BAB 60

1.3K 69 5
                                    

Ashel terbangun badannya dipenuhi keringat.

"Huh," ia mengambil napas pelan berusaha menenangkan diri, kenangan itu selalu menghantuinya.

Setelah cukup tenang, Ashel memejamkan mata.

"Kapan semua ini akan berakhir?" ucap Ashel pelan.

Mencoba untuk tidak larut memikirkan mimpi yang baru saja ia alami, Ashel bangkit dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, ia melihat bayangan dirinya di kaca.

"God," penampilannya terlihat sangat buruk.

"Jika Pak Aldo tahu semuanya, apakah Pak Aldo mau menerima dirinya?"

"Stop, Shel, stop," bisik Ashel pada dirinya sendiri.

"Semuanya pasti akan baik-baik saja," ucap Ashel sedikit keras berusaha meyakinkan diri.

Ia kemudian menghidupkan shower, air mulai membasahi seluruh tubuhnya.

Ashel terjatuh di lantai sambil terisak, ia selalu berharap kenangan buruk itu akan hilang bersama air yang mengalir di bawah lantai.

---

--

--

--

---

Ashel langsung menelepon Pak Aldo setelah melihat notifikasi tiga panggilan tak terjawab di layar HP-nya. Ia merasa bersalah.

"Trit...tritt..."

Tersambung...

"Sayang," suara Pak Aldo terdengar di telinganya.

Suara berat yang mampu membuat Ashel tenang. Bagaimana bisa ia begitu candu dengan suara itu?

"Iya, Mas," jawab Ashel pelan.

"Kamu ketiduran lagi, ya?" suara Pak Aldo terdengar khawatir.

"Iya, maaf, yah," kata yang selalu ia ucapkan.

"Kok minta maaf, sayang? Kamu pasti kecapekan. Kamu istirahat aja, ya. Nanti ke WO Mas undur, jadi besok aja gimana?"

Mendengar itu, Ashel buru-buru menjawab, "Jangan, Mas. Ini aku udah rapi, udah siap."

"Emang Mas ada acara lain?" tanya Ashel dengan nada suara pundung.

"Enggak, Mas cuma takut kamu kecapekan. Ya udah, Mas jemput sekarang, yah."

"Mas mau jemput ke sini?" tanya Ashel.

"Iya, emang kenapa?"

"Ya udah, aku tunggu, yah. Jangan lama-lama, aku udah kangen," ucap Ashel manja.

"Iya, sayang. I love you."

"I love you too. Ya udah, matiin teleponnya."

"Iya."

Kemudian sambungan telepon terputus.

Setelah itu, Ashel bersiap-siap. Ia memakai dress lalu mengoleskan sedikit make-up di wajahnya kemudian keluar kamar dan duduk di sofa menunggu Pak Aldo datang.

"Anna," Ashel menengok.

Wajah Abraham terlihat sedih.

Ashel merasa sedikit bersalah. Ia merasa sikapnya tadi sangat salah, bagaimanapun Abrahm adalah ayahnya. Sekarang ia merasa tidak tega.

"Apa," ucap Ashel singkat.

"Apakah kamu hari ini tidak bekerja?" tanya Abraham ikut duduk di sofa.

"Tidak, saya hari ini mau..." Ashel tidak melanjutkan ucapannya, apakah Abraham harus tahu hari ini ia akan pergi dengan Pak Aldo?

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang