BAB 19

1.1K 110 4
                                    

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, sudah sebulan Ashel menjalani posisi barunya sebagai sekretaris Pak Aldo. Ashel mulai terbiasa dengan semuanya.

Sikap Pak Aldo terhadapnya mulai mengalami perubahan. Sikapnya akhir-akhir ini Ashel rasa sangat manis; sikap dingin dan kaku Pak Aldo yang sebelumnya ia rasakan digantikan dengan sikap hangat dan lembut.

Hubungannya dengan Aldi juga sangat baik. Mereka beberapa kali bertemu dan membahas banyak hal, seperti buku, film, makanan, dan lain-lain. Ashel merasa heran bagaimana ia dan Aldi bisa sangat akrab hanya dalam waktu sebulan.

Ashel mulai terbiasa dengan kehidupan barunya. Rasa sepi dan kesedihan perlahan mulai menghilang.

Ashel sebenarnya ingin cepat-cepat pulang ke apartemennya karena kegiatan di kantor hari ini sangat melelahkan, tapi ia sudah ada janji dengan Pak Aldo yang mengajaknya pergi keluar. Ashel menerima ajakan itu karena merasa sungkan untuk menolak.

"Shel, lho mau pulang bareng gue nggak?" ucap Atin, berdiri di depan Ashel.

Mendengar suara Atin membuat Ashel kaget. Ia heran sejak kapan Atin berada di ruangan ini.

"Sorry ya, Tin, gue udah ada janji sama Pak Aldo."

Mendengar jawaban Ashel malah membuat Atin tersenyum dan mulai menggoda Ashel.

"Ehm... ehm... udah pulang bareng aja nih, gue lihat-lihat," goda Atin pura-pura batuk.

"Apa sih, Tin? Emang nggak boleh sekretaris pulang bareng bosnya?" Ashel membalas dengan sedikit bingung.

"Boleh aja sih, emang bener statusnya cuma bos," Atin mengatakan itu sambil menaikan kedua alisnya ke atas.

Tentu hal itu membuat wajah Ashel memerah karena terus diledek oleh Atin.

"Udah ah, Tin," kata Ashel, sedikit kesal.

"Iya deh, iya. Good luck buat ngedatenya, yah... Bye, Shel," ucap Atin sambil berlalu pergi.

Mendengar kata ngedate dari Atin membuat Ashel berpikir. Apakah yang akan ia lakukan dengan Pak Aldo itu termasuk kategori ngedate? Bukankah ngedate adalah acara saat dua orang sedang menjalin pendekatan atau hubungan? Tapi selama ini, Ashel merasa hubungan dirinya dengan Pak Aldo hanya sebatas hubungan antara atasan dan bawahan.

Tak ingin memikirkan hal itu lebih jauh, Ashel keluar dari ruangannya. Aneh, dari tadi ia tidak melihat sosok Pak Aldo sejak terakhir bertemu, saat Pak Aldo mengajaknya untuk pergi keluar.

Apa mungkin Pak Aldo nggak jadi mengajaknya keluar? Atau mungkin Pak Aldo lupa akan janjinya?” pikir Ashel.

Tapi pikiran tersebut seketika musnah saat ia melihat sosok Pak Aldo berdiri di luar pintu kantor dengan gaya casual. Jujur, Ashel sangat kaget dengan penampilan Pak Aldo yang memakai jeans dan atasan kemeja tangan pendek. Melihat hal itu membuat hati Ashel merasa "ish," ia segera menepis perasaan tersebut.

Pak Aldo menyadari Ashel ada di sana, mulai berjalan mendekatinya dengan wajah yang dihiasi senyuman.

"Kamu udah selesai, ayo kita berangkat?" tanya Pak Aldo.

"Oh tunggu, Pak! Saya..." Ashel merasa sedikit gugup.

Ashel sebenarnya merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Apa dia pergi dengan kondisi seperti ini? Ia bahkan belum mandi, keringat juga masih terasa lengket di kulitnya.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Pak Aldo bingung.

Pertanyaan itu membuat Ashel juga bingung untuk menjawab, ia malu jika mengatakan yang sebenarnya.

"Emm, enggak Pak, baju Bapak bagus," Ashel mencoba memberi pujian agar Pak Aldo mengerti kondisinya.

"Udah, nggak usah mandi kayak gitu aja kamu udah cantik," jawab Pak Aldo tersenyum.

"Tapi Pak!" Ashel benar-benar merasa tidak nyaman dengan penampilannya saat ini.

"Kamu cantik, Ashel. Andai kamu bisa melihat apa yang saya lihat, pasti kamu mengerti," kata Pak Aldo dengan tatapan yang sungguh-sungguh, mencoba membuat Ashel merasa lebih tenang.

Ashel yang merasakan tatapan Pak Aldo yang tulus menjadi agak tenang.

"Ayo kita pergi," kata Pak Aldo kembali mengajak Ashel untuk pergi.

"Iya Pak," jawab Ashel menerima ajakan Pak Aldo.

Pak Aldo langsung membuka pintu mobilnya yang dari tadi menunggu mereka, mempersilakan Ashel untuk masuk.

Mendapat perlakuan itu, hati Ashel terasa "aneh." Ia beberapa kali mendapat perlakuan seperti ini, tapi kenapa sekarang ia merasa hatinya berbicara? Ia pun segera masuk ke dalam mobil, Pak Aldo menutup pintunya dan naik ke kursi penumpang. Setelah menatap wajah Ashel untuk beberapa saat, Pak Aldo mulai menjalankan mobilnya.

"Kamu suka dengerin lagu kalau di mobil?" tanya Pak Aldo, memulai pembicaraan.

"Saya nyalain radio boleh nggak?" tanya Ashel.

"Kenapa Pak minta izin ke saya? Ini kan mobil Pak," ucap Ashel merasa heran kenapa Pak Aldo harus meminta izin terlebih dahulu untuk menyalakan radio di mobilnya sendiri.

"Jadi boleh?" tanya Pak Aldo kembali.

"Iya boleh," jawab Ashel tersenyum.

Karena sudah mendapat izin dari Ashel, Pak Aldo mulai menyalakan radio. Ia memilih stasiun 102.2 FM (Prambors Radio). Setelah itu, lagu radio mulai terdengar mengalun.

Late night
Your eyes fell to the floor
I'm trying to make sense
But you're losing your patience
Hands talk, won't stop
We go to war
In the heat of the moment
You think that we're broken
I could see my whole life with you baby
Now you got me thinking that I'm crazy
Cause you're...
Out the door
Just one mistake
You say you're not in love no more
But was it really love
If you can leave me for
Something so innocent
Is this the end?
Thought you'd be there through thick and thin

Pak Aldo melihat wajah Ashel sambil tersenyum. Saat mata mereka bertemu, Pak Aldo memalingkan wajahnya ke depan, sementara lagu itu terus mengiringi perjalanan mereka.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang