BAB 24

1.1K 80 7
                                    

"Ashel, kamu udah sarapan belum?" tanya Tante Chika, berdiri dari sofa.

"Belum, mah," Aldi langsung menjawab pertanyaan ibunya tanpa memberi Ashel kesempatan untuk menjawab. Ashel menarik lengan baju Aldi, yang sekarang duduk di sampingnya.

"Kamu udah janji mau sarapan kalau udah nyampe di tempat yang kita tuju," ucap Aldi, mengingatkan ashel akan perjanjian mereka waktu di mobil.

"Kamu?" tanya Ashel heran, kenapa Aldi berbicara dengannya menggunakan kata "kamu."

"Iya, kamu udah janji mau sarapan di sini waktu kita di mobil. Ingat?" jawab Aldi.

"Ashel?" Ashel bisa merasakan ketegangan. Ia tidak ingin ada yang berubah di antara mereka.

"Gue mohon di, jangan berubah, please," ucap Ashel dalam hati.

Tiba-tiba, Ashel teringat kembali perjanjian mereka waktu di mobil yang diikat dengan jari kelingking. Sebagai seseorang yang sangat menghargai janji, Ashel akhirnya memutuskan untuk sarapan bersama.

"Belum, Tante," ucap Ashel dengan pelan. Ia merasa sedikit malu mengatakannya.

"Kalau gitu, ayo sini ikut Tante!" Tante Chika mengajak Ashel ke suatu tempat, dan Ashel pun mengikutinya. Sementara Aldi hanya duduk di sofa dan mengangkat satu jempol ke udara, menyemangati Ashel.

Ketika Tante Chika dan Ashel tiba di dapur, Tante Chika melihat wajah Ashel dengan senyuman ramah, lalu bertanya.

"Kamu bisa masak?"

"Bisa, Tante," jawab Ashel, merasa sedikit bangga.

"Oh ya, perempuan seperti kamu, Tante pikir nggak bisa masak, lho," Tante Chika tersenyum. Memang benar, Ashel jarang memasak, tapi bukan berarti ia tidak bisa.

"Kita mau masak apa, Tante?" tanya Ashel, memberanikan diri untuk bertanya. Ia ingin membuktikan kepada Tante Chika bahwa dirinya bisa memasak.

"Kita mau masak strawberry waffle sama cheese pancake, dan minumannya kita buat orange juice," jawab Tante Chika.

"Sini sayang, Tante punya satu rahasia buat kamu!" Tante Chika membisikan sesuatu.

"Aldi suka banget sama strawberry waffles. Kalau kamu sering masakin dia waffles itu, Tante jamin Aldi bakal betah banget di rumah," lanjut Tante Chika, memberi petunjuk penting.

Ashel menatap Tante Chika dengan bingung. Apa maksud Tante Chika sebenarnya?

"Sebentar, sekarang Tante mau kasih tahu resep strawberry waffles yang enak," kata Tante Chika sambil mulai mengambil bahan-bahan untuk membuat waffles seperti tepung, telur, dan lain-lain.

Ashel memperhatikan Tante Chika mencampur semua bahan dengan seksama. Setelah itu, Tante Chika mengambil cetakan waffle, mengoleskan mentega, dan menaruhnya di atas kompor. Begitu panas, ia memasukkan adonan waffles tersebut.

"Kamu tuh udah cocok banget jadi seorang istri," ucap Tante Chika sambil memperhatikan Ashel membalikkan waffles.

"Ah... Tante," Ashel tersipu malu.

"Beneran, Tante seumuran kamu udah nikah, lho," lanjut Tante Chika dengan nada yang penuh makna.

Ashel yang masih muda, baru berusia 21 tahun, belum pernah berpikir untuk menikah. Bahkan, untuk memiliki pacar pun masih belum ada dalam pikirannya.

"Ashel, masih belum kepikiran soal nikah, Tante," jawab Ashel, agak canggung.

Tante Chika tersenyum mendengar jawaban Ashel, seolah memahami bahwa zaman sudah berubah, dan banyak perempuan muda kini lebih fokus pada karier ketimbang berumah tangga.

"Tante ngerti kok," ucap Tante Chika sambil membelai rambut Ashel dengan lembut.

"Eh, sayang, coba balikkan wafflenya, takut gosong," Tante Chika mengingatkan.

Karena keasyikan ngobrol, Ashel hampir lupa membalikkan wafflenya. Beruntung, waffles tersebut belum gosong. Ashel segera mengangkatnya dan menaruhnya di atas piring. Ia kemudian menuangkan adonan waffles yang tersisa ke dalam cetakan lagi.

Sementara itu, Tante Chika mulai membuat adonan pancake dan memasukkannya ke dalam cetakannya.

Memasak bukanlah hal yang Ashel sukai, tetapi sekarang ia merasa senang bisa memasak dengan Tante Chika, meskipun hanya membuat waffles dan pancake. Jujur, ia sangat menikmati pengalaman ini.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit, waffle dan pancake yang mereka masak siap disajikan. Namun, ada satu hal yang terlupakan: minuman orange juice. Tante Chika berkata, "Gak usah buat orange juice, soalnya udah ada di kulkas."

"Oh, gitu, Tante. Kalau gitu sekarang kita..." Ashel sedikit sungkan melanjutkan perkataannya.

"Kita bawa ini semua ke meja makan biar Aldi cicipin," kata Tante Chika dengan senyum lebar.

Ashel mengikuti Tante Chika menuju ruang makan, membawa piring berisi strawberry waffles, sementara Tante Chika membawa piring berisi pancake.

Tante Chika menaruh pancake di atas meja makan, diikuti oleh Ashel yang meletakkan waffles di sebelahnya. Meja makan Tante Chika cukup kecil untuk ukuran ruang makan yang besar, hanya ada empat kursi di meja makan tersebut, pas untuk keluarga kecil.

"Mah, udah selesai masaknya?" Aldi tiba-tiba datang, tampak terkejut.

"Ashel udah selesai masaknya?" tanya Aldi dengan wajah penuh tanya, sementara Ashel hanya tersenyum.

"Udah, doang, sayang. Nih, coba kamu lihat!" Tante Chika menunjuk waffle dan pancake yang tersaji di atas meja makan, tidak lupa juga dengan orange juice yang baru saja ia tuangkan ke dalam gelas.

"Wah, banyak banget, mah," ucap Aldi, melihat banyaknya makanan yang ada di atas meja.

"Sorry banget, tadi aku buat waffles kebanyakan," ucap Ashel, merasa sedikit tidak enak.

Mendengar kata "aku" keluar dari mulut Ashel membuat Aldi menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Matanya berbinar, seakan tidak percaya Ashel mengatakannya.

"Kamu yang buat waffles-nya?" tanya Aldi, masih tidak percaya.

"Eh, iya sayang, Ashel yang buat waffles-nya. Ayo, kamu coba," jawab Tante Chika sambil tersenyum.

Tante Chika mengambil piring dan menaruh waffles ke atasnya, kemudian memberikannya kepada Aldi.

Aldi langsung mengambil piring tersebut, lalu duduk di kursi makan. Ia memotong sedikit waffles dan memasukkan potongan tersebut ke mulutnya.

"Emm, enak banget waffles-nya, sumpah, ini waffles terenak yang pernah aku makan!" ucap Aldi sambil tersenyum lebar.

Mendengar pujian Aldi, Ashel tertawa kecil. Ia tahu bahwa Aldi sedang menggombal.

"Masa, terus waffles yang selama ini Mama buat kurang enak?" tanya Tante Chika dengan sedikit nada bercanda.

Aldi membulatkan matanya ketika ibunya mengatakan hal tersebut.

"Haha, kena, lho Aldi," ucap Ashel dalam hati.

"Enggak gitu, mah! Waffles buatan Mama juga enak," jawab Aldi dengan cepat.

"Iya, Mama ngerti kok, waffles dari calon mantu Mama lebih enak buat kamu," jawab Tante Chika sambil tertawa.

"Tante " Ashel merasa sedikit malu mendengar itu.

"Yaudah, cukup ngobrolnya. Kita sarapan dulu, pamali kalau makan sambil ngomong," kata Tante Chika sambil tertawa.

Tante Chika kemudian mengambil piring lagi dan menaruh waffles ke atas piring, memberikannya kepada Ashel.

"Tante, nggak usah repot-repot, Ashel juga bisa sendiri," ucap Ashel merasa tidak enak.

"Gak ngerepotin kok, sayang. Ayo kita makan, selamat makan semuanya!" Ucap tante Chika

Mereka menikmati sarapan dalam suasana yang hening, sesekali Aldi mencuri pandang ke arah Ashel, dan begitu juga Ashel, yang sesekali mencuri pandang ke arah Aldi. Melihat itu, Tante Chika hanya tersenyum lebar.

"Pasangan zaman sekarang," gumam Tante Chika dengan senyuman bangga.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang