BAB 37

1.2K 127 10
                                    

"Tahu lagu ini?" tanya Pak Aldo memutar lagu di Spotify.

'I found a love for me'

Saat lirik pertama lagu terdengar, Ashel langsung dapat mengenali lagu tersebut.

'Oh darling just drive right in and follow my lead'

Pak Aldo berdiri kemudian membungkuk, lalu memberi uluran tangan kanan mengajak Ashel berdansa.

Ashel sangat menyukai lagu ini, ia tidak tahu kenapa walaupun dirinya tidak terlalu suka hal-hal berbau romantis, tapi lagu ini mengingatkannya pada saat di asrama. Membalas uluran tangan Pak Aldo, Ashel berdiri.

'Well, I found a girl beautiful and sweet' 'Oh, I never knew you were the someone waiting for me'

Lirik lagu kembali mengalun. Pak Aldo mulai mengalungkan kedua tangan Ashel ke lehernya lalu menaruh kedua tangannya di pinggang Ashel. Walaupun Ashel harus sedikit berjinjit, mereka mulai berdansa mengikuti lagu tersebut.

'Cause we just kids when we fall in love'

Entah kenapa, memandang wajah Pak Aldo membuat Ashel kembali ke masa lalu, mata itu begitu familiar.

'Not knowing what it was' 'I will not give you this time' 'But darling just kiss me slow' 'Your heart is all I own' 'And your eyes, you're holding mine'

Mereka begitu selaras berdansa, seperti sudah terbiasa dengan itu.

'Baby, I'm dancing in the dark' 'With you between my arms'

Pak Aldo menyatukan dahinya ke dahi Ashel, membuat ujung hidung mereka saling menyentuh satu sama lain.

'Barefoot on the grass' 'Listening to our favorite song' 'When you said you looked a mess' 'I whispered underneath my breath' 'But you heard it' 'Darling you look perfect tonight'

Mereka terus berdansa disaksikan cahaya api unggun, sinar bulan, dan jutaan bintang.

Ketika lagu tersebut berakhir, mereka saling menatap dan dapat merasakan napas yang berhembus satu sama lain.

"Ashel!!" Pak Aldo mengatakan nama itu dengan lembut, memegang pipi Ashel dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih berada di pinggang Ashel.

"Pak Aldo?" ucap Ashel, jantungnya berdetak cepat. Ia menutup kedua matanya ketika melihat tatapan Pak Aldo.

"I love you."

"Chup."

Pak Aldo mencium bibir Ashel, tak merasakan penolakan dari Ashel. Pak Aldo mulai melumat bibir Ashel dengan lembut, lalu melepaskan ciuman tersebut setelah beberapa lama.

Memandang wajah Ashel yang memerah, Pak Aldo kembali mencium bibir Ashel sekilas, kemudian ia menjilat bibirnya yang masih terasa manis. Ia melihat wajah Ashel dengan begitu kagum.

Ashel mulai membuka matanya, napasnya masih terengah-engah dan wajahnya begitu merah. Ia bisa merasakan hal yang baru saja terjadi. Ashel menarik tubuhnya dari pelukan Pak Aldo, mencoba menjauh.

Cahaya api unggun yang berada di samping mereka mulai meredup.

"Ashel, saya cinta sama kamu." Ashel tidak percaya dengan kalimat yang baru saja diucapkan Pak Aldo. Ia hanya terdiam mematung.

Tak mendapat jawaban dari Ashel, Pak Aldo tidak mundur begitu saja. Ia mulai berlutut di hadapan Ashel dan kembali menyatakan isi hatinya.

"Ashel, I love you. Will you be my lover?"

Menatap sosok Pak Aldo yang berlutut di depannya membuat hati Ashel gundah. Hati dan pikirannya memiliki pilihan yang berbeda.

"Pak Aldo, bangun dulu!!" ucap Ashel, merasa kasihan melihat Pak Aldo yang terus berlutut.

"Saya tidak akan bangun kalau kamu belum jawab."

"IYA!" jawab Ashel singkat.

"APA?" ucap Pak Aldo kaget, seketika berdiri.

"Kamu mau jadi pacar saya?" Pak Aldo benar-benar tidak percaya Ashel dapat menerima pernyataan cintanya.

"Bukan maksud saya, saya bakal jawab pertanyaan Bapak kalau Bapak udah bangun dari berlutut." jawab Ashel sedikit bergurau, ia tersenyum jail.

Mendengar jawaban Ashel, Pak Aldo seketika terdiam, mukanya berubah sedih dengan kepala menunduk.

"Pak!!" ucap Ashel pelan.

"Kita jalanin dulu gimana?" ucap Ashel kali ini serius.

Mendengar kata itu, Pak Aldo kembali melihat wajah Ashel dengan senyuman.

"Kamu serius?"

"Iya, Pak," ucap Ashel menggenggam kedua telapak tangan Pak Aldo, merasakan hal itu. Pak Aldo menyatukan kedua telapak tangan mereka sambil berucap.

"Kita masuk ke kemah ya, soalnya udah malam."

"Iya." ucap Ashel singkat.

Mereka pun masuk ke dalam kemah. Kemah itu terlihat sempit di luar, tapi ketika mereka berada di dalam, kemah tersebut cukup luas untuk ditempati empat orang. Ashel memilih sisi ujung kemah, sedangkan Pak Aldo berada di ujung yang lain.

"Ini selimut buat kamu." Pak Aldo memberikan selimut tipis yang ia bawa. Mengambil selimut tersebut, Ashel mulai menyelimuti tubuhnya, kemudian tertidur.

Sedangkan Pak Aldo tertidur hanya berbalut pakaian yang dipakainya.

Suara hujan deras di luar membangunkan Ashel dari tidur nyenyaknya. Ditambah hawa dingin membuat dirinya menggigil.

Mengucek kedua matanya, Ashel mulai melihat dengan jelas. Di luar memang hujan deras. Melihat ke ujung tenda, Ashel merasa heran, Pak Aldo masih bisa tertidur pulas dengan senyuman menghiasi wajahnya.

"Wuh... wuh... wuh..." Ashel menggesekan kedua telapak tangannya, mencoba menghangatkan tubuhnya. Bahkan selimut tipis yang membalut tubuhnya tak terasa.

Ashel menggigil, ia mencoba membangunkan Pak Aldo dengan susah payah.

"Pak, wuh... wuh... bangun!!" Ashel menggoyang-goyangkan tubuh Pak Aldo.

"Kita... kita pindah ke mo... mobil ya, di sini dingin." ucap Ashel terbata-bata karena kedinginan.

Bangun dari tidurnya, Pak Aldo sangat kaget melihat kondisi Ashel yang mengigil. Wajahnya begitu pucat.

"Gawat," gumam Pak Aldo, mencoba memeriksa suhu tubuh Ashel. Pak Aldo menempelkan telapak tangannya di pipi Ashel, rasanya dingin, pipi Ashel seperti es batu yang begitu dingin.

Tak menunggu lama, Pak Aldo keluar dari kemah menuju mobilnya dan kembali lagi membawa jaket, lalu memakaikannya ke tubuh Ashel. Kemudian ia membalut tubuh Ashel dengan selimut.

"Tempat ini dingin, kita pindah ke mobil saya."

Ashel tidak begitu mendengar apa yang diucapkan Pak Aldo. Ia merasa sangat mengantuk, entah kenapa.

Memangku Ashel di pelukannya, dan membawanya keluar tenda, lalu memasukannya ke dalam mobil. Kemudian, mendudukannya di kursi penumpang. Pak Aldo langsung menutup pintu mobilnya, kemudian masuk ke dalam kursi pengemudi.

Memeriksa suhu tubuh Ashel untuk kedua kalinya, suhu tubuhnya masih dingin. Pak Aldo mengutuk dirinya sendiri karena mengajak Ashel berkemah di cuaca ekstrem seperti ini. Kalau sesuatu terjadi pada Ashel, dia pasti tidak akan memaafkan dirinya.

Pak Aldo memutuskan membawa Ashel pulang ke rumahnya, menyalakan mesin mobil. Pak Aldo mulai melaju mobil di sepanjang perjalanan. Ia mendengar Ashel mulai mengigau.

"Mamah sayang sama Anna?" Suara itu keluar dari mulut Ashel, tapi Pak Aldo melihat mata Ashel menutup.

"Kenapa Papa gak sayang sama Anna, Kakek?" Ashel mengatakan hal itu sambil terisak. Air mata keluar dari kedua matanya.

Mendengar semua itu, Pak Aldo terdiam, melihat wajah Ashel dengan sedih. Tangan kirinya menghapus air mata yang mengalir dari pipi Ashel, lalu mencium sekilas pucuk kepala Ashel.

"Kamu gak akan pernah merasa kesepian lagi, Anna. Kali ini saya akan selalu berada di samping kamu." Pak Aldo mengucapkan hal itu dengan sungguh-sungguh, kemudian melaju mobilnya dengan cepat.

---

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang