BAB 42

1.2K 135 6
                                    

"Makasih ya Aldi buat malam ini," Ashel langsung mengatakan itu ketika mereka sampai di depan pintu apartemen.

"Iya Shel, kita masih bisa temenan kan?"

"Kok kamu ngomong kaya gitu sih Aldi, tentu aja kamu selamanya bakal jadi sahabat aku."

Ashel memeluk Aldi lalu melepaskannya.

"Ya udah aku pulang dulu Shel."

"Iya Aldi, hati-hati yah."

Aldi melihat wajah Ashel untuk terakhir kali sebelum berjalan menuju lift.

Baru saja Ashel menutup pintu apartemen dan melangkahkan kakinya menuju sofa, bel apartemen langsung berbunyi.

"Ting tong."

"Siapa sih?" ucap Ashel kesal.

"Apa mungkin Aldi yah," pikir Ashel, tapi mana mungkin, baru saja ia melihat Aldi masuk ke dalam lift. Karena penasaran, Ashel berjalan menuju pintu apartemen lalu membukanya.

"Hai Ashel," ucap Pak Aldo, berdiri membawa bucket bunga mawar biru di tangannya.

"Pak Aldo, bapak mau ngapain ke sini?"

"Saya boleh masuk, ini bunga buat kamu." Pak Aldo memberikan bucket bunga itu kepada Ashel.

"Oke, silakan masuk."

Mengambil bucket bunga itu, Ashel mempersilakan Pak Aldo untuk masuk ke dalam apartemennya.

"Salahkan duduk Pak," ucap Ashel ketika mereka berdua tiba di ruang tamu.

"Pak Aldo mau minum?" tanya Ashel, melihat Pak Aldo yang duduk di sofa.

"Gak usah, kamu sini ikut duduk sama saya." Pak Aldo menepuk sofa di sebelahnya.

"Oke." Duduk di sebelah Pak Aldo, Ashel mencoba menyalakan TV yang ada di depan mereka, tapi Pak Aldo melihatnya seolah melarangnya untuk menyalakan TV.

"Pak Aldo, ada apa datang ke sini?" tanya Ashel, bukannya ia melarang Pak Aldo untuk datang ke apartemennya, tapi ia hanya ingin tahu alasan Pak Aldo.

"Saya kangen sama kamu."

Mendengar jawaban itu, Ashel mengerutkan dahinya. Bukannya mereka baru saja bertemu di kantor?

"Kita baru tadi sore ketemu di kantor."

"Iya, tapi kan tetap saja saya masih kangen."

"Masa? Beneran gak ada hal lain yang mau bapak sampaikan sama saya?" Ashel tidak percaya begitu saja Pak Aldo datang ke apartemennya hanya karena kangen.

"Iya, emang saya gak boleh datang ke apartemen pacar saya sendiri?" ucap Pak Aldo berusaha menggoda Ashel.

"Ih, apasih alay, tahu gak Pak?"

'Sejak kapan Pak Aldo jadi alay seperti ini?' pikir Ashel.

"Em, Ashel." Pak Aldo menggenggam kedua tangan Ashel, matanya kini menatap mata Ashel dengan lekat. Mendapatkan perlakuan itu, jantung Ashel berdetak cepat, ia merasa gugup.

"Apa?" tanya Ashel lembut karena Pak Aldo terus menatapnya.

"Kita menang tender." Pak Aldo mengucapkan itu dengan bahagia, ia kemudian mengucup kedua tangan Ashel.

"Ih.. Bapak," menerima perlakuan itu, Ashel menarik kedua tangannya.

"Kenapa, gak boleh emang saya cium tangan pacar saya?" tanya Pak Aldo bingung.

"Gitu aja nanya, enggak yah, kita bukan muhrim." jawab Ashel ketus.

"Mau dihalalin gak?" goda Pak Aldo mengedipkan sebelah matanya.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang