BAB 52

1.6K 150 18
                                    

---

Malam semakin larut, pesta kantor sudah berakhir. Kini Pak Aldo mengantar Ashel ke apartemennya.

"Mas Aldo, ini udah malam, mas nginep di sini ya? Aku takut mas di jalan kenapa-napa," pinta Ashel ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen Ashel. Pak Aldo terlihat bahagia mendengar permintaan itu.

"Emang boleh?" tanya Pak Aldo.

"Bolé," jawab Ashel tersenyum malu, lalu membuka jas Pak Aldo dan menyimpannya di atas sofa.

Pak Aldo melonggarkan dasinya kemudian duduk di atas sofa.

"Sini duduk," pinta Pak Aldo.

Mendengar itu, Ashel mencoba mengangkat jas Pak Aldo yang berada di sofa karena tidak ingin mendudukinya. Pak Aldo malah menghentikannya.

"Aku mau ngambil jas mas Aldo biar gak kedudukin sama aku."

"Gak usah, kamu duduk di sini," tunjuk Pak Aldo ke pangkuannya, meminta Ashel untuk duduk di sana.

"Mas?" ucap Ashel pelan.

"Sini," pinta Pak Aldo.

Menuruti perintah Pak Aldo, Ashel menelan ludahnya sendiri lalu duduk di pangkuan Pak Aldo. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, tubuhnya begitu tegang.

"Rileks, sayang," ucap Pak Aldo melingkarkan tangannya ke perut Ashel. Mereka berdua menatap ke depan.

"Ashel," bisik Pak Aldo di telinga Ashel, membuat tubuhnya merinding. Ashel lalu melihat wajah Pak Aldo.

"Mas," Ashel mencium bibir Pak Aldo singkat, lalu bangkit dari pangkuan Pak Aldo.

"Aku mau mandi dulu, mas. Mas Aldo tunggu di sini ya," Ashel beranjak pergi menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Ashel mengambil handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, mencopot dress merah yang ia pakai, menghidupkan shower, dan langsung membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Ashel memakai kemeja putih milik Pak Aldo yang dulu pernah ia pakai. Ia lupa tidak mengembalikannya dan masih ada di dalam lemari. Sampai sekarang, ia memakai kemeja itu karena sangat nyaman.

"Cleck!" suara pintu terbuka.

Menengok ke arah pintu, Ashel melihat Pak Aldo masuk. Pakaian Pak Aldo terlihat sangat seksi, satu kancing kemeja terbuka dengan dasi yang longgar.

Melihat sosok Ashel, mata Pak Aldo seketika berubah lekat. Pandangan matanya sayu. Ashel berjalan mendekati Pak Aldo, kemudian bertanya.

"Ada apa, mas?"

Pak Aldo tidak menjawab. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Mas mau mandi?" tanya Ashel lagi, menatap mata Pak Aldo yang sayu.

Meskipun tatapan Pak Aldo terlihat sayu, postur tubuhnya tegak dengan rahang yang tegas.

"Mas, boleh minta cium?" tanya Pak Aldo dengan suara berat.

Mendengar permintaan itu, Ashel terdiam sejenak, tetapi segera kemudian ia mencium bibir Pak Aldo dengan lembut, memegang kedua pipinya. Tak mau kalah, Pak Aldo mulai membalas ciuman Ashel, dengan lembut melumat bibirnya. Ciuman mereka semakin dalam, dengan tangan Pak Aldo yang kini memegang tengkuk Ashel dan tangan kirinya mengusap punggungnya dengan lembut.

Pak Aldo menggigit bibir bawah Ashel, dan saat Ashel mengerti, ia membuka mulutnya. Lidah mereka bertemu dan saling melumat satu sama lain.

"Cup..."

"Cup..." Suara ciuman mereka terdengar di seisi ruangan. Tangan kiri Pak Aldo terus mengusap punggung Ashel dengan lembut.

Tiba-tiba, Pak Aldo mengangkat tubuh Ashel, dan ia secara refleks melingkarkan kakinya ke pinggang Pak Aldo. Dengan lembut, Pak Aldo membawanya ke atas kasur, tanpa melepaskan ciuman mereka.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang