BAB 31

1.2K 103 6
                                    

Ashel mengamati seluruh sudut ruang kamar. Di depannya, terlihat kasur tidur berukuran "kingsize" yang mewah, tertutup sprei putih. Di atas kasur itu terdapat selimut berwarna merah yang terlipat rapih. Melihatnya, Ashel berpikir, mungkin tidak ada satu orang pun yang pernah tidur di kasur ini. Kemudian, ia melihat sebuah lemari pakaian besar terbuat dari kayu, ada TV, dan juga sebuah meja kecil di samping tempat tidur. Lalu matanya bergerak ke arah kamar mandi yang berlapis kaca transparan.

What? Siapa orang yang mendesain kamar mandi ini?” pikir Ashel, karena orang di luar bisa melihat dengan jelas jika seseorang mandi di dalam.

Tak memikirkan hal itu lebih jauh, Ashel sudah tak sabar untuk segera mandi. Tubuhnya sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Ia mulai mencari handuk, lalu berjalan menuju lemari karena ia pikir mungkin Pak Aldo menyimpan handuk di dalamnya. Membuka pintu lemari tersebut, Ashel terkejut melihat baju piyama yang tersusun rapi di lemari tingkat atas, sementara di lemari tingkat kedua terdapat baju kemeja serba putih, dan di tingkat ketiga terdapat handuk yang berwarna-warni.

Namun, benda yang ada di tingkat terakhir membuat Ashel seketika menutup matanya dengan rapat. Di sana, ia melihat ada baju dalaman pria dan wanita yang tersusun rapi, dimulai dari bra, boxer, celana dalam, dan lain-lain. Setelah cukup lama menutup matanya, Ashel memberanikan diri membuka mata, melihat pricetag yang masih tertempel di dalaman tersebut, yang membuat Ashel yakin bahwa semuanya masih baru.

Seakan tidak peduli dengan apa yang baru saja ia lihat, Ashel buru-buru mengambil handuk warna pink dari lemari, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Ia membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan menggantungkannya di gantungan yang berada di samping bathtub. Ashel mulai menyalakan shower, dan air pun mulai berjatuhan ke seluruh tubuhnya, rasanya nyaman dan tenang.

Satu jam Ashel berada di kamar mandi. Setelah selesai, ia mengambil handuk yang tergantung, lalu melilitkannya ke tubuhnya. Saat ia ingin mengambil pakaiannya yang tergantung, ternyata semua pakaiannya sudah berada di lantai.

"God, gimana nih?" ucap Ashel, melihat pakaiannya yang basah kuyup terkena air.

Ia bingung apa yang harus ia lakukan karena tidak membawa baju ganti. Alhasil, Ashel mencuci semua pakaiannya, lalu menggantungkannya di atas gantungan kamar mandi. Ia berdoa semoga saja besok pakaiannya sudah kering. Ashel kemudian keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk, dan buru-buru melangkah menuju lemari. Namun langkahnya terhenti. Tubuhnya seketika mematung, kedua lengan Ashel memegang ujung handuk dengan erat ketika ia mendengar suara pintu kamar terbuka.

"Ya Tuhan, tadi saya yakin sudah mengunci pintu kamar."

Ashel berdiri mematung, melihat sosok Pak Aldo yang berdiri di depan pintu.

"Maaf, saya pikir kamu sudah tidur. Saya mau mengambil kemeja." ucap Pak Aldo yang langsung menyadari Ashel berdiri hanya mengenakan handuk dan segera menutup pintu tersebut.

"Ish, dasar…"

Ashel merasa sangat malu. Wajahnya seketika memerah, apalagi setelah melihat tatapan Pak Aldo tadi. Itu membuat Ashel merasa tidak nyaman dan cemas.

Melupakan kejadian yang baru saja terjadi, Ashel berjalan menuju lemari untuk mencari baju yang bisa ia pakai. Ia mulai memilih satu per satu baju yang mungkin cocok untuknya. Ia mengambil piyama berwarna hitam.

"Kenapa semua piyama sangat pendek?" pikir Ashel, melihat ukuran piyama yang minim. Piyama tersebut lebih terlihat seperti lingerie dibandingkan pakaian tidur. Ia tidak mungkin nyaman memakai piyama itu.

"Apa gue pakai kemeja Pak Aldo aja ya? Ish!" Ashel segera menghapus niatannya memakai kemeja Pak Aldo karena itu malah akan membuat Ashel semakin tidak nyaman.

Setelah beberapa lama memikirkan baju apa yang akan ia pakai, Ashel akhirnya memilih piyama berwarna hitam. Ia tidak punya pilihan lain, daripada dirinya masuk angin karena semalaman tidak memakai baju.

Ia meneggelamkan tubuhnya di kasur dan selimut. Perutnya mulai bernyanyi meminta untuk segera diisi. Ashel baru ingat ia belum makan sejak tadi pagi. Melihat jam yang ada di meja, ia menyadari sudah pukul sembilan malam. Ia tidak mungkin keluar kamar dengan berpakaian seperti ini.

"Bagaimana kalau Pak Aldo lihat?" pikir Ashel cemas.

"Perut, tunggu sebentar lagi ya. Nanti kita makan." ucap Ashel pada perutnya.

Ia memutuskan untuk menunggu sampai tengah malam, berharap Pak Aldo sudah tidur nyenyak saat itu.

Namun, Ashel tidak bisa tidur. Perutnya tak mau diajak kompromi. Perutnya terus berteriak ingin diisi. Ia sudah bolak-balik melihat jam.

"Yes, udah jam sebelas!" pikir Ashel, akhirnya bangkit dari kasur dan berjalan menuju pintu. Ia membukanya perlahan dan mengintip ke luar, memastikan apakah aman.

"Sepertinya aman." pikir Ashel, lalu berjalan keluar kamar.

Ia mulai mencari ruang dapur. Berjalan ke sebelah kiri ruang tamu, Ashel akhirnya menemukannya. Melihat kulkas yang berdiri di sana, wajah Ashel seketika tersenyum karena menemukan barang yang ia cari. Ia segera membuka pintu kulkas tersebut.

Ashel mengambil susu yang ada di kulkas, lalu mengambil gelas dan menuangkan susu tersebut ke dalam gelas. Ia langsung meminumnya.

"Ah, segar."

Ashel kembali mencari makanan apa yang mungkin bisa ia makan. Di dalam kulkas, ada daging, namun ia harus memasaknya lama untuk bisa memakannya. Ashel mencoba mencari lagi dan akhirnya menemukan keju. Ia tidak yakin bisa memakan keju begitu saja.

"Kenapa tidak ada buah di kulkas?" pikir Ashel.

Karena Ashel tidak dapat menemukan apa yang ia cari, ia akhirnya menutup pintu kulkasnya. Tapi saat matanya melihat ke arah kompor, ia melihat di samping kompor terdapat satu bungkus mie instan yang Ashel sangat sukai. Matanya seketika berbinar, lalu ia berjalan ke arah kompor.

Ashel mulai memasak mie instan tersebut. Ia terlebih dahulu memasak air di wajan, kemudian menunggunya sampai sepuluh menit. Setelah itu, ia memasukkan mie ke dalam wajan dan menunggu lagi selama lima menit sampai mienya matang. Akhirnya, Ashel menuangkan mie tersebut ke dalam mangkuk.

Namun saat Ashel berbalik dan berniat membawa mangkuk berisi mie ke dalam kamar, Pak Aldo sudah berdiri tepat di belakangnya, mengenakan baju kaos putih dan celana pendek.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang