke ruang tamu. Mereka berdua duduk di sofa.

"Kamu ngapain cari saya?" tanya Pak Aldo, melihat tubuh Ashel dari atas sampai bawah.

"Saya mau pulang," ucap Ashel, merasa tidak nyaman dengan pandangan Pak Aldo.

"Ashel!!"

"Saya mau pergi kerja," ucap Ashel, memberi alasan supaya Pak Aldo mengijinkannya pulang.

"Kamu yakin? Coba sini," Pak Aldo memegang kedua pipi Ashel, lalu mencubitnya dengan gemas.

"Ih, Pak Aldo, apa sih?" Ashel menyingkirkan tangan Pak Aldo.

"Yaudah, kalau gitu saya anterin kamu pulang."

"Gak mau ah, saya mau pulang sendiri. Sini kunci mobil saya," pinta Ashel.

"Ashel, kita kesini pake mobil saya. Mobil kamu saya tinggalin di bukit itu."

"Apa?" Ashel berdiri, terkejut.

"Terus mobil saya sekarang masih ada di sana?"

"Saya sudah suruh orang buat bawa mobilnya ke apartemen kamu, jadi kamu jangan khawatir," Pak Aldo ikut berdiri.

"Ayo, kamu mau pulang atau mau langsung pergi ke kantor?"

Mendengar hal itu, Ashel langsung menggelengkan kepalanya, matanya membulat. "Yang benar saja, saya harus pergi ke kantor dengan pakaian seperti ini?"

"Saya bercanda, ayo," ajak Pak Aldo, menggenggam tangan Ashel, lalu mereka berdua berjalan keluar.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang