BAB 15

1.4K 103 2
                                    

Pak Aldo tidak melepaskan tangan Ashel sedikit pun. Ia terus menggenggam tangan Ashel, melewati beberapa ruang staf.

Beberapa staf yang kebetulan belum pergi makan siang melihat Pak Aldo dan Ashel dengan tatapan heran dan rasa ingin tahu. Mereka saling melempar pandang satu sama lain.

Saat Pak Aldo dan Ashel telah melewati mereka, terdengar suara bisik-bisik di belakang Ashel.

"Pak, lepasin dong tangan saya!" Ashel merasa tidak nyaman karena tangan Pak Aldo terus menggenggamnya, apalagi tadi Pak Aldo memandanginya dengan tatapan aneh.

"Saya lakuin ini karena saya takut kamu kabur," ucap Pak Aldo, menghentikan langkahnya.

"Tapi saya nggak enak diliatin staf lain," Ashel berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Pak Aldo.

"Tenang saja, mereka semua anak buah saya."

"Iya, tapi tetap aja nggak enak, Pak," jawab Ashel.

Mendengar itu, akhirnya Pak Aldo melepaskan tangan Ashel.

"Ya udah, tapi kamu harus makan siang sama saya. Jangan coba-coba kabur," ancam Pak Aldo.

"Iya," hanya jawaban singkat itu yang Ashel berikan.

"Ayo ikut saya!" Pak Aldo mulai melangkahkan kakinya, diikuti oleh Ashel dari belakang.

Ashel memperhatikan sosok Pak Aldo dari belakang. Tubuhnya sangat tinggi, meski Ashel tidak terlalu pendek, tetap saja kalau berdekatan dengan Pak Aldo, badannya terlihat sangat pendek.

Setelah melewati beberapa ruangan staf, Pak Aldo malah berjalan menuju pintu keluar kantor. Melihat hal itu, tentu membuat Ashel heran. Bukankah mereka mau makan siang ke kantin?

"Jangan-jangan..." Ashel mulai berpikir.

"Kita memang mau makan siang di luar, kalau itu yang kamu pikirkan," jawab Pak Aldo, seakan bisa membaca pikiran Ashel.

Ashel membulatkan matanya, seakan tak percaya kalau Pak Aldo bisa membaca isi pikirannya.

"Selamat siang, Pak!" Pak Badrun, satpam kantor, memberikan hormat ketika mereka keluar dari pintu kantor. Tak berselang lama, sebuah mobil mewah datang dan berhenti tepat di depan mereka. Setelah itu, sesosok laki-laki pun turun dari mobil tersebut.

Sebenarnya, Ashel tahu pengemudi mobil itu adalah Pak Ipul, sopir pribadi Pak Aldo. Ia pernah bertemu dengan Pak Ipul ketika menyupiri Pak Aldo ke kantor, bahkan mereka beberapa kali bertegur sapa. Bahkan, dirinya kaget karena Pak Ipul bisa mengenal namanya.

"Selamat siang, Pak!" Pak Ipul langsung memberikan hormat ketika berhadapan dengan Pak Aldo, dan hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Pak Aldo.

"Ish, orang ini..." kesal Ashel melihat kelakuan Pak Aldo kepada Pak Ipul.

Pak Ipul kemudian melihat Ashel dan memberikan senyum kecil tanda mengerti. Mendapat perlakuan itu tentu membuat Ashel bingung.

"Ini, Pak Bos!" Pak Ipul memberikan kunci mobil mewah itu kepada Pak Aldo, setelah itu ia memberi isyarat kepada Pak Ipul untuk pergi.

Ashel langsung melihat wajah Pak Aldo, mencoba bertanya, tapi hanya dihiraukan begitu saja.

"Ayo kita pergi?" Pak Aldo membuka pintu mobil penumpang, melihat itu, Ashel malah berdiri mematung. Ia merasa hal yang dilakukan Pak Aldo sangat aneh. Untuk apa Pak Aldo membawanya makan di luar dan melakukan hal seperti ini?

"Ashel, ayo cepat masuk, kamu nggak perlu mikir aneh-aneh."

"Tapi Pak..."

Menunggu Ashel yang tak kunjung masuk ke dalam mobil, membuat Pak Aldo mengeluarkan tatapan dinginnya. Tentu hal itu membuat Ashel gugup karena takut. Akhirnya, ia buru-buru masuk ke dalam mobil Pak Aldo.

Muka Pak Aldo dihiasi senyuman. Ia langsung menutup pintu mobil penumpang dan segera masuk ke dalam mobil.

Ashel duduk di kursi penumpang dengan cemberut. Ia benar-benar kesal dengan Pak Aldo yang memaksanya naik mobil.

Sedangkan Pak Aldo terus tersenyum melihat wajah Ashel dari spion depan.

"Udah jangan cemberut terus, nanti bibirnya ada yang nyium, lho."

Ashel tidak memperdulikan ucapan Pak Aldo, ia terus cemberut.

Hal tak terduga terjadi. Pak Aldo mendekatkan tubuhnya ke arah Ashel. Wajahnya begitu dekat dengan wajah Ashel, membuat Ashel refleks memundurkan kepalanya ke belakang.

"Ha ha... Apa saya bilang? Kalau cemberut terus, nanti bibirnya ada yang nyium." ucap Pak Aldo tertawa kecil melihat ekspresi Ashel, kemudian memajukan mobilnya.

Sedangkan Ashel terdiam, mukanya merah padam.

"Apa yang baru saja terjadi? Hampir saja... Ish, orang itu sungguh keterlaluan!" kesal Ashel.

Mereka akhirnya tiba di tujuan yang entah tempat apa. Ashel bahkan tak mengetahui kemana Pak Aldo membawanya pergi.

Di sepanjang perjalanan tadi, suasana hening. Mereka tak berbicara sepatah katapun. Bahkan sekarang, saat mobil Pak Aldo sudah berhenti, Ashel tetap tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Pak Aldo mulai turun dari mobilnya. Ia membuka pintu mobil penumpang, menunggu Ashel keluar.

Tak ingin membuat Pak Aldo marah, Ashel buru-buru keluar dari mobil.

"What..." pikir Ashel, melihat hotel di depannya. Ia langsung melihat wajah Pak Aldo dengan muka marah. Apa yang dipikirkan Pak Aldo? Apa dia berpikir dirinya perempuan?

"Tenang aja, kamu nggak perlu mikir aneh-aneh. Saya bawa kamu ke sini karena hotel ini makanannya enak. Ayo kita masuk," ucap Pak Aldo, langsung menarik tangan Ashel dan membawanya ke dalam hotel.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang