BAB 55

1.5K 136 2
                                    

Ashel perlahan membuka matanya, melihat ke depan, ternyata ia masih berada di pemakaman dengan posisi kepalanya masih bersender di pundak Pak Aldo.

oh my god, ia ketiduran,” pikir Ashel.

Merasakan pergerakan dari Ashel, Pak Aldo mencium pucuk kepala Ashel.

“Kamu udah bangun, hemm?” tanya Pak Aldo, menggenggam tangan Ashel.

“Mas Aldo nggak bangunin aku, jam berapa sekarang?” tanya Ashel, mengangkat kepalanya dari pundak Pak Aldo dan menatap wajah Pak Aldo bingung. Pak Aldo tersenyum gemas melihat ekspresi Ashel.

“Kamu tadi tidurnya nyenyak banget, pasti karena kecapekan, Mas jadi nggak tega bangunin kamu.”

“Mas Aldo...” ucap Ashel pelan.

Mendengar alasan Pak Aldo tidak membangunkannya karena tidak mau mengganggu istirahatnya membuat Ashel sedih.

Apakah aku pantas mendapatkan sosok sebaik Pak Aldo?” ucap Ashel dalam hati.

Tangan Ashel mengusap kedua pipi Pak Aldo, lalu mengecup bibir Pak Aldo singkat, membuat Pak Aldo tersenyum bahagia.

“Sayang, ini udah jam sebelas. Kamu nggak apa-apa kan? Kita pergi sekarang, ada satu tempat lagi yang Mas mau ajak kamu ke sana,” ucap Pak Aldo, menggesekan hidungnya ke hidung Ashel gemas.

“Yaudah ayo, Mas,” ucap Ashel tanpa bertanya kemana Pak Aldo ingin mengajaknya pergi.

“Mamah, Pah, Aldo sama Ashel pamit pulang dulu, doain semuanya lancar sampai hari pernikahan kami,” ucap Pak Aldo, mengusap nisan orangtuanya.

“Iyah, Mah, Pah, doain kita ya,” tambah Ashel.

Pak Aldo kemudian berdiri, diikuti oleh Ashel. Mereka berjalan menuju mobil.

Dalam perjalanan, Ashel memiliki banyak pertanyaan seputar keluarga Pak Aldo, tetapi ia tidak berani bertanya. Wajahnya menatap wajah Pak Aldo sekilas yang sedang menyetir mobil, lalu kembali menatap jalan yang ada di depannya.

Seakan dapat membaca pikiran Ashel, Pak Aldo kemudian bercerita.

“Mamah Geby dan Ayah Frans meninggal waktu Mas berumur sepuluh tahun karena kecelakaan mobil. Saat itu Mas sedih banget kehilangan mereka, karena Mas nggak punya siapa-siapa di sini. Tapi waktu itu adik Papah pulang dari Thailand, namanya Tante Siska, dan semenjak itu Tante Siska lah yang mengurus Mas, jadi Mas udah nganggap Tante Siska seperti orang tua Mas sendiri. Sekarang Mas mau bawa kamu ketemu Tante Siska,” jelas Pak Aldo, wajahnya menunjukkan kesedihan. Ashel mengusap tangan Pak Aldo. Ia begitu kagum dengan pribadi Pak Aldo, bagaimana dirinya begitu kuat dengan semua yang telah terjadi. Rasa cintanya kepada Pak Aldo semakin bertambah. Ashel berjanji akan berada di samping Pak Aldo, apapun yang terjadi di masa depan, rasa cintanya tidak akan berubah.

Pak Aldo terus menjalankan mobilnya sampai akhirnya mereka sampai di sebuah rumah mewah. Security rumah langsung membuka gerbang, dan mobil Pak Aldo masuk ke dalam.

“Ini rumah Tante Siska,” ucap Pak Aldo pada Ashel. Dia menghentikan mobilnya, lalu turun dan membuka pintu untuk Ashel.

Mengulurkan tangannya, Ashel langsung menggenggam tangan Pak Aldo, lalu mereka berdua berjalan menuju pintu masuk rumah.

“Mas,” ucap Ashel pelan, merasa sangat nervous. Jantungnya berdetak cepat.

Pak Aldo malah tersenyum melihat ekspresi Ashel seperti itu.

Pak Aldo kemudian membuka pintu rumah, memperlihatkan sosok wanita yang telah berdiri menunggu mereka.

“Halo, selamat datang di rumah ini,” sapa wanita di depannya.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang