BAB 46

1.3K 127 4
                                    

Apa yang lebih sulit, apakah melupakan masa lalu yang kelam atau menghadapi masa lalu tersebut dan berusaha berdamai dengannya?

Percakapan dengan Aldi kali ini berbeda, tidak ada gelak tawa. Ashel menceritakan siapa dirinya sebenarnya dan juga keluarganya.

Aldi terkejut ketika Ashel mengatakan kalau dirinya cucu dari Harlan Saputra. Aldi seperti ingin bertanya sesuatu, tapi mengurungkan niatnya dan hanya mendengar Ashel bercerita.

Sampai tiba saat Ashel bercerita tentang Pak Aldo, Ashel melihat wajah Aldi mencoba bertanya apakah Aldi mau mendengarkan ceritanya. Aldi mengangguk dan Ashel pun mulai bercerita.

" Shel?" ucap Aldi singkat.

" Apa Aldi?" tanya Ashel.

" Makanannya kayaknya udah dingin deh, kamu cerita terus dari tadi, kita makan dulu ya?"

" Ok." Ashel tersenyum, ia menghentikan ceritanya dan mulai memakan makanannya.

Aldi memahami semuanya. Mungkin tidak semua bentuk cinta sama seperti yang ia bayangkan selama ini. Bentuk cintanya kepada Ashel lebih dari itu. Aldi mengerti cinta bukan tentang memiliki satu sama lain, tapi juga cinta bisa menjadi hal yang lebih indah ketika kita memberikan cinta tanpa meminta balasan. Ia sudah merelakan Ashel, sekarang Ashel pantas bahagia dengan orang yang dicintainya. Aldi berjanji akan menjadi orang pertama yang akan selalu ada di samping Ashel ketika Ashel mengalami kesulitan, dan juga akan selalu bersama Ashel sampai Ashel menemukan kebahagiaannya, walaupun kebahagiaan itu bukan bersamanya.

Tak banyak yang terjadi setelah mereka makan bersama. Aldi langsung mengantarkan Ashel pulang ke apartemen dan langsung pamit. Sedangkan Ashel langsung masuk ke dalam apartemen, berjalan menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya, lalu memakai pakaian tidur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ashel menutup kedua matanya dan kemudian tertidur lelap.

---

Suasana kantor hari ini cukup berbeda, hiasan balon dan juga pita menghiasi aula kantor.

" Siapa yang ulang tahun?" pikir Ashel dalam hati.

" DOR!" suara Atin tiba-tiba dari belakang mencoba mengagetkannya, tapi Ashel hanya terdiam.

" Haa... haa... kok lho gak kaget sih, Shel?" ucap Atin heran.

Ashel hanya terdiam seketika, wajahnya menatap Atin dengan ekspresi serius.

" Tin!!" ucap Ashel, melihat mata Atin.

Melihat mata Ashel, Atin seketika mengerti.

" Kita ngobrol di luar ya, Shel?" ajak Atin. Dia tahu Ashel ingin mengajaknya mengobrol serius.

" Ayo!" jawab Ashel menganggukkan kepalanya.

Lalu Atin menggenggam tangan Ashel dan mereka berdua berjalan keluar kantor.

Akhirnya mereka tiba di sebuah taman di dekat kantor mereka, kemudian duduk di kursi taman.

" Atin," ucap Ashel, menatap ke depan. Ia melihat kendaraan yang berlalu-lalang di depan mereka.

" Gue belum cerita sama lo soal ini," Atin melihat wajah Ashel saat Ashel mengatakan kalimat itu.

Ashel melanjutkan ceritanya.

" Gue ketemu sama seorang cowok, namanya Aldi." Ekspresi Atin seketika terkejut mendengar cerita Ashel.

" Dia baik banget, Tin. Sumpah sebaik itu." Ashel menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

" Ashel," ucap Atin pelan, menyentuh pundak Ashel.

" Dia bilang suka sama gue, gue jahat, Tin, gue kecewain dia." Air mata Ashel keluar begitu saja.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang